Rumus “empan papan“ jadi ngga berlaku lagi. Atau iku terjadi karena logika politik doktor pertanian? ET On Jan 31, 2013 9:55 AM, "Parvita Siregar" <parvita.sire...@awexplore.com> wrote:
> Yang terlibat narkoba menjadi duta anti narkoba. Sudahlah Mas, tidak usah > menonton berita di TV, frustrasi jadinya. > > Parvita Siregar | Senior Geologist | AWE (NorthWest Natuna) Pte Ltd | AWE > Limited > P +62 21 2934 2934 | D ext 107 | F +62 21 780 3566 | M +62 811 996 > 616 | E mailto:parvita.sire...@awexplore.com > -----Original Message----- > From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of > abacht...@cbn.net.id > Sent: Wednesday, January 30, 2013 10:39 AM > To: iagi-net@iagi.or.id > Subject: [iagi-net] OOT: LOGIKA PROFESIONALISME > > > Skrg jadi sulit menjelaskan ke anak-anak ttg perlunya rajin belajar ilmu > tertentu demi cita2 masa depan berprofesi di bidang itu. > > Karena doktor perminyakan dan ekonomi mineral ternyata ngurusi alutsista, > pertahanan, dan keamanan nasional. > > Karena insinyur mesin pengusaha, pembuat buku bimbingan test disuruh > ngurusi energi - migas - mineral - batubara dan geothermal. > > Karena pengamat keaslian foto/film digital yg ngaku ga paham olahraga bisa > jadi menteri urusan olahraga dan pemuda (dan dg sedikit silat lidah, > menerima amanah) > > Karena doktor2 dan profesor2 politik dan tatanegara hanya jadi pemain > panggung talkshow media2 > > Mungkin yg mimpin negeri ini sdg memainkan jurus pendekar mabuk. > > Yang dipimpinnya pontang-panting, yg nggrogoti kekayaan negeri asyik & > sibuk. > > Siapa(apa)-pun penyebabnya, tetap saja susah menjelaskan ke anak didik > kita ttg logika profesionalisme "politik" negara. > > ADB > Jan 2013 > Powered by Telkomsel BlackBerry(r) >