Jatuh bangun nya organisasi tergantung KEPEMIMPINAN
nya, kalau Top Menagement memiliki nilai 60, maka
sulit bagi organisasi tersebut untuk tumbuh, karena
Pemimpin pemimpin dibawah yang memiliki nilai 70 akan
sulit untuk dipimpin oleh Pemimpin dengan nilai 60.

Hal serupa juga akan terjadi di dalam Pemerintahan,
kalau Kualitas Kepemimpinan Preseident kita dibawah
rata rata, akan sulit bagi Indonesia untuk berkembang
meskipun program kerjanya nya apik dan canggih.


kuswan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:        
GAJI TINGGI BUKAN SEGALANYA... . 
>   
> Mengapa perputaran karyawan tinggi walaupun
> remunerasinya di atas rata-rata? 
>   Uangkah pemicunya? Atau ada faktor lain yang
> menentukan kesetiaan mereka? 
>   
>   
> 
> Akhir tahun lalu, Lesmana, seorang teman lama yang
> ahli dalam pengembangan 
>   bisnis telekomunikasi mendapatkan tawaran dari
> sebuah perusahaan multinasional 
>   untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia . Dia
> tertarik dan memutuskan untuk
>    bergabung. Dia telah banyak mendengar tentang
> pimpinan perusahaan ini, yang 
>   sering diberitakan sebagai pemimpin visionaris dan
> legendaris. 
>   
> Gaji Lesmana besar, perlengkapan kantornya mutakhir,
> teknologinya canggih, 
>   kebijakan SDM-nya pro-karyawan, kantornya megah di
> daerah segitiga emas, 
>   bahkan kantinnya menyajikan makanan yang lezat dan
> murah. Dua kali dia dikirim 
>   keluar negeri untuk pelatihan. "Proses
> pembelajaran saya adalah yang tercepat di 
>   sini,"kata Lesmana. "Sungguh menakjubkan bekerja
> dengan dukungan teknologi 
>   mutakhir seperti di perusahaan ini". 
>   
> Siapa nyana dua minggu lalu, belum genap tujuh bulan
> bekerja di perusahaan itu,
>    dia mengundurkan diri. Lesmana belum mendapatkan
> tawaran pekerjaan lain,
>    tapi dia tidak sanggup lagi bertahan di sana.
> Belakangan, sejumlah karyawan di 
>   divisi yang sama dengannya ikut resigned. Direktur
> utama perusahaan itu pun 
>   merasa tertekan karena perputaran (turnover)
> karyawan sangat tinggi. Cemas 
>   memikirkan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan
> untuk alokasi dana 
>   pelatihan karyawan. Ia juga bingung lantaran tidak
> tahu apa gerangan yang 
>   terjadi. Mengapa karyawan yang bertalenta bagus
> ini mengundurkan diri, 
>   padahal gajinya sudah cukup tinggi? 
>   
> Lesmana resigned karena beberapa alasan. Alasan ini
> juga yang menyebabkan
>    sebagian besar karyawan lain yang bertalenta
> tinggi akhirnya mengundurkan diri. 
>   
> Beberapa survey membuktikan bahwa jika anda
> kehilangan karyawan berbakat,
>    periksalah atasan langsung mereka. Si atasan
> adalah alasan utama karyawan 
>   tetap bekerja dan berkembang dalam suatu
> perusahaan. Namun dia jugalah 
>   yang menjadi alasan utama mengapa para karyawan
> berhenti dari pekerjaannya,
>    membawa pergi pengetahuan, pengalaman dan klien
> mereka. Bahkan tidak 
>   jarang selanjutnya secara terang-terangan
> berkompetisi dengan perusahaan 
>    bekas tempatnya bekerja. 
>   
> "Karyawan meninggalkan manajernya bukan
> perusahaannya, "kata para ahli SDM.
>    Begitu banyak  uang yang telah dikeluarkan untuk
> tetap mempertahankan karyawan
>    berbakat, baik dengan memberikan gaji lebih
> tinggi, bonus ekstra maupun pelatihan 
>   mahal. Namun pada akhirnya, perputaran karyawan
> kebanyakan disebabkan oleh
>    manajer/pimpinannya , bukan oleh hal lain. 
>   
> Jika anda mengalami masalah turnover , maka
> pertama-tama periksalah kembali 
>   para manajer anda. Apakah mereka biang keladi yang
> membuat para karyawan 
>   tidak betah?. 
> Pada tahap tertentu, karyawan tidak lagi melihat
> jumlah uang yang ia dapatkan,
>    tapi lebih kepada bagaimana mereka diperlakukan
> dan seberapa besar perusahaan 
>   menghargai mereka.. Kedua hal ini umumnya
> tergantung dari sikap para pimpinan 
>   terhadap mereka. Dan sejauh ini, bekerja dengan
> atasan yang buruk sering dialami 
>   oleh para karyawan yang bekerja dengan baik.
> Survey majalah Fortune beberapa 
>   tahun lalu mengungkapkan bahwa 75% karyawan
> menderita karena berada di 
>   bawah atasan yang menyebalkan. 
>   
> Dari seluruh penyebab stress ditempat kerja, seorang
> atasan yang jahat mungkin 
>   adalah hal yang terburuk,yang secara langsung akan
> mempengaruhi kinerja dan 
>   mental para  karyawan. 
>   
> Simak saja kisah yang dikutip langsung dari"medan
> perang" ini. Mulya seorang
>    insinyur, masih bergidik saat membayangkan
> hari-hari dimana ia dimaki-maki bos
>    di depan staf lainnya. Atasannya itu sering
> menghina dengan kata-kata yang kasar. 
>   Waktu menghadapi hal menakutkan itu, Mulya praktis
> tak punya nyali untuk 
>   menjawab. Ia kembali ke rumah dengan perasaan
> tidak keruan dan mulai menjadi
>    kasar seperti sang atasan. Bedanya kekesalan ini
> dilampiaskan ke istri dan anak-
>   anaknya, kadang juga ke anjing peliharaannya.
> Lambat laun, bukan pekerjaan 
>   Mulya saja yang kacau balau, pernikahan dan
> keluarganya pun hancur berantakan. 
>   
> Nasib Agus juga setali tiga uang. Menceritakan
> "penyiksaan" yang dilakukan oleh 
>   bosnya gara-gara ada perbedaan pendapat yang tidak
> terlalu penting antara keduanya. 
>   Atasan Agus benar-benar menunjukkan rasa tidak
> suka terhadapnya. Ia tidak lagi 
>   diikut-sertakan dalam pengambilan keputusan.
> "Bahkan dia tidak lagi memberikan 
>   saya dokumen maupun pekerjaan baru," keluh Agus.
> "Sangat memalukan duduk di
>    depan meja kosong tanpa tahu apapun dan tidak
> seorangpun yang membantu saya".
>    Lantaran tidak tahan lagi, lalu Agus mengundurkan
> diri. 
>   
> Para ahli SDM mengatakan, dari segala bentuk
> kekerasan, tindakan memperlakukan
>    karyawan ditempat umum adalah yang terburuk. Pada
> awalnya, si karyawan 
>   mungkin tidak langsung mengundurkan diri, akan
> tetapi pikiran itu sudah tertanam. 
>   Jika kejadian terulang lagi, pikiran tersebut akan
> semakin kuat. Dan akhirnya, pada 
>   kejadian yang ketiga, karyawan itu akan mulai
> mencari pekerjaan lain. Ketika 
>   seseorang tidak bisa membalas kemarahannya, ia
> akan melakukan pembalasan "pasif".
>    Biasanya dengan cara memperlambat pekerjaan,
> berleha-leha, hanya melakukan 
>   pekerjaan yang disuruh atau menyembunyikan
> informasi penting. 
> "Jika anda bekerja untuk orang yang menyebalkan,
> pada dasarnya anda ingin orang itu
>    mendapat kesulitan. Jiwa dan pikiran kita tidak
> menyatu lagi dengan pekerjaan kita,"
>    papar Agus. 
>   
> Para manajer bisa menekan bawahan melalui beragam
> cara. Misalnya dengan 
>   mengontrol bawahan secara berlebihan, curiga,
> menekan, terlalu kritis, bawel dan 
>   sebagainya. Namun para atasan tersebut tidak sadar
> bahwa karyawan bukan 
>   merupakan aset tetap, mereka adalah manusia bebas.
> Jika ini terus berlanjut,
>    maka seorang karyawan akan mengundurkan diri,
> walau tampaknya cuma karena 
>   masalah sepele saja. 
>   
> Bukan pukulan ke-100 yang menjatuhkan seseorang,
> tapi 99 pukulan yang diterima
>    sebelumnya. Memang benar, karyawan meninggalkan
> pekerjaannya karena 
>   bermacam alasan untuk kesempatan yang lebih baik
> atau kondisi yang tidak 
>   memungkinkan lagi. Namun banyak yang semestinya
> tetap tinggal jika tidak ada 
>   satu orang (seperti atasan Lesmana) yang
> terus-menerus mengatakan," Kamu tidak 
>   penting, saya bisa dapat lusinan orang yang lebih
> baik dari kamu!". 
>   
> Kendati tersedia segudang pekerjaan lain (terlebih
> dalam keadaan pengangguran 
>   tinggi sekarang ini), bayangkanlah sesaat, berapa
> biaya atas hilangnya seorang
>    karyawan yang bertalenta tinggi.. Ada biaya yang
> harus dibayar untuk mencari
>    pengganti, ada biaya pelatihan bagi pengganti
> karyawan tersebut. Belum lagi akibat 
>   yang ditimbulkan karena tidak ada orang yang mampu
> melakukan pekerjaan itu saat
>    calon pengganti sedang dicari, kehilangan klien
> dan kontak yang dibawa pergi 
>   karyawan yang hengkang, penurunan moral karyawan
> lainnya, hilangnya rahasia 
>   penjualan dari karyawan tersebut yang seharusnya
> diinformasikan ke karyawan 
>   lainnya, dan yang terutama turunnya reputasi
> perusahaan. 
> Lagi pula, setiap karyawan yang pergi, bagaimanapun
> juga akan menjadi"duta" 
>   untuk mewartakan hal yang baik maupun yang buruk
> dari perusahaan itu. 
>   
> Kita semua tahu suatu perusahaan telekomunikasi
> besar yang orang-orang ingin 
>   sekali bergabung, atau suatu bank yang hanya
> sedikit orang ingin menjadi bagiannya.
>    Mantan karyawan kedua perusahaan ini telah keluar
> untuk menceritakan kisah 
>   pekerjaannya. 
> "Setiap perusahaan yang berusaha memenangkan
> persaingan harus memikirkan 
>   cara untuk mengikat jiwa setiap karyawannya, "
> kata Jack Welch mantan orang 
>   nomor satu di General Electric. Umumnya nilai
> suatu perusahaan terletak "diantara
>    telinga" para karyawannya.   Karyawan juga
> manusia, punya mata, punya hati... 
> 
>   
>   Comment:
>   Barangkali, ketrampilan dan kecakapan tehnislah
> yang membawa anda ke puncak
> kedudukan. Tak heran, karena pencapaian tujuan
> menuntut kemampuan tinggi.
> Namun, kepemimpinan bukan hanya soal kecakapan
> tehnis. Kepemimpinan juga
> adalah bagaimana anda memperlakukan orang-orang yang
> anda pimpin. Perlakuan
> adalah perhatian. Sedangkan memperhatikan tidak
> sekedar menawarkan
> angan-angan. Orang akan merasa sungguh-sungguh
> diperhatikan bila anda
> melakukan sesuatu yang nyata demi kesejahteraan
> mereka.
> Seorang jendral sejati akan menyelesaikan kebutuhan
> ransum, tempat berteduh
> dan kesehatan bagi pasukannya, sebelum ia memikirkan
> kebutuhan dirinya
> sendiri. Bila tiada lagi makanan yang tersisa,
> cukuplah baginya akar
> umbi-umbian. Bila tiada lagi tempat bernaung yang
> tersisa, tugasnyalah
> berteduh di ranting-ranting pepohonan. Seorang
> pemimpin sejati memperhatikan
> kesejahteraan pasukannya terlebih dahulu. Ini
> berarti menempatkan dirinya
> sebagai orang terakhir yang memperhatikan dirinya
> sendiri. Karena itulah
> seorang pemimpin disebut sebagai pemimpin; bukan
> pengikut. 

Kirim email ke