v\:* {behavior:url(#default#VML);}o\:* {behavior:url(#default#VML);}w\:* 
{behavior:url(#default#VML);}..shape {behavior:url(#default#VML);}       Clean  
DocumentEmail    MicrosoftInternetExplorer4 
st1\:*{behavior:url(#default#ieooui) } /* Style Definitions */  
table.MsoNormalTable       {mso-style-name:"Table Normal"; 
mso-tstyle-rowband-size:0;      mso-tstyle-colband-size:0;      
mso-style-noshow:yes;   mso-style-parent:"";    mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 
5.4pt;    mso-para-margin:0cm;    mso-para-margin-bottom:.0001pt; 
mso-pagination:widow-orphan;    font-size:10.0pt;       font-family:"Times New 
Roman";}     
DearSemua, 

 

Sebelumnyasaya mohon maaf apabila ada anggota milis yang berprofesi dokter.

Iniadalah menurut pandangan saya saja.

 

Sebetulnya,yang tahu persis mengenai suatu pemyakit adalah orang itu sendiri.

Kalaudia anak kecil, maka orangtuanyalah yang tahu sebabnya.

Misalanak panas, orang tua tahu pasti apa sebab anak itu panas.

Mungkinkarena habis maen hujan2an, atau kecapekan.

Atauanak itu diare, orang tua tau anak itu habis makan apa dsbgnya.

Jadipenyakit itu tidak langsung diberi obat.

Suruhdia beristirahat dan biarkan tubuh si anak yang melawan penyakit tsb. Agar 
immundi tubuhnya bekerja.

Kalosakit sedikit lalu di beri obat, fungsi immun di tubuhnya akan mati.

 

Dokteryang baik, selalu bertanya riwayat kesehatan anak pada orangtuanya. 

Lalumemberi obat yang ringan dan vitamin2 yang sesuai untuk jangkan 3 hari,  
kalo gak mempan baru diberi yang lebih kuatditambah dengan antibiotik.

Kalodokter tidak tanya2 langsung memeriksa dan memberi obat, apalagi 
antibiotik,jelas itu bukan dokter yang baik.

 

Jadiorang tua disini memegang peranan yang terpenting.

Orangtua adalah dokter pertama bagi sianak.

Apapenyakit si anak adalah akibat dari orangtuanya.

Ketikadia masih dikandungan, ibunya kurang memakan makanan yang bergizi bagi si 
bayi.

Kalosudah besar sedikit, mungkin penyakit berasal dari jajan sembarangan, 
makangizi tak seimbang, aktifitas yang terlalu banyak dll.  

 

Bagisaya , pergi ke dokter adalah alternatif terakhir ( kecuali dokter gigi )

Apalagijadi dokter sekarang butuh biaya yang gak kira2.

Hanyaorang mampu saja yang bisa jadi dokter.

Sehinggadokter menjadi komersial.

 

salam

 

 

 

-----Original Message-----
From:idakrisnashow@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of hylda 
anggraeny
Sent: 21 Mei 2007 10:11
To: idakrisnashow@yahoogroups.com;[EMAIL PROTECTED]
Subject: Ida Arimurti Re:Antibiotik? Siapa Takut?

 

Dear Ibu Ida,

Sebuah topik yang sangat sangat menarik.
Bagaimana kalau saya usul, tulisan ini disebarkan ke
rumah-rumah sakit dan dokter-dokter rumah sakit.
Mereka inilah inilah yang menurut saya menjadi
'pembawa masalah".

Saya termasuk orang yang menghindarkan penggunaan
antibiotik. Akan tetapi hal ini baru beberapa bulan
belakangan ini saya lakukan karena melihat bahwa
dokter yang memeriksa saya atau anak-anak saya,
sungguh sangat tidak profesional.

FYI, saya adalah salah satu pemegang asuransi
kesehatan. Dengan status pemegang asuransi kesehatan,
saya dulu mengira dokter tersebut dengan gampang
memberikan obat karena akan di cover oleh pihak
asuransi. Ternyata dugaan saya tersebut salah. Pernah
beberapa kali saya tidak menggunakan fasilitas
tersebut dan ternyata tetap saja diberikan antibiotik.
Dengan demikian, pemberian anti biotik ini adalah
sebuah MUST requirement bila berobat ke dokter.

Menurut saya, penggunaan AB tersebut dikarenakan hal
sebagai berikut :

1. Pemerikasaan asal-asalan
Kamis kemarin, anak saya yang terkecil panas tinggi
(38.6). Suami saya sebenarnya ingin memberikan obat
yang diberikan lewat anus, akan tetapi membatalkannya
karena tidak tahu dosis yang benar untuk obat
tersebut. Kami membawanya ke rumah sakit yang ada di
sekitar BSD, Karawaci dan Tangerang (kalau ada yang
pengen tahu, silahkan japri dan akan saya berikan nama
dokter dan rumah sakitnya).

Sesampai di rumah sakit, langsung masuk UGD karena
rumah sakitnya libur. Diperiksa oleh seorang dokter
yang "sangat-sangat komunikatif".

Anak saya diperiksa dadanya pake stateskop, dan
diminta untuk membuka mulutnya. Si anak, tidak mau
buka mulut dan si dokter bilang bahwa tidak perlu lagi
membuka mulut.

Suami saya lansung bertanya, diagnosanya apa dan
dijawab radang tengorokan. Suami juga
menginformasikan, apakah ada kemungkinan gigi anak
saya yang mau tumbuh membuat badannya panas tinggi dan
dijawab oleh sang dokter dengan kata-katan 'mungkin
juga".

Nah disini persoalannya, belum lagi melihat
tenggorokan anak saya, sudah langsung menjudge radang
tenggorokan. Si dokter berlaku sebagai paranormal. 

Kemudian. Anak saya diberikan resep yang terulis
Amoxylyn bla-bla bla setelah sebelumnya diberikan obat
yang dimasukkan lewat pantat.

Kami kemudian pulang tanpa menebus antibiotik
tersebut.

2. Dikejar target
Jangan sakit di negeri ini. demikian banyak diucapkan
orang.
Kelihatannya, dokter-dokter di rumah sakit diberi
target tertentu untuk meningkatkan revenue rumah
sakit. Caranya, memberikan obat yang mahal dan jumlah
yang banyak.
suami saya termasuk orang yang cerewet kalau berobat.
Suatu saat dia ke dokter (kalau tidak salah dia
khawatir gejala tipus) dan diberikan CEFSPAN 100 mg.
Entah darimana dia tahu kalau itu adalah antibiotik.
Menurut penuturannya, dia malas complain dengan dokter
karena kepalanya sedang pusing.
Tahu harga CEFSPAN tersebut ? Hampir Rp. 20.000/butir.
Mentang-mentang mengunakan asuransi kesehatan, si
dokter meresepkan antibiotik yang mahal
dan.......................tidak diperlukan sama
sekali.

3. Dokter yang mempunyai apotik sendiri.
Nah, dokter tipe ini adalah dokter yang tidak ingat
sumpah dokternya. Biasanya tulisannya jelek dan sulit
sekali dibaca. Menganjurkan untuk membeli obat di
apotik tertentu (biasanya ada disebelah tempat
prakteknya). Memberi obat dengan jumlah yang tidak
rasional. Modusnya selalu memberi antibiotik yang
mahal.

Nah, kunci persoalannya menurut saya adalah para
dokter dan rumah sakit. Sebagai pasien, terus terang
mereka tidak tahu sama sekali mengenai obat yang
diberikan. Apakah disebabkan oleh virus atau bakteri,
atau badan sedang beradaptasi.

Dulu pernah ada pameo bahwa belum ke dokter kalau
belum disuntuik. Kelihatannya sekarang pameo ini sudah
tidak berlaku. Trigger apa ? Karena dokter makin
cerdas untuk tidak menyuntik.

Kembali ke persoalan AB. Seharusnya dokter juga lebih
cerdas untuk tidak memberikan antibiotik.

Sekali lagi, bagaimana kalau informasi mengenai AB ini
juga di forward kan ke rumah-rumah sakit dan para
dokter.

Salam, Sarah

__________________________________________________________Getthe free Yahoo! 
toolbar and rest assured with the added security of spywareprotection.
http://new.toolbar.yahoo.com/toolbar/features/norton/index.php


 


       
---------------------------------
Luggage? GPS? Comic books? 
Check out fitting  gifts for grads at Yahoo! Search.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke