Rebiya
Kadeer, Jutawan yang Jadi Aktivis


  By
Republika Newsroom

Jumat, 17 Juli 2009 pukul 16:12:00 




  Font
Size A A A 

EMAIL


PRINT



function fbs_click() 
{u=location.href;t=document.title;window.open('http://www.facebook.com/sharer.php?u='+encodeURIComponent(u)+'&t='+encodeURIComponent(t),'sharer','toolbar=0,status=0,width=626,height=436');return
 false;}
Facebook 


var addthis_pub="republikaonline";






  GONGFA.ORG


  Rebiya Kadeer


  Sejak
2005, Muslimah asal Uighur ini tinggal di Virginia, Amerika Serikat (AS). Namun
nama Rebiya Kadeer selalu disebut-sebut tiap kali ada gejolak muncul di
Xinjiang. Dia dianggap sebagai dalang setiap pertikaian yang melibatkan etnis
Uighur.



Tak banyak yang tahu, sebelum ia dijebloskan ke penjara oleh pemerintah Cina,
Rebiya Kadeer merupakan pengusaha dan pegiat filantropi di Cina. Ia pernah
menggerakkan proyek 1.000 ibu rumah tangga. Melalui proyek ini, ia membantu
para wanita itu untuk mengawali usaha.



Semua dibiayai dari dana pribadi. Usaha yang didirikan mantan buruh cuci ini
maju pesat dan mendulang banyak untung. Warga lokal menyebutnya: sang
jutawan.Dari pundi-pundi yang dihasilkan dari usahanya itulah, ia membiayai
berbagai kegiatan sosial. Ia menyediakan lapangan kerja bagi warga Uighur dan
memberikan pelatihan ketrampilan kepada mereka. Ia ingin Uighur mampu memiliki
kesejahteraan hidup.



Dari kegiatannya ini, Rebiya kemudian dipilih sebagai badan penasihat nasional
Cina, Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC). Ia juga
dikirim menjadi salah satu delegasi Cina yang dikirim konferensi dunia tentang
wanita yang diselenggarakan PBB pada 1995.



Namun, petaka kemudian menghampiri dirinya saat suaminya yang orang Uighur,
Sidik Rouzi, yang juga mantan tahanan politik memutuskan untuk terbang ke AS
pada 1996. Sidik mendekam di penjara karena kampanyenya menentang perlakuan
pemerintah Cina terhadap etnik minoritas.Langkah suaminya itu berdampak bagi
dirinya. Paspor Rebiya ditahan dan polisi juga mengusiknya. Dan pada 1998,
pemerintah juga menghalanginya agar tak terpilih kembali dalam CPCC.



Ujungnya, ia ditangkap pada Agustus 1999 di tengah perjalanan saat akan bertemu
dengan delegasi dari AS. Kunjungan delegasi United States Congressional
Research Service ini adalah untuk melakukan klarifikasi terkait banyaknya
tahanan politik di Xinjiang. Di sela-sela kunjungan, mereka ingin bertemu
dengan Rebiya.



Namun niat mereka tak pernah kesampaian. Rebiya ditangkap oleh polisi saat
dalam perjalanan menemui mereka. Selain itu, polisi Cina juga menyatakan bahwa
Rebiya berupaya mengirimkan surat
kabar lokal yang memuat laporan kegiatan Uighur di Xinjiang ke suaminya di AS.
Padahal surat kabar yang ingin ia kirimkan
merupakan surat
kabar yang secara luas dibaca di Xinjiang.



Pada 10 Maret 2000, pengadilan Urumqi
menyatakan dakwaan bahwa Rebiya telah membahayakan keamanan negara. Ia kemudian
mendekam di penjara dan dibebaskan tahun 2005. Di AS, ia menjelma menjadi
aktivis. Ia mendirikan dan memimpin dua organisasi Uighur di pengasingan, yaitu
World Uighur Congress dan Uighur American Association.



Ia membantah tudingan pemerintah Cina bahwa dirinyalah yang menggerakkan amuk 
massa di Urumqi,
Xinjiang pada 5 Juli lalu. Kerusuhan ini menyebabkan 184 orang tewas. ''Saya
memperjuangkan hak-hak dasar Uighur dan penentuan nasib sendiri,'' katanya.



Rebiya yang lahir di Altay, Xinjiang, 21 Januari 1947 itu, menyatakan
permasalahan di Xinjiang, tak akan sepenuhnya tuntas bila pemerintah Cina tak
transparan dan justru sebaliknya menyalahkan kekuatan asing. "Perdamaian
yang sebenarnya tak akan bisa dicapai jika tak ada pengakuan adanya
diskriminasi etnik di Xinjiang," ujarnya.  fer/itz

_
        
         
        
        








        


        
        


      Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Lengkap dengan segala yang Anda sukai 
tentang Messenger! http://id.messenger.yahoo.com

Kirim email ke