Anda salah paham pak Herman. Kalimat tersebut bukan dari saya. Justru saya mengkritik tulisan Harry Adinegara [EMAIL PROTECTED] yang diposting oleh Ida Arimurti. Kalimat saya cuma Kok anda jadi seperti "mengadili" Din Syamsuddin ? Lagipula, kalau anda orang Islam pasti pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terlontar. Selain itu adalah tulisan Harry Adinegara. Coba Anda perhatikan lagi postingan Ida Arimurti bersubject : Orang jahat umur panjang, yang baik mati duluan, kenapa? tanggal 8 Maret 2007 pukul 07.26.
Salam Budi Handrianto Ini saya kutipkan lagi tulisan Harry Adinegara : Orang jahat umur panjang, yang baik mati duluan,kenapa? Apakah Tuhan Allah itu tidak adil? Orang baik malahan diganjar ber-umur pendek dan orang jahat ber-umur panjang. Mengulas korban2 yang berjatuhan dalam musibah pesawat Garuda, bisa kita ambil sebagai anggapan bahwa banyak penumpang ada yang baik dan ada yang jahat. Ada yang jahat meninggal dan ada juga yang baik meninggal. Apakah Tuhan Allah bermain dadu dengan nyawa seseorang albeit itu ciptaan-nya sendiri. Bagaimana sikap anda tentang Din Syamsudin yang bisa berkelit cepat2 meninggalkan ibu yang duduk dimukanya,dan "terpaksa" dia tidak sempat tolong karena dia sendiri harus menyelamatkan nyawanya? Ini diberitakan dalam wawancara di Radio Elshinta. Bagaimana sikap anda apabila anda ada di tempatnya Din Syamsudin? Sukar kayaknya menentukan sikap, karena dalam keadaan darurat semacam musibah , musibah apa saja ,sikap seseorang ibaratnya ditentukan oleh instink yang datangnya mendadak dan keputusan juga perlu diambil mendadak. Tapi disinilah letak essensi dari watak seseorang. Keputusan dan sikap yang diperlukan mendadak menentukan watak seseorang. Tapi ini aku serahkan kepada pendirian masing2 orang. Hanya satu yang kiranya ada kepastian yakni apabila kebetulan yang duduk disampingku itu adalah anak, istriku maka tanpa ragu2 aku akan menyelamatkan mereka dulu, sebelum aku. Tapi bagaimana situasinya apabila aku tahu bahwa yang duduk disampingku itu adalah dedengkotnya gerombolan pengkorup Indonesia? No way man!, aku akan buru2 secepat kilat menyelamatkan diriku sendiri. Biarlah dengan sikap ku itu dan kayaknya bisa sikap ini digolongkan sebagai tindakan terpuji karena menolong negara melenyapkan seorang koruptor. Simple bukan? Tapi diluar uraian diatas yang menyangkut individu2 yang terseret dalam musibah, yang aku pertanyakan yalah banyak kejadian dimana orang jahat itu berumur panjang dan yang baik pendek umurnya. Apakah Tuhan Allah punya grand design, yakni agar yang jahat dibiarkan mengumpulkan dosa sebanyak mungkin agar nantinya bisa dijebloskan dalam neraka se-dalam2-nya? Dan yang baik di cabut duluan agar dia bisa didukkan disampingnya? Suuatu kontradiksi dalam pendapat dan sikap bukan? Tapi kenapa di Indonesia itu walalupun masuk neraka atau masuk surga itu sudah jelas di goreskan oleh Tuhan Allah, tapi kenapa banyak yang mau ambil jalan pintas masuk neraka dengan menjalani hidup ber-korupsi ria yang memelaratkan rakyat? Padahal 90% orang/penduduk Indonesia itu ber-agama? Rupanya Tuhan Allah lupa akan tugasnya memberikan wejangan secara kontinu. Apakah wejangan Tuhan Allah itu karena kita ini buta dan tuli maka Tuhan Allah berbicara melalui musibah2 yang terjadi achir2 ini. Siapa tahu? Harry Adinegara [EMAIL PROTECTED]