Yuk ngintip melalui FITB, kan pak dekan FITB diundang. Semoga beliaunya atau wakilnya berkenan datang supaya IAGI tidak ketinggalan. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerry®
-----Original Message----- From: "Ismail" <lia...@indo.net.id> Date: Sat, 6 Oct 2012 11:33:24 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda Pakde Bandono , maksudnya kalau ada seminar seminar yg sama diharapkan ada hal hal baru / data baru , bukan mengulang ulang yg sdh ada Wah ramai lagi ini Cicak dan Buaya Sent by Liamsi's Mobile Phone -----Original Message----- From: "Bandono Salim" <bandon...@gmail.com> Date: Sat, 6 Oct 2012 09:49:09 To: Iagi<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda Apakah ada pemboran atau seismik baru koh liam? Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: "Ismail" <lia...@indo.net.id> Date: Sat, 6 Oct 2012 02:50:58 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda Diharapkan seminar seminar sekarang ini bisa mendapatkan data baru / hal hal baru sehingga dapat dipakai acuan dalam sisi engineeringnya , tidak sekedar retorika saja yg dibahas sebetulnya sama dg yg lalu cuma tempatnya dan institusinya yg beda . Dengan kemajuan iptek data yg diperoleh bisa lbh detail lagi disisi lain engineeringnya juga sdh semakin maju shg kendala kendala gaologi selalu akan bisa diatasi dg teknologi Sent by Liamsi's Mobile Phone -----Original Message----- From: bahe...@gmail.com Date: Sat, 6 Oct 2012 02:08:03 To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda JSS sudah setengah abad menjadi wacana, cermin lambatnya pengambilan keputusan di negeri ini, semoga segera terwujud demi percepatan dan pemerataan ekonomi jawa-sumatra, terlepas dari bencana geologi yg seharusnya dapat di-mitigasi. TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda sebenarnya bukan gagasan baru. Gagasan untuk menghubungkan Sumatera dan Jawa yang terpisahkan oleh Selat Sunda sudah muncul sejak tahun 1960. Bagaimana pembicaraan soal proyek monumental ini dari masa ke masa? 1960 Profesor Sedyatmo dari ITB mengusulkan konsep menghubungkan Pulau Sumatera-Jawa-Bali yang disebut Tri Nusa Bima Sakti 1965 ITB memamerkan visualisasi Jembatan Selat Sunda di Gedung Pola, Jakarta, dalam peringatan HUT RI ke-20. 1986 Presiden Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan Teknologi sekaligus Kepala BPPT, BJ Habibie, mengkaji konsep Tri Nusa Bima Sakti. 1988-1992 Kementerian Pekerjaan Umum dan BPPT melaksanakan studi dibiayai Japan International Cooperation Agency hingga Rp 1,5 miliar per tahun. Tiga alternatif dikaji, yakni membangun pelabuhan, terowongan (52 kilometer), dan jembatan (29 kilometer). 1997 Presiden Soeharto memilih Jembatan karena lebih monumental. Habibie memerintahkan Wiratman Wangsadinata, guru besar dari ITB, agar melakukan riset teknologi jembatan ke Eropa. Berdasarkan kajian, dibutuhkan antara lain 17 ribu ton baja serta 50 ribu tenaga kerja pengelas dengan biaya Rp 100 triliun. 1998 Proyek mandek karena krisis ekonomi dan politik. 2004 Tomy Winata, pemilik grup usaha Artha Graha, menggandeng Wiratman. 2007 Grup Artha Graha bersama Pemerintah Banten dan Lampung membentuk konsorsium PT Graha Banten Lampung Sejahtera yang mayoritas sahamnya dikuasai grup Artha Graha. Hadir Menteri Sekretaris Negara Hatta Rajasa dan Kepala Bappenas Paskah Suzetta. 2008 Konsorsium melakukan presentasi di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan kabinet. 2009 - Konsorsium menyerahkan hasil prastudi kelayakan kepada pemerintah. - ITS menolak pembangunan jembatan. 2011 Terbit Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda. Peraturan ini menetapkan konsorsium sebagai pemrakarsa proyek dan penggarap proyek studi kelayakan dengan biaya sendiri. 2012 - Wiratman memprotes konsorsium yang menggandeng perusahaan Cina untuk menggarap studi kelayakan. Ia ingin proyek sepenuhnya digarap oleh bangsa sendiri. - Menteri Keuangan Agus Martowardojo meminta Perpres Nomor 86 direvisi. Ia mengusulkan studi kelayakan dibiayai negara. - Konsorsium mengirimkan surat kepada pemerintah tertanggal 24 Juli 2012 supaya Perpres Nomor 86 tak diubah. salam, FB Powered by Telkomsel BlackBerry® -----Original Message----- From: aluthfi...@gmail.com Date: Sat, 6 Oct 2012 02:02:10 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda Iya Bung Vick. Negeri Sakura yg penuh resikopun bejibun gedung bertingkat dan juga jembatan penghubung pulau. Ya bisa juga bangsa kita risk avoider, yuuk kita menuju risk averse, kalau ke risk taker belajar dulu lah dengan menjadi risk averse. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT -----Original Message----- From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> Date: Sat, 6 Oct 2012 08:39:49 To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda Soal risiko saya rasa tidak ada yg tidak berrisiko di Indonesia ini. Bahkan tidak melakukannya apapun juga berisiko. Berisiko ketinggalan kereta (ketinggalan budaya). Yg lebih penting memperhitungkan risiko ini supaya tidak merugikan. Dan memilih yg paling optimum keuntungannya. Bahwa suatu saat akan rusak itu bisa dipastikan terjadi, hanya kapan terjadinya kita perlu perhitungkan masak-masak. Justru ini tantangan bagi geologist Indonesia utk lebih mengerti kondisi geologi Indonesia supaya mampu melakukan dan mampu membangun dengan mitigasi yang benar. Kalau terlalu fobia dan terlalu ketakutan kondisi geologinya ya selamnya kita tidak akan melakukan apapun. Menurut saya ilmu geologi dan juga ilmu lain dalam mitigasinya perlu menyatakan secara positip kapan saat terbaik utk melakukannya. Bukan hanya untuk mengatakan tidak perlu melakukannya. "Drill or not to drill ?" Saya sering cenderung mengatakan "drill", karena yg mendapatkan keuntungan yg drill. "Do or not to do?" Just do it ... That's how we learn. Rdp On Sunday, October 7, 2012, <fatchurza...@yahoo.co.id> wrote: > > Kayaknya dg tektonik yg gak stabil ditambah adanya krakatau diantaranya, pembuatan jembatan kok high risk ya spt pemboran yg gak memenuhi parameter petroleum system gitu, he3 > Powered by Telkomsel BlackBerry® > ________________________________ > From: "Ismail" <lia...@indo.net.id> > Date: Sat, 6 Oct 2012 00:16:28 +0000 > To: <iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda > Ide menghubungkan jawa sumantrah ini sdh lama , sejak tahun 80 an bahkan sdh ada kajian kajian dr berbagai aspek sejak itu telah banyak forum forum yg diadakan untuk membahas masalah ini dari berbagai aspek,, bebrapa alternatif diusulkan apakah memperbesar kapasitas pelabuhan , bangun jembatan bahkan sampai bikin Terowongan semua dikaji dari segi kondisi lingk, teknologi dan keekonomianya/biaya sampai sosialnya , dan juga termasuk rencana untuk. Ngebangun jaringan kabel listrik lintas jawa sumantrah { siapa tahu renc bangun PLTN di banbel jadi shg listriknya bisa dialirkan ke jawi } . > Ujung ujungnya semuanya ke biaya , pilihan terakhir spt nya akan dibangun jembatan kabarnya untuk pembangunan ini tidak akan dianggarkan ke APBN kalau tidak dg APBN berarti model investasi swasta spt pemb jalan tol , bagi investor tentunya lagi main etung etungan untung ruginya > Sebetulnya APBN kita itu sdh 1600 an T masak nyisakan dikit untuk ngebangun jembatan saja tidak bisa > > Sent by Liamsi's Mobile Phone > ________________________________ > From: Rovicky Dwi Putrohari <rovi...@gmail.com> > Date: Sat, 6 Oct 2012 06:39:26 +0700 > To: iagi-net@iagi.or.id<iagi-net@iagi.or.id> > ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> > Subject: Re: [iagi-net-l] Diskusi panel jembatan Selat Sunda > Terimakasih infonya Pak Eddy, > Mungkin karena penyelenggaranya UI, dimana hanya UI dan UGM yg memiliki Fakultas Geografi, sehingga mereka (UI) juga ingin mengunggulkan Fakultasnya Geografinya. Barangkali saja yg akan dibahas sisi geografisnya (kependudukan dan sisi sosiogeografinya) cmiiw. > > Sebenernya sisi yg dibahas dalam pembangunan jembatan selat Sunda ini banyak sekali. Tidak hanya geologi. Seperti yg diberitahukan oleh Pak Ipranta, Ketua Bid Kebencanaan PP IAGI. Pembahasan khusus geologi akan dibahas disitu. > > Salah satu pertanyaan sisi sosio kulturalnya adalah 'mengapa dibangun jembatan, kenapa kok bukan diperbaharui dan ditingkatkan pelabuhan dan pelayarannya ? Bukannya Indonesia negeri Maritim ?' > > Dari sisi geologi, kemarin sewaktu PIT di jogja dalam booth juga dipamerkan riset geologi oleh Geologi Marine ttg lintasan seismic dangkal yg sudah dianalisa. Saya dan Danny Hilman sempat berdiskusi lama di booth ini. Danny concern adanya gawir curam yg dicurigai patahan. Tapi setelah saya tengok seismic asli lainnya, gawir istu membatasi endapan2 hasil periodisitas vulkanisme di daerah ini. > > Sangat menarik mengetahui geologi daerah ini, ada endapan vulkanik hasil gunungapi dipantai barat Jawa, asik juga mempelajari geologi kuarter 'sub aqueous'. > > Jadi saya kira bukannya geologi diabaikan tetapi konsen seminarnya mungkin bukan kondisi bawah permukaan. > Memang barangkali sentilan Pak Eddy ini menjadi satu ide utk IAGI ikut mengadakan seminar atau talk khusus ttg jembatan selat Sunda. Apakah sudah ada anggota IAGI yg siap materi utk kita diskusikan dalam panel diskusi ? > > Salam sukses ! > Rdp > > > > > On Sunday, October 7, 2012, Eddy Subroto <subr...@gc.itb.ac.id> wrote: >> Mas Rovicky dan teman-teman anggota IAGI yang terhormat, >> >> Pagi tadi, saya mendapat undangan sbb.: >> Universitas Indonesia dan Majalah GATRA dengan hormat mengundang Bapak >> untuk menghadiri kegiatan DISKUSI PANEL JEMBATAN SELAT SUNDA "Karya Anak >> Bangsa dan Peluang Pembangunan Antarpulau" yang akan dilaksanakan pada: >> >> Hari, Tanggal : Kamis, 11 Oktober 2012 pukul 08.00 - 15.30 WIB >> Tempat : Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok-Jawa Barat* >> >> *Berikut kami lampirkan surat undangan, lembar konfirmasi, dan daftar >> undangan. >> >> Yang menarik bagi saya, di daftar undangan ada kelompok asosiasi profesi >> dan yang terundang adalah: >> 1. Ikatan Ahli Transportasi >> 2. Ikatan Ahli Perencana >> 3. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia >> 4. Ikatan Ahli Konstruksi >> 5. Ikatan Geografi Indonesia >> 6. KADIN >> 7. INKINDO >> >> Kok aneh ya IAGI tidak termasuk dalam daftar undangan. Pertanyaannya >> apakah UI dan majalah Gatra tidak tahu peran ahli geologi? Lha kok mereka >> malah mengundang orang geografi. Padahal yang sering muncul d -- *"Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari"*