Pak Daru,
Terimakasih atas tanggapannya yang positif. Salam, HL Ong From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) Prihatmoko Sent: Monday, January 2, 2017 4:56 PM To: iagi-net@iagi.or.id Cc: pp-iagi-2...@iagi.or.id; Mailist MGEI Subject: Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah Pak Ong (dan rekan-rekan IAGI), Terima kasih sudah mengingatkan hal ini (lagi). Banyak permasalahan hilir energi spt dirinci pak Ong yg punya dampak thd iklim eksplorasi di hulu. Untuk sektor energi (migas, geothermal dan batubara) sepehaman saya ini pernah menjadi pokok bahasan KEN (yg sudah dibubarkan) – dimana sebagian rekan-rekan IAGI terlibat di dalamnya. Fokus utamanya adalah untuk menggairahkan iklim eksplorasi (lagi). Oleh karenanya (bahwa sektor energi sdh ditangani KEN), PP IAGI membagi focus ke sektor mineral (dan batubara). Walaupun di KEN, sektor ini diwadahi juga mulai awal 2016, tapi kitapun (IAGI-MGEI) terus bergerak dengan salah satu aksi puncaknya yaitu mendorong dicabutnya “moratorium” WIUP melalui siaran pers di acara GIC Bandung Okt lalu, maupun menyampaikan usulan langsung ke pemerintah. Setelah melalui beberapa kali pertemuan dengan Ditjen Minerba, semoga tahun ini WIUP baru bisa segera dibuka untuk menggairahkan eksplorasi lagi. Namun dengan terhentinya KEN, tentunya kita perlu tindak-lanjuti apa yg sudah dirintis dan siapkan KEN (sector energi). Rekan-rekan ISPG dan Bidang Panas Bumi kita harapkan menjadi motor untuk hal ini. Sekali lagi terima kasih pak Ong untuk “reminder” dan perhatiannya thd IAGI…. Saya kira concern pak Ong ini perlu dimuat di majalah IAGI. Salam, Daru From: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> on behalf of Ong Han Ling <hl...@geoservices.co.id> Reply-To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> Date: Monday, January 2, 2017 at 11:22 AM To: "iagi-net@iagi.or.id" <iagi-net@iagi.or.id> Subject: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah Teman-teman IAGI, Pertama-tama, bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2017. Membaca laporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut bangga dan ingin mengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah pimpinan Bpk Daru Prihatmoko. Namun menurut saya, ada satu yang missing. Banyak dari anggota IAGI kerja di perusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia Internasional. Tidak demikian dengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal adalah pegawai negeri. Maka itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam pengambilan kebijakan adalah sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI tergantung dari policy dan keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah. Dalam bukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober 2016, tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di ITB. Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang tokoh yang bisa dikatakan adalah Bapak Pertambangan Indonesia. Beliau seakan-akan ingin memberi pesan terakhirnya kepada bangsa ini: "Tingkat perkembangan dan kemajuan pertambangan di suatu negara, bukannya terutama ditentukan oleh potensi sumberdaya mineralnya betapapun juga kayanya, tetapi lebih banyak bergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa dalam menciptakan iklim yang diperlukan". Banyak orang berpendapat termasuk penjabat tinggi dan bahkan Presiden, sering mengemukakan bahwa Indonesia kaya dan mineral resources Indonesia luar biasa besarnya. Umpama, bahwa lebih dari 50% Geothermal dunia berada di Indonesia. Gas Indonesia baru 6% terpakai. Minyak Indonesia masih banyak kalau di explore dengan benar. Gas Natuna cadangannya terbesar didunia. Indonesia kaya energi baru dan terbarukan. Dsb. Selain itu, beberapa tulisan anggota IAGI menunjukan betapa kayanya dan besarnya potensi bumi Indonesia ini. Prinsip explorer yang selalu didengungkan adalah bahwa kalau diberi dana, pasti akan ditemukan cadangan baru. Namun semua kekayaan SDM tidak ada artinya kalau kebijakan Pemerintah keliru seperti yang dikemukan oleh Pak Sigit. Kalau kebijakan tidak mendukung eksplorasi. Kalau the cost of doing business terlalu mahal. Kalau harga commodity yang diberikan tidak wajar dan diluar harga commercial. Hal terakir, kewajaran harga, akan kita bahas disini. Sejak 2002 Oil companies meminta/mengemis untuk diberikan harga commercial berdasarkan British Themal Unit, untuk produksi gas yang mereka supply ke PLN. Karena gas adalah monopoli PLN, harga diteken $2-4/mmbtu, atau jauh dibawah harga import diesel berdasarkan BTU content. Oil Co. juga minta supaya credit rating PLN dinaikkan karena PLN sering menunggak. Pemerintah menolak permitaan K3S tsb. Konsekwensinya, marginal gas field yang terdapat di Sumatra Selatan, Jawa Barat maupun Jawa Timur tidak berkembang. Demikian juga sekitar 25 perusahaan CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga lebih tinggi dari gas alam untuk pengembangannya, semuanya tumbang. Tahun 2012, PLN Muara Karang beli LNG dari Bontang yang seharusnya dijual ke Taiwan dengan harga $17/mmbtu, dialihkan lewat PT Regassing Nusantara untuk dipakai di PLN Muara Karang untuk keperluan listrik Jakarta. Biaya transport LNG, biaya regassing, dan keuntungan PT, diperkirakan harga gas menjadi $21-23/mmbtu, hingga listrik di Jakarta termasuk termahal didunia. Seandainya PLN pada waktu itu berani menawarkan kepada K3S harga gas US$21/mnmbtu fob. Muara Karang, pasti gas South Sumatra termasuk CBM dan gas di Jawa Barat, yang pada waktu itu cuma dihargai S2-6/mmbtu, akan dikembangkan. Dengan harga tsb., K3S akan langsung melakukan pemboran dan pembangunan infrastruktur gas ke Jakarta. PGN diberi monopoli distribusi gas dengan membangun infrastruktur pipa gas, hingga keuntungan PGN cukup significant dengan risiko kecil. Namun, keuntungan PGN yang seharusnya dipakai untuk membangun infrastruktur pipa gas, telah dipakai untuk mendirikan perusahaan minyak dan berkompetisi dengan Pertamina. PGN melakukan eksplorasi dan bahkan melakukan investasi E&P di luar Negeri, semua berrisiko tinggi, sesuatu yang baru baginya. PGN lalai salah satu tugas utamanya, yaitu melayani Oil companies dengan membangun infrastruktur gas untuk membawa produksi gas K3S ke market, yaitu kota-kota industri. Harga yang wajar untuk energy baru dan terbarukan (EBT) juga merupakan impian saja. Kecuali di US, semua negara mengenakan pajak import untuk minyak yang besarnya bervariasi, rata-rata mungkin 100%. Perusahaan EBT disuru bertanding dengan harga minyak yang dikenakan pajak tsb. Untuk Indonesia tidak demikian; perusahaan EBT Indonesia dianjurkan Pemerintah tetapi mereka harus bertanding dengan harga minyak subsidi (non-commercial). Kesimpulan. Untuk gas baru yang akan dibeli PLN untuk Jawa sebaiknya disesuaikan dengan harga commercial. Demikian juga dengan harga Geothermal yang diberikan kepada pengembang. Keduanya perlu diekivalenkan berdasarkan BTU dengan harga import minyak diesel yang masih banyak dipakai oleh PLN untuk pembangkit listriknya. Selain patokan diesel, bisa juga dipakai patokan pembelian LNG untuk pembangkit listrik sejak 2012. Pemerintah saat ini sudah punya tiga regassing plant yang beroperasi dan sedang membangun yang lainnya. Supaya fair, harga import LNG, meskipun mahal, perlu dijadikan sebagai harga commercial yang wajar hingga K3S (termasuk Geothermal, CBM, dan shale gas) bisa berlomba mencari gas/energy baru. Perlombaan ini akan menurukan harga gas. Dengan adanya commercial dan fair prices tersebut, Geologist kita bisa bersaing dan bergairah untuk mencarikan resources yang baru yang selama ini didasarkan pada harga non-commercial, yaitu subsidized dan fictive prices. Salam, HL Ong Catatan: Kalau IAGI ingin memuat tulisan ini di majalah IAGI, silahkan. ---------------------------------------------------- Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016 Bandung , October 10-13 2016 for further information please visit our website at http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI) No. Rek: 123 0085005314 Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti) No. Rekening: 255-1088580 ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016 Bandung , October 10-13 2016 for further information please visit our website at http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI) No. Rek: 123 0085005314 Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti) No. Rekening: 255-1088580 ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. ---------------------------------------------------- Geosea XIV and 45TH IAGI Annual Convention 2016 Bandung , October 10-13 2016 for further information please visit our website at http://geosea2016.iagi.or.id or email to secretar...@geosea2016.iagi.or.id ---------------------------------------------------- Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta (a/n IAGI) No. Rek: 123 0085005314 Bank BCA KCP. Manara Mulia (A/n: Shinta Damayanti) No. Rekening: 255-1088580 ---------------------------------------------------- Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id ---------------------------------------------------- DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI or its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list.