Pak Luthfi ngga ngira pemikiran pak Djek Zahar ini bener2 SEMPURNA, No
Comment


Semangat Pagi
Avi Rindu Pertamina jadi Pengelola Blok Mahakam setelah kontrak habis di
2017.

2013/2/21 <aluthfi...@gmail.com>

>
> Yang ini juga ulasan pak Djek Zahar:
>
> Dasar Pijakan (Basic Premis) utk Revisi UU Migas = Psl 33 UUD45
>
> Kita perlu sepakat dulu “basic premis” utk Revisi UU Migas = Psl 33 UUD45
> = Visi Rakyat bagi Demokrasi Ekonomi.
>
> Revisi UU Migas sbgmn semua UU harus sesuai & menjabarkan ketentuan2
> Konstitusi, tdk boleh nyimpang.
>
> Apa ketentuan isi Psl 33 UUD45?
>
> Ada 3 sektor yg hrs dikuasai Negara = (1) Cab2 Prod yg penting bagi
> Negara, (2) Cab2 Prod yg mempe-ngaruhi hajat hidup org banyak, (3) Kekayaan
> Alam, utk tujuan se-besar2nya kemakmuran Rakyat.
>
> Kata kunci tujuannya = kepentingan & kemakmuran Rakyat (= syarat
> Demokrasi).
>
> Agar tercapainya Tujuan ini bisa terjamin, Kuasa Negara harus efektif
> berperan!
>
> “Cabang2 Prod” itu apa? = Sektor2 (pengusahaan) produksi  yg harus
> dikuasai Negara, agar tujuannya tercapai.
>
> Maka “Kuasa Negara” tsb hrs tetap effektif sepanjang proses pengusahaan
> prod tsb sampai hasilnya diterima Rakyat, agar bisa terjamin tercapainya
> maksimal kepentingan & kemakmuran Rakyat.
>
> Dlm hal Sektor Migas, Kuasa Negara tsb = “Kuasa (Usaha) Pertamb.” = KP yg
> harus efektif hingga ke tataran pelaksanaannya, agar terjamin terapainya
> tujuan tadi. [Tdk boleh direduksi, sesuai Pandangan MK = yurisprudensi]
>
> Jadi Usaha Pertamb.Migas = strictly Usaha Negara!
>
> Dan Kegiatan “Usaha Pertamb.Migas” itu hrs meliputi seluruh spektrumnya
> y.i. EP, Pengol-Petrkim, Transp, Storage & Niaga; yg tdk boleh di-pecah2.
> Kalau di-pecah2 (“Unbundling”) = memecah KP = buka profit centers utk pihak
> ke-3 yg mengurangi pendapatan Negara & menambah beban biaya Rakyat.
>
> Ini bertentangan dng ketentuan Psl 33 UUD45.
>
>            Contoh mecah2 KP / Kuasa Negara a.l.= sistem beri Izin2 di
> Hilir, Kilang LNG dipisah dari PTM utk swasta.
>
> KP = Kuasa Negara utk melaksanakan Usaha Pertambangan; yg merupakan Fungsi
> Pengusahaan.
>
>  Sesuai Psl 33 UUD45, Usaha Pertamb Migas = strictly usaha Negara, namun
> tdk dilaksanakannya sendiri.
>
>  Maka dibentuklah BUMN PTM sbg pelaksananya, dan karenanya diberi/memegang
> KP ekslusif dng caku-pan yg terbatas pada WK (Wilayah Kerja); yg penentuan
> + pemberiannya = wewenang Pmrth!
> Fungsi Pengusahaan itu = fungsi BUMN, bukan Fungsi Pemerintah yg
> cakupannya jauh lbh besar & luas sbg
>
> penyelenggasa Kedaulatan Negara.
>
>           Mengapa BUMN-nya hrs PTM? Karena PTM semula memang didirikan utk
> itu, lagipula Fungsi Pengusahaan
>
>           perlu memiliki ‘entrpr-ship’ & kebolehan Mgt & Ops, yg sdh
> dimiliki PTM dng pengalamannya selama 54 thn.
>
>  Wewenang portofolio Men ESDM sdh mencakupi seluruh Sektor Pertamb Migas
> di seluruh Tanah Air; tdk lagi
>
>  perlu pegang KP yg sempit & terbatas dlm setiap WK.
>
> Menghambat/melarang PTM memegang KP = menghambat efektifnya Kuasa Negara
> sampai ke tujuannya = melanggar Psl 33 UUD45.
>
> Tugas Pokok BUMN PTM = Di Hilir sbg Penyedia+Penyalur BBM yg dibutuhkan
> Rakyat; dan di Hulu = memproduksi & mengembangkan Basis Cadangan Migas
> Nasional, agar terjamin terlaksananya Tugas Pokoknya di Hilir.
>
> Jadi jelaslah tujuan BUMN PTM dulu yg didirikan dng UU 44/1960 dan UU
> 8/1971 = agar terlaksananya ketentuan Psl 33 UUD45. Perangkat UU pendirian
> PTM ini, (walau dituding tanpa dasar beri monopoli kpd PTM) = konsisten
> menjabarkan Psl 33 UUD45, namun diabolisi oleh UU Migas no.22/2001 buatan
> Pejabat2 Negara yg notabene berikrar menegakkan Konstitusi tatkala
> dilantik.  Abolisi ini tdk absah karena jelas melawan Konstitusi.
>
> Basis Cadangan Migas Nasional sbg ‘sokoguru’ Ketahanan Energi Nasional,
> memiliki artian strategis vital, yg perlu terus dipelihara & ditingkatkan,
> yg terus terkuras produksi. Maka BUMN PTM sejak awal telah mengadakan PSC
> yg berkarakter Kontrak Jasa dng para Investor (Asing). Dng PSC yg demikian,
> KP tetap berada di tangan BUMN PTM demi efektifnya Kuasa Negara hingga di
> tataran pelaksanaan Usaha Migas.
>
> Sdr2, demikian saya kemukakan prinsip2 guna kita renungkan bersama, dan
> jika setuju, wajiblah kita jadikan ‘dasar pijakan’ bagi Revisi UU Migas,
> agar konsisten menjabarkan ketentuan Psl 33 UUD45.
>
> Issues Revisi UU Migas
>
> Pemerintah sbg pemegang KP.
>
> Dlm UU Migas no.22/2001, KP (Kuasa Usaha Pertambangan) diberikan Negara
> kpd Pmrt utk menyelenggarakan usaha kegiatan Hulu. “Menyelenggarakan” =
> ngurus/ngatur pelaksanan Usaha Migas. Namun Pmrt bukan Pelaku Usaha,
> Artinya, pelaksanaannya dimaksudkan (harus) dilakukan Pihak luar = Investor
> (Asing). Antara “menyeleng-garakan” & “melaksanakan” itu beda sekali.
> Pemberian pelaksanaan Usaha Migas kpd Swasta ini tentu menuntut tgg-jawab &
> akuntabilitas dari Pihak Pelaksananya = Kontraktor (Asing). Tgg-jawab &
> akuntabilitas itu selalu bareng (tak pernah terpisah) dng pemberian
> Wewenang (Kuasa).
>
> Jadi, pelaksanaan usaha Migas yg diberikan Pmrt kpd Kontraktor (Asing) tsb
> tdk bisa lepas dari pemberian Wewenang (Kuasa) utk melaksanakannya. Jadi
> wewenang yg diberikan Pmrt ini, tak lain adalah KP. Ini = memberi Konsesi
> atau melepas Kuasa Negara kepada pihak Investor (Asing); yg berarti KP sbg
> Kuasa Negara tdk dapat efektif sampai di tataran pelaksanaannya. Ini
> termuat dlm UU Migas No.22/2001 dlm pasalnya yg ditolak MK (2003).
>
> Lagi pula Pmrt berkontrak langsung dng Investor (Asing) merendahkan
> kedudukan Pmrt jadi setara dng Kontraktor dlm ikatan Kontrak. Ini membawa
> komplikasi dlm aspek kebebasan Pmrt dlm penyelenggaraan Kedaulatan Negara.
>
> Karena itulah KP utk melaksanakan Usaha Migas, seharusnya diberikan kpd
> BUMN PTM secara tunggal (eksklusif) sbg ekstensi Kuasa Negara. BUMN
> fungsinya = Pengusahaan; yg menurut Konstitusi bukanlah fungsi Pmrth.
>
> Walau KP di tangan BUMN PTM, otoritas & kedudukan Pmrt atas Sektor Migas
> tetap utuh & takkan berkurang sbg Lembaga Eksekutif Negara. Secara
> konstitusional, Menteri ESDM = pembantu Presiden yg wewenang portofolio-nya
> meliputi & membawahi Sektor Migas termasuk BUMN PTM.
>
> Jadi dapat disimpulkan bhw memberikan KP kpd Kontr. (Asing), bertentangan
> dng ketentuan Psl 33 UUD45.
>
> Tdk diberikannya KP kpd BUMN PTM, tetapi oleh UU Migas no.22/2001 dipegang
> Pmrt yg memberikannya kepada Investor (Asing), berarti menghalangi
> efektifitas Kuasa Negara sampai ke tataran pelaksanaan pengusahaan Migas,
> yg menghalangi terjaminnya pencapaian tujuan Psl 33 UUD45.
> Kerancuan ini ditambah dng ketentuan UU Migas no.22/2001 bhw Pmrt
> (Men-ESDM) & BP Migas (dan demikian pula SKK kini)  sama2 bertgg-jawab kpd
> Pres, padahal Sektor Migas itu sesuai Konstitusi, sdh termasuk portofolio
> wewenang & tgg jawab Menteri ESDM sbg pembantu Pres yg ber-tgg jawab kpd
> Pres.
>
>
>
> Soal BP Migas.
>
> BP Migas, yg didirikan utk melakukan pengawasan dan pengendalian (kontrol)
> atas Usaha para Kontraktor Migas, tidak bisa efektif, karena tidak punya
> wewenang utk Pengelolaannya, sebab BP Migas tidak mempunyai KP, yg sudah
> diberikan Pmrt kpd Kontraktor (Asing).  Kontraktor (Asing) adalah Pelaku,
> Pelaksana, Pengelola dan Pemilik Usaha Migas di dlm WK-nya yg telah
> diberikan Pmrth kepadanya.
>
> Jadi BP Migas hanyalah sbg lengan Pmrt utk membantu menyelenggarakan &
> mengendalikan (ngontrol) pelaksana-an Usaha Migas; dan juga membantu
> merundingkan KKS & menanda-tanganinya, tanpa punya wewenang KP.
>
> Dng BP Migas tanpa KP yg berada di tangan Kontraktor (Asing), memangkas
> efektifitas Kuasa Negara atas kegiatan usaha Hulu; hal mana bertentangan
> dng Psl 33 UUD45. Hal ini akibat tidak diberikannya KP kpd BUMN PTM.
>
> Dng konstruksi demikian, maka KKS ini secara hukum = transaksi langsung
> antara Pmrt sbg pemegang KP dan Investor sbg pihak yg diberi wewenang
> pelaksanaan usaha Migas, yaitu KP !,
>
> Dng demikian, lembaga BP Migas ini, dlm konstruksi seperti itu, di mana MK
> memandang bhw KP seharusnya diberikan kepada BUMN, membuat kehadiran BP
> Migas redundant & bertentangan dng Psl 33  UUD45.
>
> Kehadiran SKK Migas (Satuan Kerja Khusus Migas) kini yg tidak lagi
> bersifat sementara, sesungguhnya hanya menggantikan nama BP Migas saja,
> karenanya tetap bertentangan dng Psl 33 UUD45.
>
>
>
> Pemerintah berkontrak langsung dng Investor (Asing) dlm KKS.
>
> Dng demikian Pmrt sbg pemangku & penyelenggara kedaulatan Negara, menjadi
> mitra usaha yg setara kedudu-kannya dng Pihak Investor (Asing) dlm
> keterikatan Kontrak Komersial (KKS); yg konsekuensinya memangkas
> (merendahkan) Hak Daulat Pmrt sbg penyelenggara Kuasa Negara, a.l. sbb. :
>
> (1) Pmrt jadi berfungsi ganda sbg “mitra usaha” sekaligus “regulator” yg
> dikhotomis dan saling menghambat,
>
> (2) dlm hal penyelesaian perselisihan antar mitra-KKS diadakan Arbitrase;
> maka Pmrt sbg ‘souvereign’ dan Lemba-ga Eksekutif Negara, tdk patut (tdk
> boleh) hrs tunduk pada Putusan Mahkamah Arbitrase yg eksekusinya diserahkan
> pula kpd Lembaga Yudikatif, yg sesuai Konstitusi, kedudukannya sama dng
> Pmrt sbg Lembaga Eksekutif;
>
> (3) dlm aspek ‘Liability’, seluruh asset Negara jadi teragunkan kepada
> “pledge” mitra usahanya = Investor (Asing); sedangkan dlm hal BUMN PTM sbg
> pemegang KP, liability-nya terbatas;
>
> (4) sbg ‘mitra usaha’, suatu tindakan Pmrt yg dirasa merugikan pihak
> Kontraktor (Asing), tdk ‘excusable’ dan tdk lagi bisa diterima sbg ‘Force
> Majeure’ (Kahar). Bila KP dipegang BUMN PTM, apapun tindakan Pmrt, itu
> berada di luar kekuasaan PTM, dan karenanya ‘excusable’ sbg Force Majeure.
>
> [5] Cadangan Migas yg nyata & terbukti ditemukan oleh usaha Kontraktor
> (Asing) atas risiko sendiri; dlm lingkungan Hukum Int’l dan Arbitrase
> Int’l, dapat mereka klaim sbg miliknya berdasarkan Property Law di Barat;
> krn Cadangan Migas = konkrit dan merupakan tangible & bankable asset;
> sedangkan Sumberdaya Migas hanya abstrak!
>
> Soal2 tsb ini memangkas Hak Daulat Pmrt sbg penyelenggara Kuasa Negara
> (Kedaulatan Rakyat), maka bertentangan dng Konstitusi.
>
> Singkatnya, keterikatan Pmrt di dlm suatu Kontrak Komersial (KKS) dng
> Investor (Asing), membuat Pmrt jadi subjek yg wajib tunduk pada azas
> Konvensi Hukum Perjanjian, yakni Pacta Sunt Servanda (Perjanjian itu harus
> dipatuhi & dilayani), yg membatasi & merendahkan kedudukan Pmrt dlm
> kewenangannya sbg penyelenggara Kedaulatan Negara yg sifatnya sefihak dlm
> ikatan Konstitusi. Maka kondisi ini bertentangan dng UUD45.
>
>
>
> Soal Unbundling
>
> Usaha Pertambangan itu secara umum didefinisikan sbg proses “monetasi”
> (peng-Uang-an) Bahan Galian yg mencakup seluruh spektrum pencarian dan
> penggalian (carigali), produksi, pengolahan dan penjualan bahan2 (galian)
> mineral, dng motif & tujuan pertambahan nilai dan buru-laba. Dlm konteks
> Psl 33 UUD45, definisi ini, motif dan tujuannya adalah ‘Manfaat’, yakni
> melayani hajat hidup orang banyak dan se-besar2nya kemakmuran Rakyat.
> Maka Usaha Pertambangan Migas itu hrs meliputi seluruh spektrum usahanya,
> mulai dari kegiatan eksplorasi sam-pai kpd penyediaan dan distribusi BBM
> diterima orang banyak; yakni meliputi kegiatan  EP, Pengol-Petrkim, Transp,
> Storage dan Niaga, dari Hulu s/d Hilir. Maka seluruh spektrum Usaha
> Pertambangan Migas ini hrs efektif dikuasai Negara, dan karenanya
> dilaksanakan oleh BUMN PTM, agar dapat tercapainya tujuan Psl 33 UUD45 =
> se-besar2-nya kemakmuran Rakyat. Spektrum tsb karenanya, tak boleh
> di-pecah2.  Kalau di-pecah2 (“Unbundling”) menjadi segmen2 usaha utk
> diberikan kpd pihak ke-3, itu berarti memecah (mereduksi) KP utk tujuan
> buka profit centers bagi pihak ke-3 yg akan menurunkan income Negara, dan
> menambah beban biaya bagi Rakyat sbg ‘end-user’.
>
> Unbundling ini difasilitasi dlm UU Migas no.22/2001, yg memecah seluruh
> spektrum Usaha Pertamb. Migas, yg dijabarkan berupa pemberian “Izin” (=
> lisensi wewenang, kuasa, konsesi) kpd Badan2 Usaha Swasta (Asing) utk
> mengusahakan segmen2 Usaha Pertamb.Migas di Hilir yg di-pecah2 dan dipisah
> dari usaha EP di Hulu.
>
> Hal ini hakekatnya me-mecah2 KP sbg Kuasa Negara bagi kepentingan pihak
> ke-3 yg motif dan tujuan usahanya = “buru laba”, dan bukannya utk melayani
> kepentingan orang banyak atau se-banyak2nya kemakmuran Rakyat. Karenanya
> “Unbundling”  ini bertentangan dng ketentuan Psl 33 UUD45.
>
>
>
> PTM dituding berfungsi ganda sbg Regulator dan Pelaku Usaha + Monopoli
>
> Tudingan ini yg dilemparkan sementara Pejabat Tinggi kpd Publik dan kpd
> MK, dirasa perlu diluruskan karena amat menyesatkan. Tudingan ini tdk ada
> dasar hukumnya, karena dlm ikatan PSC antara PTM dan Kontraktor, sdh jelas
> tertera ketentuan2 hak, wewenang dan kewajiban masing2 Pihak, sbg hasil
> negosiasi kedua Pihak tanpa adanya paksaan. PSC tdk pernah memuat fungsi
> PTM sbg Regulator. Adapun “Regulator” itu berarti pembuat Peraturan berikut
> enforcement-nya secara sefihak sesuai UU, yg wewenangnya eksklusif berada
> pd Pmrt sbg Eksekutif dari Kedaulatan Negara ini; yg tidak pernah
> didelegasikan kepada siapa pun termasuk PTM di dlm sektor Industri Migas.
>
> Tudingan bhw PTM melakukan Monopoli Usaha Migas juga tdk ada dasarnya. Utk
> jelasnya, “Monopoli” berarti praktek atau kondisi usaha yg mengeliminasi
> kompetisi, yg motif dan tujuannya melulu maksimasi Buru-Laba. Sedangkan PTM
> sbg BUMN mengemban “Misi Sosial”, yakni menyediakan dan menyalurkan BBM sbg
> pemenuhan hajat hidup Rakyat banyak sampai di pelosok2 Tanah Air dng harga
> sama yg ditetapkan Pmrt!  Dan usaha EP yg dilakukannya sendiri maupun dng
> jasa Kontraktor (Asing), adalah demi kontinuitas suplai BBM kepada Rakyat
> banyak. Lagi pula, dlm UU ttg Larangan Monopoli & Persaingan Usaha tidak
> Sehat no.5/1999, BUMN PTM dan PLN jelas dan eksplisit tidak termasuk sbg
> usaha Monopoli.
>
> Pihak Swasta Nasional maupun Asing mana saja yg mampu dan memenuhi
> persyaratan, termasuk Anak Perusaha-an PTM, dapat saja berkiprah dlm sektor
> EP Migas di Tanah Air ini lewat PSC yg berkarakter Kontrak Jasa, dng
> kesempatan dan persyaratan yg sama, tanpa diistimewakan. Tidak ada Monopoli!
>
>
>
> PSC = Production Sharing Contract.
>
> Berkaitan langsung dng Tugas Pokok PTM di Hulu, adalah berupaya agar
> Eksplorasi Migas berjalan berkelanjutan, guna menunjang kontinuitas Tugas
> Pokok PTM di Hilir sbg Penyedia & Penyalur BBM.
>
> Eksplorasi berkelanjutan perlu guna restorasi, memelihara & meningkatkan
> Basis Cadangan Migas Nasional yg terus terkuras laju prod yg kini sekitar
> 850-ribu bbl per hari (@ 350 jt bbl setahun), dan kian menurun, dng sisa
> cadangan minyak yg kurang dari 3 milyar bbl.
>
> Explorasi butuh sekali investasi Risk Capital yg besar, karena risikonya
> tinggi serta Capital & Technology Intensive. Bayangkan, biaya pemboran satu
> sumur eksplorasi saja, di darat sudah belasan USD dan di offshore 30 hingga
> 140 jt USD. Risk Capital hanya dimiliki MNC’s yg kita butuhkan. Kebanyakan
> Pengusaha Nas’l tidak punya. Eksplorasi belum tentu bisa menemukan cadangan
> Migas; dan risiko kegagalan sepenuhnya ditanggung Kontraktor.
>
> Maka BUMN PTM sbg pemegang KP secara (tunggal) eksklusif sebatas setiap
> WK, sejak awal telah mengadakan PSC dng Investor Asing yg bersifat Kontrak
> Jasa.
> Ketersediaan Risk Capital MNC’s di dunia = terbatas, maka kita hrs
> berkompetisi dng Negara2 lain utk menariknya. Maka persyaratan PSC perlu
> kompetitif & atraktif dibanding negara2 lain. Terutama soal “Cost
> Recovery”, yg kini terus jadi mainan utak-atik para politisi. Maka sistem
> Cost Recovery dlm PSC, perlu dijadikan ketentuan UU Migas, karena sistemnya
> yg FIFO dan Depresiasi DDB memfasilitasi Risk Capital Turnover yg tinggi.
> Feature ini membuat PSC kita kompetitif sekali utk menarik risk investment.
>
> Pd sistem PSC yg konsisten Psl 33 UUD45, WK hanya diberikan kpd BUMN PTM
> sbg otoritas tunggal utk melakukan Usaha Pertamb.Migas sebatas WK tsb. Pd
> PSC yg harus berkarakter Kontrak Jasa, lahan WK - BUMN PTM tsb,
> didefinisikan hanya sbg “Contr.Area”. Maka dng KP di tangan PTM, Usaha
> Migas di dlm WK ybs, adalah seutuhnya usaha milik PTM c.q. Negara, dng
> konsekuensi bhw Mgt-nya ada di tangan PTM, berikut kepemilikan atas prod.,
> cad.migas serta seluruh instal.& peralatan prod-nya; sedangkan Kontraktor
> hanya sbg pemberi jasa financing  dan teknologi  saja, disamping jadi
> Operator yg wajib bertanggung jawab kepada PTM.  Lalu sbg imbalan jasanya
> tsb, Kontraktor mendapatkan hak atas sebagian dari produksi.
>
> Maka BUMN PTM di dlm setiap WK-nya, hanya mengadakan PSC yg berkarakter
> Kontrak Jasa dng Investor, sbg pembantu pemberi jasa kpd Usaha PTM ybs. Dng
> demikian Kuasa Negara akan tetap efektif sampai ke tataran pelaksanaan
> pengusahaan Migas, guna menjamin tercapainya tujuan Psl 33 UUD45.
>
> Akhirnya, membuat Revisi UU Migas yg konsisten dng ketentuan Psl 33 UUD45,
> akan memberikan kepastian hukum bagi Investor Asing berikut investasi Risk
> Capitalnya yg amat kita butuhkan guna menunjang kontinuitas eksplorasi; yg
> telah terbengkalai 10 thn sejak terbitnya UU Migas no.22/2001.
>
>
>
>
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>
> -----Original Message-----
> From: Parvita Siregar <parvita.sire...@awexplore.com>
> Sender: <iagi-net@iagi.or.id>
> Date: Thu, 21 Feb 2013 07:48:15
> To: 'iagi-net@iagi.or.id'<iagi-net@iagi.or.id>
> Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: RE: [iagi-net] IMG00583-20130220-1528.jpg
> Ini ada berita dari SP Pertamina yang say abaca semalam.  Mudah2an Mahakam
> dikelola oleh putra-putri bangsa ya. Kita sanggup kok.
>
>
> -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
>
>
>
> BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Serikat Pekerja Mathilda-Federasi Serikat Pekerja
> Pertamina Bersatu mendesak pemerintah untuk mendukung Pertamina sebagai
> pengelola dan menjadi operator Blok Mahakam, blok migas di Kalimantan Timur.
>
> Ada tujuh butir pernyataan sikap SP Mathilda-FSPPB yang dibacakan Farid
> Rawung, Ketua Umum SP Mathilda-FSPPB. Serikat Pekerja (SP) Mathilda
> merupakan satu dari 23 serikat pekerja yang tergabung dalam FSPBB.
>
> SP Mathilda membawahkan area seluruh Kalimantan. "Beri kesempatan kepada
> perusahaan di negeri ini untuk mengelola migas sebagai national oil company
> di negerinya sendiri," kata Farid di kantor SP Mathilda, Balikpapan.
>
> Tujuh butir pernyataan sikap mereka adalah pertama, meminta pemerintah
> agar segera memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Blok Mahakam
> dengan Total E&P I.donesie dan Inpex Corporation melalui penerbitan PP atau
> keppres secara terbuka.
>
> Kedua, menunjuk dan mendukung penuh Pertamina sebagai BUMN untuk mengelola
> dan menjadi operator Blok Mahakam sejak April 2017.
>
> Ketiga, membebaskan keputusan kontrak Blok Mahakam dari perburuan rente
> dan upaya meraih dukungan politik dan logistik guna memenangi
> Pemilu/Pilpres 2014.
>
> Keempat, mengikis habis oknum pejabat-pejabat pemerintah yang telah
> menjadi kaki tangan asing dengan berbagai cara antara lain dengan sengaja
> atau tidak sengaja, secara langsung atau tidak langsung memanipulasi
> informasi, melakukan kebohongan publik, melecehkan kemampuan SDM bangsa
> sendiri dan BUMN khususnya Pertamina dan merendahkan martabat bangsa.
>
> Kelima, mendorong dan mendukung KPK untuk terlibat aktif mengawasi
> penyelesaian status kontrak Blok Mahakam secara menyeluruh, serta
> kontrak-kontrak sumber daya alam lain.
>
> Keenam, menuntut pemerintah dalam mengangkat direksi pertamina tidak
> digunakan untuk kepentingan yang jauh dari etika bisnis, apalagi menjadi
> transaksi dagang sapi menuju 2014.
>
> Direksi Pertamina haruslah yang profesional dan memiliki jiwa merah putih
> serta berpihak kepada rakyat.
>
> Ketujuh, apabila pemerintah tidak mengindahkan pernyataan sikap ini,
> pekerja Pertamina Kalimantan siap melakukan industrial action sesuai
> instruksi FSPPB (Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu).
>
>
>
>
>
>
>
>
> Editor :
> Tjahja Gunawan Diredja
>
>
>
> Parvita Siregar | Senior Geologist | AWE (NorthWest Natuna) Pte Ltd | AWE
> Limited
> P +62 21 2934 2934  |  D ext 107  |  F +62 21 780 3566  |  M +62 811 996
> 616  |  E mailto:parvita.sire...@awexplore.com
>
> -----Original Message-----
> From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
> aluthfi...@gmail.com
> Sent: Thursday, February 21, 2013 6:51 AM
> To: iagi-net@iagi.or.id
> Subject: [iagi-net] IMG00583-20130220-1528.jpg
>
>
> Menyambung email pak Avi, ini ada pernyataan Dirut Pertamina KA di media,
> bahwa Pertamina siap berinvestasi dan sanggup mengelola blok Mahakam,
> bahkan siap kalau ditunjuk sebagai operator.
>
> Sent from my BlackBerry(r)
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>

Kirim email ke