Ga percaya bos, soalnya tape itu terbentuk karena adanya bakteri yang
bersifat fakultatif, artinya pada saat tanpa oksigen dia akan mengubah gula
menjadi alcohol (dalam hal ini etanol, C2H4) dan CO2, sedangkan kalau ada
oksigen, dia akan mengubah gula seperti pada makhluk lain yang bersifat
aerob seperti kita-kita ini. Jadi kalau tapenya dioleskan ke dinding, tidak
akan ada reaksi apa-apa dan akhirnya jadi kering. Soal hawa panas, mungkin
ide cerita ini diambil karena kalau kita makan tape (mengandung etanol) atau
minuman keras (juga mengandung etanol) tubuh kita terasa hangat. Tapi jangan
salah, rasa hangat itu hanya karena reaksi tubuh kita, bukan panas yang
sebenarnya. Kalaupun pada saat pembuatan tape kita harus menutup erat-erat
panci dan didalamnya akan terasa hangat, itu karena bakterinya hidup dan
memang melepaskan panas, tapi kalau tutup pancinya dibuka, proses itu
terhenti dan tidak ada panas yang dilepas lagi. Lagi pula etanol, seperti
juga metanol itu cepat menguap jadi cepat hilang ke udara sebelum sempat
melembekkan dinding.

 

Fermentasi merupakan proses biokimia yang mengubah bahan makanan (biasanya
glukosa) menjadi zat lain seperi alkohol atau asam laktat. Sedangkan pada
tubuh kita dan makhluk yang menggunakan oksigen, gula (sebetulnya sih
piruvat, hasil glikolisis glukosa) tersebut diubah menjadi CO2 dan air.
Proses fermentasi ini selalu berlangsung tanpa oksigen (anaerob) dan proses
ini menghasilkan energi yang kecil dibandingkan proses aerob (14,6 kkal/mol
dibandingkan 262,8 kkal/mol). 

 

Silakan baca literatur-literatur tentang proses biokimia fermentasi. Intinya
cerita ini ga mungkin terjadi.

 

Salam

 

(mas) Rayi

 

  _____  

From: idakrisnashow@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of eko tjahyono
Sent: 03 Mei 2007 8:45
To: [EMAIL PROTECTED]; ida murti; idakrisnashow
Subject: Ida Arimurti ADA PEMBUNUH LARI DARI PENJARA MENGGUNAKAN TAPE ULI

 

Satu ini saya serius !!!! dan cerita ini saya hanya memforward dari apa yang
saya dapatkan email dinas saya, sedang file aslinya silahkan klik URL
dibawah ini.

http://rgardino. <http://rgardino.multiply.com/journal/item/28>
multiply.com/journal/item/28

Ada pembunuh lari dari penjara menggunakan tape uli

Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal di
LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung
dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan jantung dag
dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akan
saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga penjahat-penjahat
berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarah
dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.

Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah satu
sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak berumur 8
tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan wajah yang
diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan. 

Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum
masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara
menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkat
kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik
sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar
tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?

Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genap
berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah
bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnya
karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi. Berita
ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnya
dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisau
dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.

"siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat itu.

"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut
gelak tawa di belakangnya. 

Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke
perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu
jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah
setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke
kantor polisi.

"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang ikut
menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di penjara
dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya. Dan
caranya pun menurut saya tergolong ajaib.

Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun.
Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan.
Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung
sampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara. 

Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membaca
artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianya
baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawa
panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapas
anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan
tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding
tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu
menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0
untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.

Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi
membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang
berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahu
bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyian
paling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadi
pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani
memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan
menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanya
saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.

Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih berada
di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennya
terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sang
ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil
omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan,
pulang! 

Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga
seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif.
Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa surat
untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.

Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnya
singkat. 

Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak lantas
berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.
Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanya
berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah
(secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajin
itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggi
itu bisa berguna untuk hal yang lain. Sayangnya si Arif itu cuma anak
pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia
menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan!

Kartika Puspitasari
REWS - EHS
Hewlett Packard Indonesia
<Safe Our FOREST... Print ONLY when you need to>


---------------------------------
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]

 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke