Bukan etika jurnalistik dalam metode liputan yg dipersoalkan. Yang ditanyakan soal keberpihakan, bukan soal cover both sides, dan sejenisnya.
Berapa banyak sih, TV menyediakan waktu untuk mengingatkan masyarakat soal uang ratusan triliun yang hilang begitu saja lewat penggelapan BLBI? Bagaimana para penggelap BLBI men- jalani hidupnya? Bang Nuim di acara Sabtu pagi di Delta masih semangat untuk mengingatkan kita soal BLBI. Kalau bakso tikus bisa diinvestigasi, kenapa perampokan hutan oleh para cukong tidak? Kalau shampo palsu bisa dikejar, bagaimana kalau para maling BBM juga dikejar? Baik penyelundupnya atau yg maling langsung dari pipa Pertamina di Kalimantan. Apa susahnya menginvestigasi kebijakan-kebijakan menteri BUMN jaman pemerintahan yg lalu yg menjual aset negara dg harga wajar? Atau apa susahnya mengangkat soal rebutan ladang minyak antara Exon (yg keluarga Bush merupakan salah satu pemiliknya) dan Pertamina? Apa repotnya mengangkat berita soal salah seorang menteri yg menekan direksi PLN utk beli batu bara bagi pembangkit PLN dari perusahaan milik keluarga pak menteri dengan harga tidak wajar? Apa repotnya mengangkat ketidakberesan dalam kontrak-kontrak pemerintah atau Jasamarga dengan pihak swasta dalam soal jalan tol? yg ini mungkin memang akan bikin rueeepot manajemen Trans TV, ya :D Jadi, sekali lagi, soalnya adalah KEBERPIHAKAN, bukan soal teknis peliputan. Atau kita semua memang cuma bisa 'menginjak kepala yang dibawah' dan 'menjilat pantat yg diatas' seperti rombongan monyet yg berebut memanjat pohon pisang? -SP- ------- Bina Upaya wrote: Kalau dihitung-hitung, Trans TV memang paling sering merugikan rakyak kecil dengan jurnalisme investigasi- nya. Dulu pernah meliput ttg shampo palsu, lalu ttg formalin, sekarang soal baso tikus. Yang terkena dampak negatifnya? Semua rakyat kecil!! Boleh juga sih, investigasinya. Tapi beraninya kok cuma sama orang kecil? Coba investigasi soal raibnya BLBI yg jumlahnya ratusan triliun (ratusan triliun, bo!), penjualan aset negara dengan harga yg tidak wajar melalui BPPN jaman pemerintahan yg lalu, soal penyelundupan BBM, soal penjarahan hutan oleh cukong-cukong. Berani? --- Reyna Miranda <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > pak..pak... > coba dihitung lagi deh pak... :)) > > yang terkena dampak itu kan bukan hanya yang jual pak, tapi > yang udah > mengkonsumsi juga kena.. .. > > regards > > reyna > > (saya bukan pegawai trans tv kok...) > > btw.. ini jawaban dari trans : > > Satrio Arismunandar > wrote: Sebelumnya, terima kasih atas perhatian, saran, dan > kritik > rekan-rekan semua. > Sesudah sejumlah posting, kritik dan saran soal liputan > bakso tikus saya > forward ke milis internal News Trans TV, berikut ini > jawaban dari producer > yang bersangkutan. Silahkan disimak. > > Thanks, > Satrio > =================================================== Rekan-rekan semua, Belajar dari peristiwa pemberitaan investigasi batik (bakso tikus), sebenarnya kami sudah menjalankan dan menerapkan prinsip-prinsip jurnalisme, sebagai dasar sebuah pemberitaan. Dari tayangan bakso, bakso boraks tayang sabtu, dan bakso tikus tayang minggu, Kami sudah cover all sides, (pembuat bakso benar dan sehat, pembuat batik, beberapa penikmat bakso, badan POM, serta salah satu komunitas pedagang bakso), tidak hanya both sides. Liputan batik tersebut benar-benar ada, tidak seolah-olah, tidak mengarang-ngarang. Pedagang batik itu juga ada, benar-benar berdagang batik, dan kami menyaksikan sendiri tempat dia berdagang. Ini artinya unsur "who" sudah terpenuhi. Kami juga menyampaikan di naskah, bahwa kami berhasil menemukan pedagang batik, berarti ADA, tidak mengatakan banyak atau beberapa. Artinya, faktanya ADA, tidak menyebut jumlah, ataupun prosentase. Kami juga tidak men-generalisasi bahwa sebagian atau semua pedagang bakso adalah pedagang batik, atau pedagang batik tersebut adalah mewakili pedagang bakso lainnya. Kami juga menayangkan salah satu pedagang bakso yang tidak menggunakan boraks dan tikus, lengkap dengan wawancaranya. Liputan kami jelas menayangkan produsen dan pedagang bakso yang tertib, tidak menggunakan boraks dan daging tikus. Kami sengaja menutup wajah pedagang batik, karena itu bagian dari komitmen dan perjanjian kami dengan pedagang tersebut. Dia mau datang ke Transtv dan di wawancara, dengan syarat identitas dan wajahnya tidak diketahui dan ditutupi. Tidak ada unsur uang untuk membuat dia mau berbicara dan diwawancara. Itu murni kemampuan reporter dan kamera person kami melakukan pendekatan, lobby, dan menjaga kepercayaan.Dan, News Trans TV di beberaparogram lainnya, sudah beberapa kali melakukan wawancara dengan narsum 'rahasia' lain seperti pembunuh bayaran, pemilik sekolah copet, perampok taksi, dan lainnya. Investigasi Trans TV tayang di Reportase Sore setiap akhir pekan, sabtu-minggu. Terkadang liputannya bersambung, sabtu berlanjut ke minggu. Terkadang juga, topiknya lepas antara sabtu dan minggu. Untuk yang bersambung, murni karena durasi yang disediakan 1 segmen, jadi harus bersambung. Menontonnya juga harus bersambung, tidak bisa sepenggal atau sebagian.Liputan bakso boraks tayang sabtu, dan bakso tikus tayang minggu. Dan di kedua tayangan bersambung tersebut, semua unsur prinsip jurnalisme sudah terpenuhi, cover all sides. Ketika isu formalin beredar, dampaknya lebih hebat ketimbang isu batik. Hampir semua pedagang tahu, ikan asin, dan mie, dagangannya menurun. Semua media, cetak dan elektronik memberitakan isu formalin tersebut, dan dampaknya juga hebat. Lantas, apa para pedagang tahu, ikan asin, dan mie berunjuk rasa? Apa mereka mau menuntut dan berunjuk rasa ke kantor semua media?, jawabnya tidak. Lalu, ketika yang mengangkat isu bakso boraks dan tikus hanya TransTv, pedagang bakso berunjuk rasa. Mengapa? karena cuma Transtv yang menayangkan liputan tersebut. Kedatangan pedagang bakso ke Trans TV, sudah diterima dengan baik oleh pimpinan news Transtv. Meski diantara pendemo itu, kami juga menemukan ada orang yang menyusup menjadi pedagang bakso alias pendemo bayaran. Ketika terjadi dialog, pihak Transtv sudah menjelaskan bahwa liputan berimbang (pedagang bakso yang benar) juga sudah ada saat penayangan pertama liputan tersebut. Jadi, hak jawab mereka sebenarnya sudah ada sejak penayangan pertama liputan tersebut. Menurut kami, adanya unjuk rasa di gedung Trans Tv,salah satunya adalah karena dampak dari ketidak-mengertian pedagang bakso akan jurnalisme, maklum mereka bukan wartawan atau jurnalis. Yang mereka tahu adalah dagangan mereka sepi pembeli. Mereka hanya ingin dagangan bakso kembali laris. Dan, Transtv sudah mencoba menayangkan liputan yang bisa mengangkat kembali citra makan bakso, sebagai tanggung-jawab dan sekaligus kembali menyalurkan hak jawab pedagang bakso. Namun, Transtv tidak menarik kembali liputan batik, karena itu adalah fakta. Fakta adanya kejahatan pembohongan kepada konsumen, mengaku daging sapi, tapi berbahan tikus. Lebih baik berterus terang, jual sate kambing, sate ayam, soto kuda, sate biawak, swikee, atau jual bakso tikus sekalian. __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Listen to Internet Radio! Access to your favorite Artists! Click to listen to LAUNCHcast now! http://us.click.yahoo.com/_mKGzA/GARHAA/kkyPAA/iPMolB/TM --------------------------------------------------------------------~-> ================================================================= "Morning greetings doesn't only mean saying 'Good Morning'. It has silent message saying that I remember you when I wake up. Wish you have a Great Day!" -- Ida & Krisna Jangan lupa untuk selalu menyimak Ida Krisna Show di 99.1 DeltaFM Senin - Jumat, pukul 06.00 - 10.00 WIB SMS di 0818-333582 ================================================================= Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/idakrisnashow/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/