2014-08-12 9:18 GMT+07:00 <koeso...@melsa.net.id>:

> Kalau sudah tidak melimpah lagi ya tdk bakalan ada yg mau explorasi lagi
> dong. Selesai dan tamatlah IAGI
>

Dalam berbagai acara saya sering memberikan cerita diawali dengan
memberikan pengertian "*potensi*" dan "*cadangan*" dengan analogi "*energi
panas matahari"* dan *"energi listrik"*. Kita banyak sinar matahari yang
dapat dijadikan listrik tapi kita tidak memiliki listrik cukup. Demikian
juga kita memiliki *POTENSI *migas yang melimpah, tetapi kita memiliki
*CADANGAN
*migas yang sedikit. Potensi dapat dijadikan cadangan dengan kegiatan
eksplorasi, tapi itupun bisa gagal.
Jadi Indonesia itu KAYA POTENSI tetapi miskin cadangan.

Selain itu memberikan pengertian bahwa dalam satu tahun kita telah
mengeksport batubara yang mampu"melistriki Jakarta selama 10 tahun !"
Jakarta listrik mati setengah jam saja, kita dua hari penuh ngomel-nya.

RDP


> Hehe
> RPK
> Powered by Telkomsel BlackBerry®
> ------------------------------
> *From: * "E.Bawa Santosa" <eba...@cbn.net.id>
> *Sender: * <iagi-net@iagi.or.id>
> *Date: *Tue, 12 Aug 2014 08:14:36 +0700
> *To: *<iagi-net@iagi.or.id>
> *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
> *Subject: *RE: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>
> Pak Yanto, apa kabar ??
>
>
>
> BTW, saya sependapat dengan pak Ong HL, pak Kusuma dan pak Yanto bahwa SDA
> kita masih sangat berlimpah adalah informasi yang rancu dan membingungkan
> bahkan besar pengaruhnya dalam penentuan strategi energi bauran (energy
> mixed) untuk masa depan bangsa Indonesia.
>
>
>
> Jika kita amati lebih rinci pada beberapa kesempatan diskusi terbuka,
> dimana pak Kurtubi (sebagai pengamat energi ; Ketua Bid Energi partai
> NASDEM dan calon anggauta legislatif DPR-RI) sering menyampaikan kekayaan
> SDA yang sangat berlimpah (terutama O&G, Batubara, Panasbumi dan energi
> mineral lainnya...) dengan bahasa politik (provokatif dan propagandis)
> namun tidak menjelaskan dengan bahasa  teknis (P1, P2, P3 ... atau Cadangan
> terduga, cadangan terbukti,...dll).
>
> Pak Kurtubi sebagai Menteri ESDM, wowww... menakutkan.!!!
>
>
>
> Oleh karena itu peran serta IAGI sebagai organisasi profesi kiranya bisa
> lebih gencar melakukan sosialisasi informasi mengenai kekayaan SDA
> Indonesia secara jujur, benar dan terbuka kepada masyarakat dan bahkan juga
> kepada pemerintah (pengambil kebijakan).
>
>
>
> IAGI perlu ikut serta melakukan dukungan kuat dan kampanye “hemat energi”
> dan “pemahaman energi itu mahal” bagi kehidupan masyarakat sehari-hari.
>
> Sambil menunggu munculnya pemanfaatan teknologi energi non-fosil di masa
> datang, juga perlu digiatkan efisiensi energi dan konservasi energi
>
>
>
> Saya kira, issue kekayaan SDA ini bisa menjadi salah satu agenda bagi
> Pengurus IAGI periode mendatang (Pemilihan 2014)
>
>
>
> Salam IAGI,
>
> E. Bawa Santosa
>
>
>
> *From:* iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] *On Behalf Of *
> R.P.Koesoemadinata
> *Sent:* 12 Agustus 2014 7:08
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
> *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>
>
>
> Kalau Kurtubi jadi Menteri ESDM, suruh dia buktikan "masih berlimpah" itu
> dengan mebuat policy sehingga terjadi explorasi migas besar-besaran!
>
> Heheh
>
> RPK
>
>
>
> ----- Original Message -----
>
> *From:* Yanto R. Sumantri - yrs_...@yahoo.com <yrs_...@yahoo.com>
>
> *To:* iagi-net@iagi.or.id
>
> *Sent:* Sunday, August 10, 2014 7:56 PM
>
> *Subject:* Re: [iagi-net] DATA dan PENJELASAN
>
>
>
> Pak Ong ysh
>
>
>
> "Masih berlimpah " ,ini pembohongan publik yang luar biasa.
>
> Pak Kurtubi dalam banyak kesempatan selu mengemukakan halli i  danaya
> pernah bertemu mukadengan beliau ,
>
> Saya sampaikan kritik saya ini , akan tetapi sampai saat ini beliau masih
> membuat pernyataan yang sama .
>
> Bagaimana kalau belliau diangkat aiMneteri Esdm ya ?
>
>
>
> Lainya saya sependapat dengan pak Ong.
>
>
>
> si AbahYRS
>
>
>
>
>
>
>
> On Saturday, August 9, 2014 11:15 AM, Ong Han Ling <wim...@singnet.com.sg>
> wrote:
>
>
>
> Teman2 IAGI,
>
>
>
> Pertama-tama, saya ingin mengucapakan "Selamat Hari Raya Ied Fitri, 1
> Sjawal 1435 H". Maaf lahir dan bathin.
>
>
>
> Maaf, tulisan ini agak panjang, Anda diminta sabar membacanya.
>
>
>
> Merupakan budaya kita untuk tidak mengeritik atasan meskipun mengetahui
> salah. Hal demikian tidak mendidik dan menyesatkan banyak orang termasuk
> "policy makers" bidang energy dan perlu segera diperbaiki
> karena konsekwensi besar sekali.
>
>
>
> Contoh konkrit yang baru terjadi didepan mata kita. Dalam debat calon
> Presiden, Menko Perekonomian dengan bangga mengatakan didepan layar TV
> bahwa Indonesia telah berhasil negosiasi dengan China dan harga LNG Tanguh
> menjadi $12/mmbtu. Waktu mendengarkan saya ikut bangga. Ternyata besoknya
> di Jakarta Post, harga cuma $8/mmbtu. Harga $12/mmbtu baru berlaku tahun
> 2016. Wah, kalau cuma $8/mmbtu, seyogianya LNG Wiryagar dipakai domestik
> saja mengingat PLN Jakarta (Muara Karang) impor LNG dari Bontang, dengan
> harga kira-kira $11/mmbtu, yaitu dibawah harga jual ke Taiwan/Jepang/Korea
> ($14-17/mmbtu).
>
>
>
> Data yang keliru, data yang tidak disampaikan, ataupun data salah yang
> tidak dikoreksi seperti tsb. diatas, akan berakibat kekeliruan dalam energy
> policy.
>
>
>
> Contoh yang lain yang menurut saya sangat fatal adalah "impor" LNG ke
> Jakarta, Jambi, Semarang, dan Arun.
>
>
>
> Demi menenangkan publik dan juga untuk "boosting" keberhasilannya,
> Penjabat sering memberi optimisme bahwa gas Indonesia masih berlimpah,
> sepert pernyataan bahwa gas yang dikeluarkan baru 6% dari cadangan
> (cadangan yang mana?).
>
>
>
> Demi promosi CBM dan Shale gas, ESDM telah memelesetkan investor dengan
> memberi kesan bahwa cadangannya luar biasa, beberapa kali lipat cadangan
> associated gas, padahal belum ada yang diproduksi. Yang terpelesetkan
> ternyata bukan investor saja. Kebanyakan orang termasuk menteri dan "policy
> makers", tidak bisa membedakan antara resources, potential, proven,
> probable dan possible. Semua cadangan dianggap sama hingga Indonesia
> terlihat berlimpah gas.
>
>
>
> Demi memberi kesan gas masih banyak, lapangan Exxon Natuna dengan cadangan
> hydrocarbon sampai 40+ TCF sering dibanggakan termasuk pidato Presiden
> tahun 2012. Namun lupa dikatakan bahwa gas Natuna mengandung 35% CO2 hingga
> memisahkannya mahal sekali. Meskipun POD Natuna sudah pernah keluar, namun
> dengan adanya penemuan beberapa lapangan gas raksasa di NW Shelf, Australia
> Barat 10 tahun lalu dan adanya revolusi shale gas di US dan Canada 5 tahun
> yang lalu, Natuna merupakan sejarah dan seharusnya sudah lama di
> peti-eskan.
>
>
>
> Hal yang serupa dan ber-potensi menjadi masalah adalah LNG INPEX Masela
> yang produksinya sangat diharapkan Pemerintah. INPEX Masela ditemukan tahun
> 2000 bersamaan dengan penemuan INPEX Itchy di NW Shelf Australia Barat.
> Itchy mulai dibangun tahun 2011. Sedangkan untuk Masela, Final Investment
> Decision (FID) baru direncana tahun 2015. FID adalah faktor yang menentukan
> apakah proyek diteruskan atau tidak, bukan POD. Dengan adanya revolusi
> shale gas di USA dan Canada, keterlambatan proyek Masela sampai 4 tahun
> membuat keekonomian Masela dipertanyakan. Seperti Natuna, kelambatan bisa
> menyebabkan  proyek dibatalkan dan dipeti-eskan. Pemerintah perlu mengejar
> dan perlu dikejar jika Masela ingin dioperasiakan sebelum membanjirnya LNG
> dari Australia, US, Canada, dan bahkan dari Rusia akan masuk Pacific basin.
> Masela berpacu dengan waktu
>
>
>
> Persepsi yang diberikan ESDM selama ini bahwa gas Indonesia masih
> berlimpah, menyebabkan "policy maker" mengambil kebijakan untuk menggunakan
> Bahan Bakar Gas (BBG) untuk mobil, pembangun stasiun Compressed Natural Gas
> (CNG) dimana-mana, dan yang paling fatal adalah menggunakan LNG untuk
> pembangkit listrik di Jawa dan Sumatra. Import LNG dari Bontang ke PLN
> Muara Karang, Jakarta, telah  dilaksanakan. Demikian juga nantinya "import"
> dari Wiryagar lewat mekanisme DMO. Ini tidak masuk akal. LNG memang bersih
> lingkungan tetapi terlalu mahal bagi Indonesia saat ini (Ong, 12/2013,
> SPE).
>
>
>
> Secara perhitungan kasar, membuat LNG harganya sekitar $4/mmbtu. Angkut ke
> Jawa cryogenic $1/mmbtu. Sebelum bisa dipakai PLN Muara Karang, LNG harus
> dikembalikan ke gas lagi dengan biaya $2/mmbtu. PT Regassing Nusantara yang
> terdiri dari tiga perusahaan yang melakukan regassing adalah perusahaan
> swasta yang perlu mengambil keuntungan, diasumsikan $2/mmbtu. Ditambah
> biaya operasi PLN $1/mmbtu. Jadi harga total untuk angkut gas dari
> Kalimantan ke Jawa adalah $10/mmbtu. Dengan catatan biaya tsb. belum
> termasuk harga gas.
>
>
>
> Dilain pihak, untuk Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga gas
> dari K3S ke PLN $5,80/mmbtu sejak pertengahan tahun 2012, dari harga
> sebelumnya cuma $3/mmbtu selama bertahun-tahun. Padahal  mendatangkan gas
> dari Bontang ke PLN Jakarta, Pemerintah rela membayar $10/mmbtu untuk
> ongkos angkut saja. Seyogianya K3S dibayar $15.80/mmbtu. Dengan harga tsb.
> K3S akan giat melakukan eksplorasi di Jawa dan Sumsel dan bahkan berani
> memasang pipa untuk delivery ke PLN. Gas di Jawa dan Sumsel, kalau dilihat
> dari "creaming curve" masih banyak (WoodMac). Produksi gas di Jawa dan
> Sumatra Selatan akan naik significant dengan menambah pemboran.
>
>
>
> Sudah waktunya Pemerintah memberikan  keuntungan yang layak kepada
> mitranya, K3S, yang sudah berpuluhan tahun beroperasi di Indonesia. Sejak
> lebih dari 10 tahun lalu, IPA sering protes mengapa gas dari K3S hanya
> dihargai antara $1-3/mmbtu, namun Pemerintah terus impor diesel dengan
> harga $7/mmbtu. Artinya, mengapa keuntungan diberikan kepada luar negeri
> dan para importir hingga membuat eksplorasi gas mandek?
>
>
>
> Menurut saya banyak kesalahan terjadi dibidang energy policy disebabkan
> data yang tidak sesuai. Sebaiknya Pemerintah berkonsentrasi pada
> pekerjaannya, termasuk memberi data yang benar. Kewibawaan Pemerintah perlu
> dijaga. IAGI perlu membantu.
>
>
>
> Maafkan kalau ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini.
>
>
>
> Salam,
>
>
>
> HL Ong
>
>
>
>
>

----------------------------------------------------

Siapkan waktu PIT IAGI ke-43

Mark your date 43rd IAGI Annual Convention & Exhibition

JAKARTA,15-18 September 2014

----------------------------------------------------

Visit IAGI Website: http://iagi.or.id

Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact

----------------------------------------------------

Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa)

Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:

Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta

No. Rek: 123 0085005314

Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)

Bank BCA KCP. Manara Mulia

No. Rekening: 255-1088580

A/n: Shinta Damayanti

----------------------------------------------------

Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id

Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id

----------------------------------------------------

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information 

posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. 

In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not 
limited

to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting 

from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use 
of 

any information posted on IAGI mailing list.

----------------------------------------------------

Reply via email to