Bagi eks PNS yang biasa pas2 an sudah tidak aneh mengatur sesuai apa yang ada 
saja.

Salam 
Powered by Telkomsel BlackBerry®

-----Original Message-----
From: "Ong Han Ling" <wim...@singnet.com.sg>
Date: Sat, 3 Nov 2012 19:48:33 
To: <iagi-net@iagi.or.id>
Reply-To: <iagi-net@iagi.or.id>
Subject: RE: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas 
Indonesia
Teman-teman IAGI,

 

Karena "Stockholm syndrome", dapat "hit" begitu banyak email, saya ingin
menarik perhatian anggota IAGI kepada hal yang serupa tetapi lebih relevan
karena berhubungan langsung dengan indiustri perminyakan, yaitu yang disebut
"Dutch syndrome" atau "Dutch desease".    

 

Dimulainya tahun 1960-1970, waktu ditemukan deposit gas yang besar sekali di
daerah Groningen, Belanda. Kehidupan orang Belanda berubah. Guilders menguat
dan export tidak bisa bersaing. Banyak orang kerja untuk oil companies
karena gajinya jauh lebih besar. Pekerjaan tradisionil seperti pembuatan
bendungan air, perkapalan, agriculture, peternakan, dll. ditinggalkan orang
Belanda untuk bekerja di industri Perminyakan. Yang pinter-pinter pindah
hingga industri tradisionil yang sudah bertahun-tahun mundur.

 

Dutch syndrome atau Dutch desease sekarang sedang melanda Australia. Semua
orang ingin bekerja untuk mineral resources yang sedang booming akir-akir
ini. Gaji di industri migas dan mineral tinggi sekali. Seorang tukang cuci
bekerja di pemboran minyak offshore gajinya bisa mencapai $450,000/tahun,
lebih tinggi dari Perdana Menteri Julia Gillard yang cuma $435,000/ tahun.
Industri lain, seperti perhotelan, manufacturing, agricultiure, pendidikan,
dsb. mengalami kemunduran. Tidak ada yang mau jadi guru. Tidak ada yang mau
jadi professor. Cukup high school untuk menjadi laundryman ataupun tukang
forklift atau tukang gali, asal umur 18 tahun. Mereka bisa beli rumah
sendiri setelah kerja 5+ tahun dibandingkan guru dan professor yang harus
bayar cicilan rumahnya seumur hidup. Hal demikian ini tidak sustainable bagi
perekonomian Australia, hingga pemerintahan Kevin Rudd menaikkan pajak 40%
diatas pajak yang berlaku untuk industri migas. Julia Gillard pengantinya
menaikkan tax untuk tambang sebesar 30%. Perusahaan Tambang berteriak akan
mengalihkan investasi keluar negeri. Mereka mengancam akan ke Afrika.
Pemerintahan Julia Gillard juga ke Afrika dan mengatakan bahwa mineral
kalian akan habis, depleted resources, jadi hati-hati lah. Dia menerangkan
bagaiman caranya mendapatkan lebih bagi Negara. Juli Gillard mengundang
mereka ke Australia. Bahkan Pemerintah Australia memberikan sumbangan ke
Liberia untuk menulis fiscal terms dan  undang-undang perpajakan mineral
resources mereka. 

 

Bagaimana dengan Indonesia. Sami-mawon. Yang GPA-nya tinggi masuk ke  IOC,
yang berikutnya masuk Pertamina. Sisanya ke Pemerintah yang sistim pengajian
jauh dibawah. Hasilnya seperti sekarang ini. Jadi kita tidak perlu ngedumel.
Kita tidak bisa menyalahkan Pemerintah. Kalau mau menyalahkan, ya kita
sendirilah  yang salah, mengapa tidak mau jadi pegawai Negeri. Maka itu kita
seyogianya membantu Pemerintah, right or wrong.  

 

Saya sendiri sudah menjadi pegawai negeri sejak 1961 (Gol E/II) sampai
sekarang dan tetap mengajar di alma mater saya (he..he..he). Sekali lagi
maaf kalau tidak berkenan.

 

HL Ong

 

From: Bandono Salim [mailto:bandon...@gmail.com] 
Sent: Friday, November 02, 2012 7:12 PM
To: Iagi
Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri
Migas Indonesia

 

Iya itu meneruskan tradisi yang telah lama terbentuk.
Sesungguhnya sdh bukan jamannya lagi.
Padahal militer alat negara bukan alat pengusaha. Kalau pengusaha jadi
penguasa yaa gitu jadi perlu private security, paling mudah kan membayar
yang sudah ada.
Kalau securitynya setingkat sarpam, kan tidak kereen. Sama maling dan rampok
pasti kalah.
Paling pas yaa "kerja sama" dengan alat negara; bisa resmi bisa juga tidak
resmi. 
Saling mengamankan dan menyenangkan. 
Salam hormat.

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com> 

Date: Fri, 2 Nov 2012 18:20:10 +0700

To: iagi-net<iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri
Migas Indonesia

 

Pak No.

Kolaborasi militer pengusaha model VOC itu ditiru terus sampai sekarang,
Bakri dekat sama milite, Chairul tanjung , Tommy winata, Surya paloh dan
lainnya semua begitu.

 

On Fri, Nov 2, 2012 at 6:09 PM, Bandono Salim <bandon...@gmail.com> wrote:

Sakbelumnya kan V0C, pedagang bersenjata, 1928 diserahkan ke pemerintah
Belanda.
(Sedikit koreksi),
Kalao sekarang pedagang di dampingi militer (haha).

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: Seno Aji <ajis...@ymail.com> 

Date: Fri, 2 Nov 2012 18:49:48 +0800 (SGT)

To: <iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri
Migas Indonesia

 


kalau resminya tahun 1945, lalu tahun 1928 itu apa dong, yang kita baca
setiap tgl 28 oktober itu gak berlaku? 
Yang benar Belanda menduduki sebagian besar wilayah nusantara 350 tahun,
tetapi menjajah indonesia mulai tahun1928 sd 1945.


--- Pada Jum, 2/11/12, o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au> menulis:


Dari: o - musakti <o_musa...@yahoo.com.au>
Judul: Re: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas
Indonesia
Kepada: iagi-net@iagi.or.id
Tanggal: Jumat, 2 November, 2012, 10:44 AM


Siapa bilang Indonesia dijajah Belanda 350 tahun ?

 

Yang Dijajah itu Batavia, Mataram,  Giri, Banten, Makassar, Sukadana,
Buleleng, Sasak, Banjar, Palembang, Ternate-Tidore dll.

 

Negara Indonesia baru resmi ada tahun 45, berarti   paling cuma 4 tahun
yaitu sampai Desember  49 saat Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan
ke Republik Indonesia (Serikat). Itupun sekarang diralat dan Belanda resmi
mengakui kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945.....

 



--- On Fri, 2/11/12, bob yuris <bopol...@yahoo.com> wrote:


From: bob yuris <bopol...@yahoo.com>
Subject: Bls: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas
Indonesia
To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id>, "ok.tau...@gmail.com"
<ok.tau...@gmail.com>
Received: Friday, 2 November, 2012, 2:00 PM


membaca topik "Mahakam" selain tambah wawasan juga telah menjawab pertanyaan
dibenak saya sejak SD, kenapa Indonesia dijajah belanda 350 tahun. Sudah
terjawab sekarang he he.. tks milis IAGI

Dikirim dari Yahoo! Mail pada Android

 

  _____  

From: Ok Taufik <ok.tau...@gmail.com>; 
To: iagi-net <iagi-net@iagi.or.id>; 
Subject: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas
Indonesia 
Sent: Fri, Nov 2, 2012 6:51:52 AM 


sebaiknya kita memulai memetakan siapa-siapa  yg kena stockholm syndrome,
itu baru sadis

 

On Fri, Nov 2, 2012 at 1:46 PM, Bandono Salim <bandon...@gmail.com> wrote:

Lho kan indonesianjuga punya syndrome, enakan jaman belanda, kata teman
mertuaku, enakan jaman pak harto kata kawanku, sekolah dan jadi doktor waktu
itu, enakan sekarang terlindung oleh imf, dll.
Salam.

Powered by Telkomsel BlackBerryR

  _____  

From: Bowo Pangarso <bow...@gmail.com> 

Date: Fri, 2 Nov 2012 13:30:43 +0700

To: IAGI<iagi-net@iagi.or.id>

ReplyTo: <iagi-net@iagi.or.id> 

Subject: Re: [iagi-net-l] Mengobati Stockholm Syndrome Industri Migas
Indonesia

 

Saya yakin anggota IAGI pasti langsung pada search apa itu Stockholm
Syndrome, tapi supaya memudahkan juga buat yang malas atau ngga sempat
mencari, saya copaskan sebagian dari Wikipedia mengenai apa itu Stockholm
Syndrome.

Intinya adalah satu sindrom dimana si terjajah/sandera/tawanan menjadi
terikat secara emosional dengan si penjajah/penjahatnya. Rada sadis sih
kalau boleh jujur.........tapi jangan-jangan memang sebagian atau malah
semua sudah kena sindrom ini? dimana konteksnya bukan cuma expat vs nasional
lho ya.......waspadalah.....waspadalah.......

 

Lengkapnya disini http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome

Stockholm syndrome, or capture-bonding, is a psychological
<http://en.wikipedia.org/wiki/Psychology>  phenomenon in which hostages
<http://en.wikipedia.org/wiki/Hostage>  express empathy
<http://en.wikipedia.org/wiki/Empathy>  and have positive feelings towards
their captors, sometimes to the point of defending them. These feelings are
generally considered irrational in light of the danger or risk endured by
the victims, who essentially mistake a lack of abuse
<http://en.wikipedia.org/wiki/Abuse>  from their captors for an act of
kindness.[1]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-FBI_bulletin-0>
[2] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-1>  The FBI
<http://en.wikipedia.org/wiki/FBI> 's Hostage Barricade Database System
shows that roughly 27% of victims show evidence of Stockholm Syndrome.[3]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-2> 

Stockholm syndrome can be seen as a form of traumatic bonding, which does
not necessarily require a hostage scenario, but which describes "strong
emotional ties that develop between two persons where one person
intermittently harasses, beats, threatens, abuses, or intimidates the
other."[4] <http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-3> 

Battered-wife syndrome
<http://en.wikipedia.org/wiki/Battered_person_syndrome>  is an example of
activating the capture-bonding psychological mechanism, as are military
basic training <http://en.wikipedia.org/wiki/Military_basic_training>  and
fraternity bonding by hazing <http://en.wikipedia.org/wiki/Hazing> .[5]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-4> [6]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-5> [7]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-6> 

Stockholm syndrome is named after the Norrmalmstorg robbery
<http://en.wikipedia.org/wiki/Norrmalmstorg_robbery>  of Kreditbanken
<http://en.wikipedia.org/wiki/Kreditbanken>  at Norrmalmstorg
<http://en.wikipedia.org/wiki/Norrmalmstorg>  in Stockholm
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm> , Sweden in which several bank
employees were held hostage in a bank vault from August 23 to August 28,
1973. During this situation, the victims became emotionally attached to
their captors, rejected assistance from government officials at one point
and even defended them after they were freed from their six-day ordeal.[10]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-9>  The term
"Stockholm syndrome" was coined by the criminologist
<http://en.wikipedia.org/wiki/Criminologist>  and psychiatrist
<http://en.wikipedia.org/wiki/Psychiatrist>  Nils Bejerot
<http://en.wikipedia.org/wiki/Nils_Bejerot> , who assisted the police during
the robbery, and referred to the syndrome in a news broadcast.[11]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-10>  It was
originally defined by psychiatrist Frank Ochberg
<http://en.wikipedia.org/wiki/Frank_Ochberg>  to aid the management of
hostage situations.[12]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-11> 

Recently, in the 9th International Conference "Developments in Economic
Theory and Policy" held in Bilbao, by the Department of Applied Economics V
of the University of the Basque Country (Spain) and the Cambridge Centre for
Economic and Public Policy, Department of Land Economy of the University of
Cambridge (United Kingdom), the concept of Stockholm Syndrome was introduced
in economics referring to governments that have been "kidnapped" by
financial capital because of their need to refinance public debt. They are
coerced into accepting high interest rates and conditions that compromise
their sovereignty .[18]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-17> 

In politics, the Stockholm Syndrome is the predisposition of a politician to
feel grateful for harsh criticism from opponents and the public in general.
In Portugal, the Minister of Finance Vitor Gaspar
<http://en.wikipedia.org/wiki/Vitor_Gaspar>  spoke on Parliament on
September 2012, praising the huge street protests against his austerity
measures, and the amazing dignity of the protesters, referring to the
protesters as "the best people in the world". [19]
<http://en.wikipedia.org/wiki/Stockholm_syndrome#cite_note-18> 

Selamet berakhir pekan, berakhir pekan yang selamet.........

 

2012/11/2 <abacht...@cbn.net.id>

Sori, Mi, tapi tim-ku merah putih, tim-ku bangsa dan negara Indonesia; jadi
aku lebih memilih untuk mempresentasikan ke BPPKA aspek redundancy alias
berlebihannya work-program ini yg merupakan pengulangan program serupa yg
telah sukses dilakukan oleh geologist nasional kita th lalu dg biaya yang
hanya 1/3 dr biaya menyewa geologist expat ini. Dan aku akan menanggung
resiko atas kepemihakanku kepada tim-ku tsb.

(Jawaban atas bujukan dr salah seorang senior manager "national" ke seorang
geologist senior yg kerja di perusahan migas MNC yg dalam Management Meeting
tdk setuju atas keputusan management untuk tetap melaksanakan proyek
inventarisasi karakter reservoir seluruh blok dari data analog permukaan yg
akan dilakukan oleh konsultan bule, 15th yg lalu)

#melawan stockholm syndrome#

ADB - IAGI 0800
Powered by Telkomsel BlackBerryR

 




-- 
Sent from my ComputerR
 




-- 
Sent from my ComputerR
 


Kirim email ke