Yang GPA-nya tinggi masuk ke IOC, yang berikutnya masuk Pertamina. Sisanya ke Pemerintah yang sistim pengajian jauh dibawah. Hasilnya seperti sekarang
= = = = = = = = Betul juga Pak Ong , paling nggak pengalaman saya , Maksud hati setelah lulus mau ke IOC or NOC tapi apa daya akhirnya hanya GOI yg menerimanya itupun gara gara ketemu pak MT Zen yg akhirnya merekutnya bahkan lbh 15 thn dg beliaunya bersama beberapa teman teman geologist geologist Ganesha Angkt “72 / “73 lainya jadi geologist plat Merah Salam Ism Sent by Liamsi's Mobile Phone -----Original Message----- From: "Ong Han Ling" <wim...@singnet.com.sg> Date: Sat, 3 Nov 2012 19:48:33 To: <iagi-net@iagi.or.id> Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Teman-teman IAGI, Karena "Stockholm syndrome", dapat "hit" begitu banyak email, saya ingin menarik perhatian anggota IAGI kepada hal yang serupa tetapi lebih relevan karena berhubungan langsung dengan indiustri perminyakan, yaitu yang disebut "Dutch syndrome" atau "Dutch desease". Dimulainya tahun 1960-1970, waktu ditemukan deposit gas yang besar sekali di daerah Groningen, Belanda. Kehidupan orang Belanda berubah. Guilders menguat dan export tidak bisa bersaing. Banyak orang kerja untuk oil companies karena gajinya jauh lebih besar. Pekerjaan tradisionil seperti pembuatan bendungan air, perkapalan, agriculture, peternakan, dll. ditinggalkan orang Belanda untuk bekerja di industri Perminyakan. Yang pinter-pinter pindah hingga industri tradisionil yang sudah bertahun-tahun mundur. Dutch syndrome atau Dutch desease sekarang sedang melanda Australia. Semua orang ingin bekerja untuk mineral resources yang sedang booming akir-akir ini. Gaji di industri migas dan mineral tinggi sekali. Seorang tukang cuci bekerja di pemboran minyak offshore gajinya bisa mencapai $450,000/tahun, lebih tinggi dari Perdana Menteri Julia Gillard yang cuma $435,000/ tahun. Industri lain, seperti perhotelan, manufacturing, agricultiure, pendidikan, dsb. mengalami kemunduran. Tidak ada yang mau jadi guru. Tidak ada yang mau jadi professor. Cukup high school untuk menjadi laundryman ataupun tukang forklift atau tukang gali, asal umur 18 tahun. Mereka bisa beli rumah sendiri setelah kerja 5+ tahun dibandingkan guru dan professor yang harus bayar cicilan rumahnya seumur hidup. Hal demikian ini tidak sustainable bagi perekonomian Australia, hingga pemerintahan Kevin Rudd menaikkan pajak 40% diatas pajak yang berlaku untuk industri migas. Julia Gillard pengantinya menaikkan tax untuk tambang sebesar 30%. Perusahaan Tambang berteriak akan mengalihkan investasi keluar negeri. Mereka mengancam akan ke Afrika. Pemerintahan Julia Gillard juga ke Afrika dan mengatakan bahwa mineral kalian akan habis, depleted resources, jadi hati-hati lah. Dia menerangkan bagaiman caranya mendapatkan lebih bagi Negara. Juli Gillard mengundang mereka ke Australia. Bahkan Pemerintah Australia memberikan sumbangan ke Liberia untuk menulis fiscal terms dan undang-undang perpajakan mineral resources mereka. Bagaimana dengan Indonesia. Sami-mawon. Yang GPA-nya tinggi masuk ke IOC, yang berikutnya masuk Pertamina. Sisanya ke Pemerintah yang sistim pengajian jauh dibawah. Hasilnya seperti sekarang ini. Jadi kita tidak perlu ngedumel. Kita tidak bisa menyalahkan Pemerintah. Kalau mau menyalahkan, ya kita sendirilah yang salah, mengapa tidak mau jadi pegawai Negeri. Maka itu kita seyogianya membantu Pemerintah, right or wrong. Saya sendiri sudah menjadi pegawai negeri sejak 1961 (Gol E/II) sampai sekarang dan tetap mengajar di alma mater saya (he..he..he). Sekali lagi maaf kalau tidak berkenan. HL Ong From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] Sent: Friday, November 02, 2012 7:12 PM To: Iagi Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Iya itu meneruskan tradisi yang telah lama terbentuk. Sesungguhnya sdh bukan jamannya lagi. Padahal militer alat negara bukan alat pengusaha. Kalau pengusaha jadi penguasa yaa gitu jadi perlu private security, paling mudah kan membayar yang sudah ada. Kalau securitynya setingkat sarpam, kan tidak kereen. Sama maling dan rampok pasti kalah. Paling pas yaa "kerja sama" dengan alat negara; bisa resmi bisa juga tidak resmi. Saling mengamankan dan menyenangkan. Salam hormat. Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> Date: Fri, 2 Nov 2012 18:20:10 +0700 To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Pak No. Kolaborasi militer pengusaha model VOC itu ditiru terus sampai sekarang, Bakri dekat sama milite, Chairul tanjung , Tommy winata, Surya paloh dan lainnya semua begitu. On Fri, Nov 2, 2012 at 6:09 PM, Bandono Salim <bandon...@gmail.com> wrote: Sakbelumnya kan V0C, pedagang bersenjata, 1928 diserahkan ke pemerintah Belanda. (Sedikit koreksi), Kalao sekarang pedagang di dampingi militer (haha). Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: Seno Aji <ajis...@ymail.com> Date: Fri, 2 Nov 2012 18:49:48 +0800 (SGT) To: <iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia kalau resminya tahun 1945, lalu tahun 1928 itu apa dong, yang kita baca setiap tgl 28 oktober itu gak berlaku? Yang benar Belanda menduduki sebagian besar wilayah nusantara 350 tahun, tetapi menjajah indonesia mulai tahun1928 sd 1945. --- Pada Jum, 2/11/12, o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au> menulis: Dari: o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au> Judul: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Kepada: iagi-net@iagi.or.id Tanggal: Jumat, 2 November, 2012, 10:44 AM Siapa bilang Indonesia dijajah Belanda 350 tahun ? Yang Dijajah itu Batavia, Mataram, Giri, Banten, Makassar, Sukadana, Buleleng, Sasak, Banjar, Palembang, Ternate-Tidore dll. Negara Indonesia baru resmi ada tahun 45, berarti paling cuma 4 tahun yaitu sampai Desember 49 saat Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan ke Republik Indonesia (Serikat). Itupun sekarang diralat dan Belanda resmi mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945..... --- On Fri, 2/11/12, bob yuris <bopol...@yahoo.com> wrote: From: bob yuris <bopol...@yahoo.com> Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>, "ok.tau...@gmail.com" <ok.tau...@gmail.com> Received: Friday, 2 November, 2012, 2:00 PM membaca topik "Mahakam" selain tambah wawasan juga telah menjawab pertanyaan dibenak saya sejak SD, kenapa Indonesia dijajah belanda 350 tahun. Sudah terjawab sekarang he he.. tks milis IAGI Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android _____ From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com>; To: iagi-net <iagi-net@iagi.or.id>; Subject: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Sent: Fri, Nov 2, 2012 6:51:52 AM sebaiknya kita memulai memetakan siapa-siapa yg kena stockholm syndrome, itu baru sadis On Fri, Nov 2, 2012 at 1:46 PM, Bandono Salim <bandon...@gmail.com> wrote: Lho kan indonesianjuga punya syndrome, enakan jaman belanda, kata teman mertuaku, enakan jaman pak harto kata kawanku, sekolah dan jadi doktor waktu itu, enakan sekarang terlindung oleh imf, dll. Salam. Powered by Telkomsel BlackBerryR _____ From: Bowo Pangarso <bow...@gmail.com> Date: Fri, 2 Nov 2012 13:30:43 +0700 To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id> ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> Subject: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas Indonesia Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm Syndrome. Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih kalau boleh jujur.........tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs nasional lho ya.......waspadalah.....waspadalah....... Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome Stockholm syndrome, or capture-bonding, is a psychological <http://en.wikipedia.org/wiki/Psychology> phenomenon in which hostages <http://en.wikipedia.org/wiki/Hostage> express empathy <http://en.wikipedia.org/wiki/Empathy> and have positive feelings towards their captors, sometimes to the point of defending them. These feelings are generally considered irrational in light of the danger or risk endured by the victims, who essentially mistake a lack of abuse <http://en.wikipedia.org/wiki/Abuse> from their captors for an act of kindness.[1] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-FBI_bulletin-0> [2] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-1> The FBI <http://en.wikipedia.org/wiki/FBI> 's Hostage Barricade Database System shows that roughly 27% of victims show evidence of Stockholm Syndrome.[3] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-2> Stockholm syndrome can be seen as a form of traumatic bonding, which does not necessarily require a hostage scenario, but which describes "strong emotional ties that develop between two persons where one person intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the other."[4] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-3> Battered-wife syndrome <http://en.wikipedia.org/wiki/Battered_person_syndrome> is an example of activating the capture-bonding psychological mechanism, as are military basic training <http://en.wikipedia.org/wiki/Military_basic_training> and fraternity bonding by hazing <http://en.wikipedia.org/wiki/Hazing> .[5] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-4> [6] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-5> [7] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-6> Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg robbery <http://en.wikipedia.org/wiki/Norrmalmstorg_robbery> of Kreditbanken <http://en.wikipedia.org/wiki/Kreditbanken> at Norrmalmstorg <http://en.wikipedia.org/wiki/Norrmalmstorg> in Stockholm <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm> , Sweden in which several bank employees were held hostage in a bank vault from August 23 to August 28, 1973. During this situation, the victims became emotionally attached to their captors, rejected assistance from government officials at one point and even defended them after they were freed from their six-day ordeal.[10] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-9> The term "Stockholm syndrome" was coined by the criminologist <http://en.wikipedia.org/wiki/Criminologist> and psychiatrist <http://en.wikipedia.org/wiki/Psychiatrist> Nils Bejerot <http://en.wikipedia.org/wiki/Nils_Bejerot> , who assisted the police during the robbery, and referred to the syndrome in a news broadcast.[11] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-10> It was originally defined by psychiatrist Frank Ochberg <http://en.wikipedia.org/wiki/Frank_Ochberg> to aid the management of hostage situations.[12] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-11> Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre for Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the University of Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome was introduced in economics referring to governments that have been "kidnapped" by financial capital because of their need to refinance public debt. They are coerced into accepting high interest rates and conditions that compromise their sovereignty .[18] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-17> In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a politician to feel grateful for harsh criticism from opponents and the public in general. In Portugal, the Minister of Finance Vitor Gaspar <http://en.wikipedia.org/wiki/Vitor_Gaspar> spoke on Parliament on September 2012, praising the huge street protests against his austerity measures, and the amazing dignity of the protesters, referring to the protesters as "the best people in the world". [19] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-18> Selamet berakhir pekan, berakhir pekan yang selamet......... 2012/11/2 <abacht...@cbn.net.id> Sori, Mi, tapi tim-ku merah putih, tim-ku bangsa dan negara Indonesia; jadi aku lebih memilih untuk mempresentasikan ke BPPKA aspek redundancy alias berlebihannya work-program ini yg merupakan pengulangan program serupa yg telah sukses dilakukan oleh geologist nasional kita th lalu dg biaya yang hanya 1/3 dr biaya menyewa geologist expat ini. Dan aku akan menanggung resiko atas kepemihakanku kepada tim-ku tsb. (Jawaban atas bujukan dr salah seorang senior manager "national" ke seorang geologist senior yg kerja di perusahan migas MNC yg dalam Management Meeting tdk setuju atas keputusan management untuk tetap melaksanakan proyek inventarisasi karakter reservoir seluruh blok dari data analog permukaan yg akan dilakukan oleh konsultan bule, 15th yg lalu) #melawan stockholm syndrome# ADB - IAGI 0800 Powered by Telkomsel BlackBerryR -- Sent from my ComputerR -- Sent from my ComputerR