MENGAJARKAN SOAL UANG KEPADA ANAK                                     

Oleh: Safir Senduk                                 

 


Apakah anak Anda sudah sekolah? 

Bila ya, berarti Anda tahu pentingnya sekolah bagi masa depan anak-anak. 

Lho, kok masa  depan? 

Apakah tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhi masa depan seseorang? 

Bukan, bukan itu maksud saya. Yang saya maksud lebih kepada cara berpikir.


Biasanya, cara berpikir yang baik akan sangat berpengaruh kepada masa depan
seseorang.


 


Saya seringkali menemukan orangtua memilihkan sekolah yang baik bagi
anak-anaknya,  

tetapi melupakan apa yang sebaiknya dimiliki anak agar berhasil dalam karier
serta keuangannya kelak.


 


 Nah, apa yang Anda berikan kepada anak dalam kaitannya dengan karier dan


 keuangannya kelak, bisa disebut sebagai Pendidikan Finansial. Jika Anda


 perhatikan, seringkali perilaku seseorang terhadap uang dipengaruhi oleh
apa yang  

 diajarkan orangtuanya tentang uang, saat ia masih kecil. Seseorang yang
boros,     

 mungkin saja ketika kecil orangtuanya selalu menuruti apapun permintaannya.


 Seseorang yang berani mengambil risiko usaha, mungkin ketika kecil
orangtuanya     

 selalu mengajarkan untuk tidak takut dalam menghadapi risiko. Begitu
seterusnya.   

 Jadi, hati-hati terhadap apa yang Anda ajarkan kepada anak tentang uang,
karena    

 bukan tidak mungkin itu akan sangat berpengaruh pada dirinya kelak ketika
dia dewasa.


 


 Banyak orang bingung tentang bagaimana cara memberikan Pendidikan Finansial
kepada 

 anak. Banyak orang juga bertanya kepada saya, "Oke, saya tahu tentang
Pendidikan   

 Finansial. Tapi apa sih langkah-langkah praktis yang bisa saya berikan?"
Dari      

 pengalaman saya, ada 5 hal yang bisa Anda berikan kepada anak dalam
kaitannya      

 dengan keberhasilan karier dan keuangannya kelak. Apa itu?


 


 1.BERBELANJA SECARA BIJAK


 Awalnya, anak mungkin hanya tahu bahwa uang adalah untuk dibelanjakan. Nah,


 orangtua bisa mengajarkan bahwa tidak semua barang yang ada di depan mata
bisa     

 dibeli. Membeli semua barang yang ada di depan mata bisa menjadi cikal
bakal       

 perilaku boros.


 


 Belanja bijak bisa dimulai dengan mengajarkan pengeluaran-pengeluaran apa
yang     

 boleh dan 'tidak boleh' dilakukan anak. Bisa juga mengajarkan anak supaya
tidak    

 berlebihan dalam mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu. Membeli mainan


 boleh-boleh saja, tetapi kalau kelewat sering tentu tidak baik. Apabila ini


 dibiasakan, kelak anak akan mampu mengeluarkan uang secara bijak, tak hanya
dalam  

 soal membeli mainan, tetapi juga dalam semua hal.


 


 2. MAMPU MENYIMPAN DAN MENGEMBANGBIAKKAN UANGNYA


 Tanpa keterampilan menyimpan dan mengembangbiakkan uang, sulit bagi
seseorang      

 untuk bisa sejahtera secara finansial. Di sini, orangtua bisa memberitahu
anak     

 bahwa yang namanya uang tidak hanya bisa dibelanjakan, tetapi juga bisa
disimpan   

 untuk keperluan darurat apabila anak memerlukannya suatu saat nanti.
Apabila semua 

 uang dibelanjakan, bisa-bisa tak ada uang lagi. Anda bisa memulainya dengan


 mengajarkan anak untuk lebih dulu menabung setiap uang saku yang ia
dapatkan, baru 

 sisanya dibelanjakan.


 


 Beritahu juga bahwa uang bisa dikembangbiakkan. Cara yang paling mudah dan
bisa    

 dijadikan awal untuk mengajarkan bahwa uang bisa dikembangbiakkan adalah
dengan    

 memperkenalkan anak pada produk-produk simpanan dan investasi di bank. Tapi


 hati-hati, jangan sampai karena Anda hanya mengenalkan investasi bank, si
anak     

 lantas takut berinvestasi ke tempat lain di luar bank. Sebagai alternatif,
kenapa  

 tidak mengajak anak untuk sesekali ikut ke toko emas? Belilah emas dalam
bentuk    

 koin. Selain bentuknya mirip uang, anak juga akan memiliki konsep bahwa


 berinvestasi tidak harus selalu ke bank, karena ada banyak pilihan lain
selain bank.


 


 3.MANDIRI


 Tanpa sikap mandiri, mustahil seseorang bisa mendapatkan penghasilan dan 

 sejahtera  secara finansial. Nah, orangtua-lah yang harus mengajarkan sikap


 mandiri tersebut. 

 Misalnya, anak minta dibelikan barang-barang yang harganya cukup mahal.
Nah,       

 orangtua bisa mengajarkan anak untuk tidak selalu meminta uang pada
orangtua       

 setiap kali mereka punya keinginan. Banyak sekali anak yang, bila
keinginannya     

 tidak dituruti, menggunakan tangisnya sebagai senjata agar orangtua mau


 mengabulkan keinginannya.


 


 Ajarkan pada anak bahwa ia bisa membeli sendiri barang yang diinginkannya,
tanpa   

 meminta uang pada orangtua. Caranya adalah dengan menyisihkan dari uang
sakunya.   

 Cara ini bisa diterapkan secara bertahap. Misalnya mintaanak untuk
mengumpulkan    

 sebagian dananya lebih dulu, baru kemudian Anda menambahkan kekurangannya. 

 Secara  bertahap, Anda dapat mengurangi partisipasi Anda dan menambah
proporsi 

 andil anak,sampai akhirnya anak bisa membeli dengan uangnya sendiri barang
yang ia inginkan.  

 Jika ini terus-menerus diajarkan, anak akan terbiasa memiliki sikap dan
sifat mandiri.


 


 4.BERANI MENGAMBIL RISIKO


 Dalam dunia karier atau bisnis, penghasilan seseorang seringkali
dipengaruhi oleh  

 keberaniannya mengambil risiko. Orangtua bisa mengajarkan bahwa yang
namanya       

 risiko ada di mana-mana. Tetapi, risiko bisa diperkecil dengan mempelajari
risiko  

 tersebut dan mencoba menaklukkannya. Misalnya, anak punya keinginan untuk
naik     

 pohon agar bisa melihat pemandangan yang lebih jauh. Tetapi, risikonya
adalah      

 jatuh dan luka memar. Katakan bahwa risiko jatuh bisa dikurangi dengan cara


 mempelajari dulu seluk-beluk pohon tersebut dan bagaimana jalur pemanjatan
yang    

 bisa dilalui anak. Barulah kemudian, anak bisa menaklukkan pohon tersebut
dengan   

 cara memanjatnya. Jadi, bukan malah dijauhi sama sekali, tanpa mempelajari


 pohonnya lebih dahulu.


 


 Demikian juga dalam hal finansial, Anda bisa memberikan informasi tentang


 peluang-peluang bisnis maupun alternatif investasi kepada anak di saat dia


 beranjak dewasa. Ini akan membuat anak lebih paham mengenai peluang-peluang
yang   

 tersembunyi di balik risiko, dan bukannya malah menghindarinya. Orang yang


 menghindari risiko seringkali juga gagal menangkap peluang, karena peluang
dan     

 risiko biasanya saling berkaitan dan datang bersamaan.


 


 5.MAMPU BERKOMUNIKASI DENGAN BAIK


 Keberhasilan seseorang seringkali ditentukan oleh kemahirannya
berkomunikasi,      

 terutama dalam meng-'komunikasi'-kan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.


 Sebaliknya, banyak orang pandai yang gagal karena tidak bisa menunjukkan
kepada    

 publik bahwa dia sebenarnya mempunyai kemampuan. Contoh, banyak perusahaan
yang    

 menerima pegawai baru bukan karena nilai akademik yang tinggi, tetapi
karena ia    

 sangat cakap dalam bergaul, punya percaya diri yang tinggi, dan memiliki
sifat     

 positif. Nah, orang yang pandai dalam berkomunikasi umumnya adalah orang
orang     

 yang bisa menunjukkan itu semua.


 


 Orangtua bisa mengajarkan cara berkomunikasi yang baik, misalnya dengan


 mengajarkan anak untuk mau bergaul (karena ini adalah dasar-dasar
networking yang  

 sangat penting dalam karier dan bisnis), dan tidak minder dengan
lingkungannya.    

 Apabila ini terus-menerus diajarkan, bukan tidak mungkin ia bisa berhasil
dalam    

 karir maupun bisnis yang ditekuninya.


 


 Nah, bagaimana, Bu? Jangan lupa memberikan 5 hal di atas agar anak-anak
bisa lebih 

 baik dalam hal karier dan keuangannya kelak. Salam saya untuk anak-anak
Anda.


 


 BERIKAN HAL-HAL BAIK UNTUK DITIRU


 


 Anak memiliki naluri alamiah untuk meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Saya    

 mempunyai seorang sepupu yang sampai sekarang mempunyai kebiasaan
berbelanja       

 dengan membawa catatan barang yang harus dibeli. Ketika saya tanyakan
padanya, dia 

 menjawab bahwa kebiasaan itu bermula karena dia sering melihat ibunya
berbelanja   

 dengan menggunakan catatan belanja (supaya lebih terkontrol). Dan sejak
kecil,     

 sepupu saya yang satu ini juga sering diminta ibunya untuk berbelanja
dengan       

 catatan belanja. Alhasil, kebiasaan yang baik itu terbawa sampai sekarang.
Secara  

 tidak langsung, sampai dia dewasa, jarang sekali dia berbelanja melebihi
budget    

 yang sudah ada.


 


 PENGALAMAN MENABUNG YANG PERTAMA                          

 


 Seorang klien saya mulai menabung di bank sewaktu duduk di kelas 4 SD.
Ketika itu, 

 ayahnya membukakan rekening untuk dia, dan dialah yang bertanggung jawab
mengisi   

 rekening tersebut. Akhirnya, si anak punya kebiasaan menabung yang
terus-menerus.  

 Saran saya, sekali waktu ajaklah anak ikut ke bank, supaya dia belajar,
kenal dan  

 familiar dengan suasana di bank. Sekarang, banyak sekali bank yang memiliki


 produk-produk tabungan untuk anak yang memberikan kemudahan proses
pembukaan,      

 penyetoran, penutupan, serta hasil investasi yang cukup lumayan. Ini
tentunya bisa 

 dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan finansial bagi si anak.


                                                                          



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke