Mengenang Komik Indonesia

 

Apakah yang masih bisa dikenang dari komik Indonesia di masa kejayaannya, di sekitar tahun 1970-an? Tentunya dunia romantik dan impresionistik komik di masa itu. Dunia komik roman menggambarkan bulan sebesar loyang, dan sepasang remaja berkasih-kasihan di atas bukit. Oh, indahnya. Pelukisan seperti itu dengan mudah bisa dijumpai pada karya-karya komikus di masa itu seperti Sim, Zaldy, Jan Mintaraga, dan lain-lain. Sedangkan gambar yang berkesan bergerak, dengan lentur dilukiskan misalnya oleh Ganes Th maupun Teguh Santosa, yang kemudian diikuti sejumlah komikus lain.Dunia "bulan" komik, dunia "pohon-pohon merangas berikut ranting kering" itu, dipamerkan The British Council bekerja sama dengan Himpunan Pengumpul Komik Institut Kesenian Jakarta (IKJ) di ruang perpustakaan The British Council, Jakarta, tanggal 3-31 Oktober 2001.

"Pameran ini digelar untuk memberikan gambaran kepada pemerhati seni di Indonesia khususnya para remaja mengenai karya-karya yang populer. Selain itu juga mengajak audience untuk memproyeksikan masa depan komik Indonesia melalui karya komikus muda Indonesia, yang pada kesempatan ini diwakili oleh komikus dari IKJ," kata Mona Monika, Head of Public Relations The British Council.

Karya-karya tujuh komikus yang berpengaruh pada zamannya ditampilkan dalam pameran ini. Mereka adalah Ganes Th, Indri Sudono, Jan Mintaraga, RA Kosasih, Taguan Hardjo, Teguh Santosa, dan Wid NS. Mereka itu umumnya telah menghasilkan ratusan judul karya yang akan terus menjadi pemacu generasi sekarang. Sebagian dari karya-karya itu pernah dialihmediakan menjadi film bioskop atau televisi. Sedang komikus muda generasi sekarang yang karyanya dipamerkan adalah Kitty Felicia, Ari Satriana Drama, dan Alfi Zachkyelle.

Menurut sejumlah pemerhati komik, kunci keberhasilan mereka di dunia komik Indonesia di samping kualitas cerita dan gambar adalah komitmennya terhadap dunia komik, serta inovasi yang dilakukan. Mereka tampil pada saat yang tepat dengan karya yang bisa menjawab kebutuhan zamannya. Karya mereka kemudian menjadi karya yang "klasik".

Mencermati karya-karya yang berjaya tahun 1960-an sampai 1980-an itu, setiap komikus punya kecenderungan berbeda. Ganes Th, komikus yang pernah disegani dan sangat berpengaruh, memiliki maskot Si Buta dari Gua Hantu. Karya ini pernah diangkat ke layar lebar. Di samping komik silat ia membuat komik roman percintaan, detektif, dan roman berlatar belakang sejarah.

Indri Sudono, mempopulerkan tokoh Petruk-Gareng, tokoh punakawan dari dunia pewayangan, menjadi komik humor. Di samping humor, isi komiknya juga menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia khususnya pada tahun 1960-an.

Jan Mintaraga, dengan komik roman percintaannya, sangat populer di kalangan remaja. Walaupun begitu ia juga membuat komik dari genre lain seperti silat, legenda, dan superhero.

RA Kosasih, komikus paling senior di antara yang lain, adalah yang pertama kali membuat komik Indonesia dalam bentuk buku. Dia banyak melahirkan berbagai genre komik, dari komik anak-anak, roman, silat, superhero hingga wayang. Karyanya yang sangat monumental adalah Mahabharata dan Bharatayudha.

Taguan Hardjo, dikenal sebagai komikus yang berpengaruh dari kelompok komikus Medan. Karya-karyanya bertemakan legenda dan cerita rakyat, atau roman berlatar belakang kehidupan etnik. Keistimewaannya adalah cerita-ceritanya yang tidak kalah dengan novel-novel sastra di samping teknik menggambarnya yang prima.

Teguh Santosa, melahirkan karya-karya komik roman berlatar belakang sejarah. Ia memiliki teknik menggambar yang banyak ditiru oleh komikus lain. Selain roman sejarah ia juga membuat komik wayang, dan silat. Karyanya dibangun dari kehidupan sehari-hari dengan teknik gambar begitu detail dengan karakter Indonesia.

Sedang Wid NS, dikenal sebagai artis komik yang berhasil mempopulerkan seorang tokoh rekaan super yaitu Godam. Walaupun ia membuat komik Godam yang diilhami tokoh komik Amerika, karakter dalam komik karya Wid NS memiliki wajah seperti orang Indonesia, setting yang juga seperti di Indonesia dan dialog yang hidup. Selain komik superhero, ia juga membuat komik silat, legenda, dan sejarah.

KOMIK sebagai media yang begitu bebas mengapresiasi kehidupan masyarakat, tak hanya sekadar media hiburan. Meski komikus bukan penulis sejarah, tapi lewat pengalaman visual pada karyanya bahkan terekam "kebudayaan".

Lihat karya-karya komikus Indonesia legendaris Ganes Th. Dalam karya-karya puncaknya seperti Si Djampang, Tuan Tanah Kedawung atau serial Si Buta dari Gua Hantu, seperti diungkap dalam Panel (Oktober 2001), ia mampu mendisain latar dari cerita komiknya. Ia mampu menciptakan sebuah jagad yang lengkap.

Tuan Tanah Kedawung (1969) dan Si Djampang (1971), dibuat dengan latar belakang kehidupan masyarakat Betawi di tahun 1900-an. Di dalamnya kita dapat melihat kehidupan etnik; ada Betawi, Jawa, Cina, dan Belanda. Ada perbedaan sosial; bangsawan, rakyat biasa, kyai, centeng, serdadu kompeni lengkap dengan desain lingkungan dan arsitekturnya, yang sebagian masih dapat kita temukan dalam kehidupan sekarang.

Pada serial Si Buta dari Gua Hantu (sejak 1967), karena Si Buta seorang petualang, di situ ditemukan latar Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi hingga Kalimantan. Dalam komik serial itu, kita dapat melihat keseriusan Ganes Th dalam mendesain tokoh-tokoh, menggambarkan lingkungan alam, bangunan peralatan, dan kendaraan yang sesuai dengan latar etnik dan latar waktu yang dipilihnya.

Sedang pada komik Taufan, kita bisa melihat penggambaran alam penjajahan Jepang. Kehebatan Ganes Th tak hanya soal desain latar dari cerita komiknya, tetapi ia juga dengan sangat fasih membuat dialog dengan dialek Betawi, mahir dalam menggambarkan jurus silat, dan sangat terampil menceritakan tipu daya centeng mengakali tuannya.

Singkat cerita, Ganes Th mampu menciptakan suatu jagad yang lengkap, mulai dari alam, latar belakang etnik, arsitektur, tingkatan teknologi, struktur sosial dan pemerintahan.

Sama halnya dengan Ganes Th, karya-karya enam komikus lainnya kalau dicermati juga menciptakan "kebudayaan" tersendiri melalui karya-karya komiknya. (Yurnaldi/kompas)



=================================================================
"Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'.
It has silent message saying that I remember you when I wake up.
Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna

Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM
Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB
SMS di 0818-333582
=================================================================




YAHOO! GROUPS LINKS




Reply via email to