Saya kebetulan baru sekali ke sana, pas 1 Muharam, dan kebetulan ada
istighosah (yang seumur-umur belum pernah saya ikuti) Saya hanya ingin tahu
seperti apa sih masjid yang menghebohkan itu? Rupanya acara hari itu baru
saja selesai dan saya lihat berbagai alat musik rebana ada di dalam (yang
bagi saya aneh karena bernyanyi dengan iringan musik di dalam masjid sangat
kontroversial). Masjid itu memang bagus. Namun bagus tidaknya masjid
sebetulnya bagaimana masjid itu dimanfaatkan, karena beberapa meter dari sana
juga banyak masjid yang saya rasa lebih ramai untuk ibadah dibanding untuk
berwisata. Tidak lebih.

 

-----Original Message-----
From: idakrisnashow@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
Behalf Of alfi
Sent: Thursday, February 01, 2007 4:56 PM
To: idakrisnashow@yahoogroups.com
Subject: Re: Ida Arimurti Fw: IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK

 


Benar juga, kelihatannya begitu apalagi kan sempat diwawancarai oleh salah
satu stasiun TV swasta.
----- Original Message ----- 
From: Rayi P2W 
To: idakrisnashow@ <mailto:idakrisnashow%40yahoogroups.com> yahoogroups.com 
Sent: Wednesday, January 31, 2007 12:00 PM
Subject: RE: Ida Arimurti Fw: IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK

Sepanjang pengetahuan saya, kalau ada orang yang akan membangun masjid, maka
masjid tidak bisa disebut milik si-pembuatnya. Biasanya masjid tersebut
diwaqafkan untuk kepentingan agama. Kelihatannya si ibu Hajjah Dian ini
berpikir karena sudah mengeluarkan banyak uang, masjid ini menjadi milikinya
dan dibatasi pengunjungnya. Kalau demikian, saya kira masjid ini lebih tepat
disebut museum daripada tempat ibadah. Barangkali ada yang bisa membantu
dalil-dalilnya mengenai masjid?

RY

_____ 

From: idakrisnashow@ <mailto:idakrisnashow%40yahoogroups.com> yahoogroups.com
[mailto:idakrisnashow@ <mailto:idakrisnashow%40yahoogroups.com>
yahoogroups.com]
On Behalf Of savitri
Sent: 31 Januari 2007 8:12
To: idakrisnashow@ <mailto:idakrisnashow%40yahoogroups.com> yahoogroups.com
Subject: Ida Arimurti Fw: IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK

IRONI DI MASJID "KUBAH EMAS" DEPOK 
Kegundahan seorang Ayah 
Hari minggu tgl 14 Januari 2007, kami sekeluarga (istri dan kedua anak saya 
masing-masing berumur 9 dan 5 tahun) bermaksud pergi ke untuk sholat ashar 
di Masjid "Kubah Emas" (kalau tidak salah namanya Masjid Dian Al Mahri), 
Istri dan kedua anak saya begitu bersemangat untuk sholat di Masjid yang 
terletak daerah Meruyung, Depok tsb, Selain sholat saya juga ingin 
memberikan alternatif wisata rohani yang positif pada anak saya. Namun saat 
kami hendak masuk ke pintu gerbang Masjid, satpam penjaga melarang anak 
saya masuk dengan alasan masih di bawah 10 tahun (begitupula nasib sama 
dialami pengunjung lainnya). 

Saya melihat pengumuman yang memang menuliskan melarang anak usia dibawah 
10 tahun masuk ke areal masjid dengan alasan untuk menjaga kebersihan, 
ketertiban, dan kekhusuan ibadah. Saya langsung terhentak kaget, kecewa 
karena seumur hidup saya baru kali ini saya menemui sebuah Masjid yang 
membuat larangan anak kecil masuk, bahkan ke halamannya saja tidak 
boleh. Yang semakin menusuk hati saya adalah kekecewaan yang begitu 
terlihat dari ekspresi anak saya terutama anak laki-laki saya yang berusia 
5 tahun, dia heran dan bertanya "kenapa yah, aku tidak boleh masuk?, 
emangnya yang punya mesjid tidak suka anak kecil yah?". Saat itu saya tidak 
bisa menjawab apapun, jawaban seperti apa yang harus saya berikan pada anak 
saya?. Selama ini saya berusaha untuk selalu membiasakan anak saya sholat 
di masjid sebelah rumah. Namun saat ia begitu antusias untuk melihat Masjid 
yang begitu tersohor dan indah justru ia tidak bisa masuk. Akhirnya kami 
sholat Ashar di Mushola dekat pintu gerbang Masjid "Kubah Emas". Mushola 
yang -maaf- tempat wudhunya tidak terawat dan kotor namun welcome kepada 
kami termasuk anak-anak saya. 

Setelah sholat saya berpikir mengapa pemilik Masjid itu menerapkan sebuah 
aturan yang bahkan melebihi aturan di Masjidilharam? dimana ada orang yang 
thawaf terlihat membawa bayi dan tidak dilarang oleh Asykar (polisi 
kerajaan). Saya tidak pernah mendengar atau membaca sebuah ayat atau hadits 
yang melarang anak dibawah 10 tahun tidak diperbolehkan pergi ke Masjid. 
Yang saya tahu memang Rasulullah melarang anak kecil sholat di shaff 
terdepan bukan melarang datang sholat ke Masjid. Saya khawatir aturan di 
Masjid "Kubah Emas" ini melewati apa yang digariskan Rasulullah. 

Secara Psikologis , pelarangan ini tentu menjadi kontraproduktif dengan 
proses pengenalan dan pembiasaan dini agar anak dekat dengan Masjid dan mau 
ke Masjid. Bayangkan jika semua Masjid melarang anak dibawah usia10 tahun 
sholat di Masjid, maka Masjid akan kehilangan jama'ahnya sebab generasi 
mudanya tidak pernah dibiasakan pergi ke Mesjid. Generasi muda Islam akan 
semakin jauh dari tempat sujud ke Tuhannya dan mungkin mereka akan "phobia" 
dengan Masjid. 

Jika memang pemilik Masjid Kubah "Emas" ingin membatasi segmen pengunjung 
maka seharusnya jangan disebut Masjid, sebut saja "ini adalah tempat sholat 
pribadi kami yang berada di areal pribadi, setiap yang ingin sholat harus 
ikut peraturan keluarga kami". Sebab jika disebut Masjid maka sudah 
memasuki dimensi publik dimana semua muslim berhak sholat di Masjid manapun 
termasuk dengan anak-anaknya. Tentu setiap orang tua harus menjaga anaknya 
agar tertib. 

Terakhir saya berharap "pemilik" Masjid "Kubah Emas" (juga ke masjid 
manapun) mau meninjau kebijakannya. Anak adalah harapan masa depan Islam, 
mereka harus didik dekat dan cinta Masjid sejak dini, kalau tidak mereka 
akan lebih dekat pada "tempat" lain yang belum tentu membawa kebajikan bagi 
mereka.. Saya berharap pula, Masjid yang begitu megah, mewah dan konon 
menelan biaya ratusan milyar rupiah lebih ramai dengan kegiatan lainnya 
selain tempat sholat, seperti pengajian dan pengkajian dan seminar Islam, 
mentoring/pengajian bagi anak-anak yang pasti akan tertarik karena 
halamannya luas dan indah. Betapa mubazirnya Masjid ini jika hanya dipakai 
"hanya" untuk sholat dan itu pun dibatasi. Kita bisa berkaca pada Masjid 
Nabawi pada awalnya dijaman Rasulullah masih hidup, dibangun secara 
sederhana, dengan atap dari pelepah kurma, dinding dari lumpur yang 
dikeraskan. Namun Masjid itu begitu kaya dengan aktivitas, menjadi tempat 
Rasulullah membina ummatnya, bermusyawarah tentang masalah ummat Islam, 
mengatur strategi, menimba ilmu dan disitulah peradaban Islam mulai 
dibangun. 

Saya pribadi masih punya PR untuk menjelaskan kepada anak laki-laki saya 
agar ia tidak salah "belajar", jangan sampai ia punya persepsi bahwa Masjid 
bukan tempat anak-anak untuk dekat sama Tuhannya.., naudzubillah minzalik. 

Hilmy Wahdi. 
Psikolog Alumnus UI 
Mahasiswa Program Doktor UNJ 
Dosen tidak tetap di FE UI ekstension 
Ayah dari dua anak yang sedang belajar untuk dekat dengan Tuhannya. 

"Ini Rumah Allah Apa Bukan Sih...???" 

"Ini Rumah Allah apa bukan sih..??" 
"Rumah Allah apa Rumah jin..?" 
demikian ucap irfan (5 tahun) sore tadi, tepat jam 17.30, beberapa menit
menjelang waktu maghrib tiba. 

Ceritanya sore tadi (15/1) saya ajak irfan dan raissa (2 tahun) mengunjungi
Mesjid 'termegah' di Kota Depok, atau bahkan se-Indonesia yang terletak desa
Meruyung, limo, Depok. Mesjid Emas, demikan bangunan super megah ini biasa
disapa. 

Kesan megah bak sedang di negeri khayangan tampak terlihat di depan mata,
selepas kita memarkir kendaraan di muka gerbang bangunan. Lokasi parkiran
yang letaknya lumayan jauh dari gerbang Mesjid ini dikelola oleh beberapa
pemuda, bak lokasi parkir ketika kita akan memasuki lokasi wisata, lengkap
dengan karcis parkir dan tarifnya. 

Sebuah warung semi permanen tampak berdiri di ujung lokasi parkir itu.
Beberapa mobil dan motor asyik berkumpul bersama di bawah pohon, menunggu
pemiliknya kembali dari melihat 'kejaiban dunia' di bawah sana. 

Dari lokasi parkir menuju gerbang Mesjid kami berjalan sambil terkagum kagum
melihat pemandangan di bawah sana. Irfan tampak gembira sekali karena tidak
lama lagi akan mendekati bangunan tersebut. Sebuah kubah emas besar terlihat
terang bersinar memantulkan sinar matahari yang mulai redup. Jajaran taman
yang maha luas terhampar di depannya. 

Menjelang gerbang mesjid tampak ada sebuah sebuah 'pos komando' yang
berisikan para petugas keamanan. Portal gerbang terlihat diturunkan untuk
mencegah masuknya mobil maupun motor ke dalam lingkungan Masjid. 

Sampai di depan Posko yang jaraknya masih sangat jauh dari bangunan Mesjid
itu, tampak beberapa orang berkerumun. Tadinya kami mau langsung saja masuk
ke dalam melewati portal tersebut karena toh kabarnya Mesjid ini sudah
dibuka untuk umum. "Anak-anak nggak boleh masuk pak," salah seorang
'pengunjung' memperingatkan saya ketika kami akan melewati portal tersebut
dengan didampingi dua 'kurcaci' kecil. "Ha..??!. Masa nggak boleh masuk ke
halaman Masjid..?. Kenapa?". "Nggak boleh tuh ama Satpamnya." katanya. 

Penasaran, saya hampiri salah seorang Satpam. "Emang bener Anak kecil nggak
boleh masuk gerbang Pak ?," tanya saya. "Iya, nggak boleh." "Kenapa..?".
"Itu baca aja pengumumannya," jawab satpam berwajah biasa-biasa aja itu
sambil menunjuk ke sebuah 'banner' besar yang isinya banyak sekali
tulisannya. 

Beberapa pengunjung lainnya tampak menggerutu dengan aturan 'ajaib' ini.
"Gimana sih. kalau masuk ke dalam Masjidnya sih mungkin gak papa dilarang.
Ini masa mau ke dalam halamannya aja udah nggak boleh. Ini MEsjid apa
'apaan' sih ?" ujar salah seorang bapak yang menggendong bayi sambil
berjalan balik ke arah parkiran kendaraan karena tidak diperbolehkan masuk
ke halaman Mesjid. "Ya udah, kita ke Mal aja kalau nggak boleh masuk ke
sini," ucap yang lainnya lagi sambil menggandeng anak-anaknya pulang. "Kalau
nggak boleh masuk, bikin tempat penitipan anak dong di Pos Satpam," cetus
seorang ibu yang tampak baru saja datang dan sempat terkesima dengan aturan
larangan tersebut. 

Tidak lama kemudian datang serombongan 'wisatawan' melewati portal itu.
Lagi-lagi di antara mereka terdapat anak-anak yang sepertinya berumur kurang
dari sepuluh tahun. Anak-anak itu langsung berlari riang tanpa dosa melewati
Posko keamanan menuju Mesjid nun jauh di sana. Salah seorang Satpam dengan
sigap meneriaki dan memanggil anak-anak tersebut untuk tidak masuk ke
pekarangan Mesjid. Para orang tuanya tampak kebingungan. "Kenapa Pak..?".
"Anak-anak ngggak boleh masuk bu," jawab Satpam. "Kenapa..?". "Lihat aja tuh
pengumumannya," Jawab Satpam santai. 

"Ini Mesjid apa bukan sih MI...??" tanya irfan ke umminya dengan nada kesal
karena tidak boleh masuk. "Mesjid khan tempat Sholat ya. Koq irfan nggak
boleh masuk..?". "Ini Mesjid siapa sih...?". 

Saya dekati lagi salah seorang Satpam di situ. "Yang bikin peraturannya
emang bu dian (pemilik Mesjid, red) ya ?". "Iya." 
"Bu diannya ada nggak di dalam..?". "Nggak ada." "Kapan biasanya datang..?".
"Nggak tau ya. Suka-suka dia aja sih." "Emang pengajiannya bu Dian biasanya
hari apaan..?" "Hari Sabtu pagi, jam delapanan." 

Tidak puas dengan jawaban Satpam tersebut, saya coba telepon salah seorang
'penanggung jawab' Mesjid tersebut, yang nomer henponnya tertera di 'banner'
larangan-larangan itu. Menjawab pertanyaan saya tentang larangan anak-anak
di bawah umur 10 tahun masuk pekarangan Mesjid itu, ia membenarkan.
Alasannya katanya karena dikhawatirkan anak-anak akan mengganggu ibadah di
dalam Mesjid. "Tapi khan itu di dalam mesjid pak. Lha ini baru mau masuk
gerbang aja sudah dilarang Satpam, jadi banyak yang 'keleleran' di depan Pos
Satpam ?". "Iya, untuk sementara ini karena jumlah pengawas di dalam yang
terbatas, makanya kami larang anak-anak masuk ke dalam." "Pengawas apaan..?.
Sementaranya sampai kapan..?. Di papan pengumuman nggak tertulis sementara
tuh" . "Ya kami tidak tahu. Kita lihat saja nanti," ujarnya. "Harusnya dari
depan jalan raya itu Bapak sudah buat pengumuman anak-anak dilarang masuk,
jadi mereka tidak kecewa tertahan di depan Posko," saran saya. 

Akhirnya kami pun bersiap-siap pulang, dan tidak jadi menunaikan Shalat
maghrib di mesjid milik Dian Al mahri itu. Beberapa keluarga yang membawa
anak-anak dan bayi juga mengurungkan niatnya untuk shalat di sana. "Lah
gimana..?. kalau kita masuk, anak-anak siapa yang jagain..?. Masa sih
ganti-gantian jaga di pos satpam." 

Di perjalanan pulang, lagi-lagi irfan 'ngedumel'. 
"Korq irfan ama adek nggak boleh masuk sih..?. 
" Itu Rumah Allah apa bukan ya..?" 
" Rumah Allah apa Rumah Jin....???." 

(nc) 

ps. 
1.Secara warga depok yg punya balita ([EMAIL PROTECTED]
<mailto:BA-depok%40yahoogroups.com> s.com), yang mo protes larangan 'balita'
masuk pekarangan Mesjid ini, bisa SMS ke 0818-954408 (pengelola Mesjid) 

2. Klo poto2nya gak bisa dilihat, bisa klik www.irfan-raissa.blogspot.com
(insya allah bakal diaplod ASAP), atau japri ke saya. 

[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]

Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
accept no liability for any loss or damage arising
from the use of this E-Mail or attachments.


Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bukopin 
accept no liability for any loss or damage arising
from the use of this E-Mail or attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke