DISASTER MANAGEMENT CURRICULUM
Adin-Somewhere at Gorontalo

Pembaca, pagi2 menanti teman2 sekantor yang ingin latihan sepakbola, tetapi
karena mereka dah klenger dengan pekerjaan dan kegiatan hari sebelumnya yang
seabreg, akhirnya nggak ada yang dateng, hikmahnya penulis terinspirasi
dengan semua bencana yang menimpa dan terjadi di bumi pertiwi..

Bencana dan musibah apapun namanya bisa terjadi kapan saja dan di mana
saja.Faktor alam yang dominan bisa : gempa bumi, tsunami dan semacamnya.
Faktor manusia yang dominan bisa : kecelakaan transportasi darat, laut dan
udara, lumpur Bapindo dan semacamnya. Tapi ada juga yang kombinasi dari
keduanya yaitu : banjir besar Jakarta, tanah longsor dan kebakaran hutan.
Saya nggak fokus bahas penyebab nya zev, tapi bagaimana mengantisipasinya.

Teringat beberepa bulan setelah Tsunami Aceh tahun 2004 lalu, di surat kabar
Media Indonesia, dirubrik kecil terdapat tulisan kurang lebih judulnya
'Angel pada saat Tsunami menimpa Thailand' Saya akhirnya membaca dengan
seksama dan tertarik dengan tulisan tersebut. Intinya, di pantai dimana
Tsunami menerjang hebat korban yang ditimbulkan sangat kecil karena penjaga
pantai diingatkan oleh seorang bule yang anaknya berlari tergopoh2
memberitahunya bahwa ada gejala-gejala tsunami, seperti yang didapat
dikelasnya saat belajar, di pantai dimana dia sedang bermain. Gempa tiba2
dan sepersekian detik kemudian laut surut. 

Saya terhenyak kagum, bagaimana seorang anak perempuan berumur 6 tahun pada
saat itu telah mengerti dengan betul gejala2 tsunami. Berbeda dengan cerita
yang saya dengar, di pantai Aceh, orang yang sedang menikmati minggu pagi
yang cerah pada girang nggak ketulungan karena air laut surut, karena banyak
ikan yang menggelepar sekarat kehabisan air..(Wallahualam, benar apa nggak
cerita itu zev) 

Saya juga terinspirasi oleh seorang akuntan, kalo nggak salah bernama Jan
Hoesada, seorang akuntan yang berdasarkan pengalamannya mencatat dan
memberikan artikel menarik tentang 'Disaster Recovery Planning', bagaimana
sebuah entitas ekonomi bisa memulihkan keadaannya setelah terjadinya
bencana, langkah2 apa yang harus dilakukan agar mereka dapat bangkit
kembali.

Di kepala saya kemudian muncul, bagaimana agar pemerintahan SBY melalui
Depdiknas bisa membuat kurikulum 'Manajemen (mengatasi) Bencana' sejak dini
bila mungkin sejak prasekolah. Baik bencana yang diakibatkan alam, manusia
atau kombinasi keduanya. Saya pernah dengar cerita kalo di Jepang yang
sering terjadi gempa, anak2 usia dini sudah diajarkan apa yang harus
dilakukan bila ada gempa, misalnya berlari dan segera berjongkok dengan
tangan melindungi kepala ke sudut tembok, atau berlindung dengan cara yang
sama di bawah meja dsb. 

Dari usia dini mereka sudah diberikan simulasi bagaimana terjadinya tsunami,
gempa, longsor dsb. Siswa siswi sekolah pra universitas telah dirangsang
untuk meneliti dan mengembangkan model yang baik tentang bagaimana cara
menghadapi bencana dengan korban yang seminimal mungkin. 

Menyimpang sedikit dari Jepang, saya pernah membaca buku 'For God and
Country' nya James Yee, dimana dikisahkan sewaktu dia di Guantanamo, pernah
suatu ketika dia penjara ini akan dilalui badai (lupa nama badainya) tetapi
persiapan menghadapi badai ini telah mereka lakukan sejak dua minggu
sebelumnya, sampai mereka sudah berpikir untuk mengevakuasi tahanan ke luar
Guantanamo. Walaupun akhirnya badai itu tidak jadi lewat penjara Guantanamo,
tetapi antisipasi sipir2 dan tentara2 di sana sangat2 profesional. Luar
biasa, bahkan untuk menangani tahanan sekalipun mereka sangat concern!

Berbeda dengan yang dilakukan di Indonesia, beberapa hari sebelum tanggal 7
Maret, saya sudah membaca dari Internet bahwa Badai Jacob dan George akan
melewati Indonesia pada tanggal 7 sampai dengan 9 Maret 2007. Apa antisipasi
yang dilakukan? Saya kira tidak ada? Apakah ada National Awareness akan hal
itu, tidak juga? Semua sibuk dengan kegiatannya masing2, seolah-olah, Gue
nggak naik pesawat kok pada tanggal itu, atau ah gue kan udah nggak naik
kapal laut lagi sekarang, pusing amat! HAH...

Saya punya harapan bahwa BASARNAS (Dep. Perhubungan) dan semacamnya bisa
jadi embrio 911 nya Indonesia. Tim SAR atau apapun namanya mestinya bisa
memiliki armada yang terintegrasi dengan mobil ambulance dan pemadam
kebakaran. PMI (dengan ambulancenya), dinas kebakaran (dengan pemadam
kebakarannya) serta BASARNAS seharusnya bisa jadi satu wadah integral yang
bisa saling mengisi. 

Bila perlu dibuatkan sebuah departemen khusus yang kerjanya memang menangani
bencana, mulai dari antisipasi bencana pra dan pasca kejadian, menciptakan
public awareness tentang bagaimana mencegah terjadinya bencana banjir,
longsor dan lumpur Bapindo misalnya. Mengembangkan penelitian tentang model
yang ideal Tim SAR yang sesuai dengan kondisi geograpis Indonesia.

Sedikit saya ingatkan cerita tentang saat tenggelamnya KM Senopati Nusantara
beberapa bulan lalu. Tim penolong (entah dari SAR atau dari TNI AL) yang
sudah jelas-jelas melihat korban yang terapung-apung di laut, ironisnya,
mereka tidak dapat menolong karena heli yang digunakan bukan heli yang dapat
mendarat di laut (atau mungkin tidak memiliki yang semacam ini) Akhirnya
mereka balik lagi beberapa hari kemudian, apa yang terjadi dengan korban
dengan pelampung tersebut? entah sudah dibawa ombak kemana?! Alangkah
baiknya bila helikopter yang dapat mendarat di air sudah stand by di
pelabuhan, ada atau tidak ada musibah/bencana. 

Kejadian terakhir yang menimpa pesawat GARUDA juga menurut hemat saya bisa
diantisipasi lebih baik bila (mungkin) mobil pemadam kebakaran, ambulance
dan lain-lain yang berkepentingan dengan bencana sudah stand by di bandara
udara (ada atau tidak musibah/bencana). 

Untuk negara seperti Indonesia yang rawan bencana (apapun penyebabnya) sudah
sepatutnya kurikulum Manajemen (menghadapi) Bencana mulai masuk ke domain
akademis. Yang paling penting, kita semua memilki awareness yang tinggi
terhadap apapun bencana yang mungkin dan akan timbul disekitar kita dan
menjadi bagian dari solusi dengan tidak menciptakan sesuatu yang dapat
menimbulkan bencana/musibah.

Mulai dari hal yang kecil, dari diri kita sendiri dan mulai dari sekarang.
Ayo bangkit Indonesia ku..

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke