Oleh: Andrei Mazenov Terjemahan: Timothy Alamsyah Banyak teoris Marxis dan Sosialis yang berpendapat bahwa setelah terjadi revolusi dan sentralisme demokratik direalisasikan, tidak mungkin kapitalisme dapat dipulihkan setelah terbentuknya sosialisme. Hal ini salah dan tidak bersifat Marxis. Teori ini melanggar hukum dialektika materialisme, dimana arus sejarah berjalan secara spiral (ada mundur dan kemajuan).Seperti yang dikatakan Lenin dalam "Junius Phamplet", "Sangatlah tidak dialektis, tidak scientific dan salah secara teori untuk menganggap arus perkembangan sejarah dunia sebagai mulus dan tidak ada hambatan, ataupun kemunduran." Transisi sebuah system tidak berlangsung secara mulus ataupun mendadak. Banyak negara-negara yang berubah dari feudalisme menjadi kapitalisme setelah berbagai macam perang saudara, revolusi dan antagonisme kelas sendiri.
Faktanya ialah sebuah system bisa bernama sosialis tetapi dalamnya adalah kaptialisme. Teori dari kehancuran negara proletariat dikemukakan oleh Marx dan Engels. Pengaturan ekonomi mengatur dan membentuk super struktur dari masyarakat, oleh karena itu sebuah ekonomi sosialisme tidak mungkin mempunyai tipe pemerintahan reaksioner dan tetap menjadi system sosialis dalam waktu yang lama. Lenin, revolusioner Russia dan pemimpin pertamanya memperingatkan kaum Komunis dalam bukunya yang berjudul Left-Wing Communism: An Infantile Disorder (Komunisme Sayap Kiri: Suatu Penyakit Kanak-Kanak) bahwa kaum borjuis mempunyai ksempatan untuk kembali berkuasa dan mengambil alih, terutama selama periode NEP (New Economic Policy). Tekanan dari kaum borjuis ini dapat datang dari kaum teknokrat, manajer pabrik, intelijen, bahkan dari Partai sendiri. Mao Zedong sendiri menulis pamphlet yang berisi tentang kebijakan revisionis yang dianut oleh anggota Partai setelah rezim Khruschev berkuasa dan menganut kapitalisme kembali. Dari tahun 1917 sampai 1956, Uni Soviet merupakan negara sosialis pertama yang diarahkan oleh Lenin dan Stalin, meskipun banyak kesalahan yang dibuat oleh Stalin sendiri. Namun, 3 tahun setelah kematian Stalin, Nikita Sergeyevich Khruschev dan geng revisionisnya menguasai Partai Komunis. Ia memulai dengan mengadakan reformasi habis-habisan. Hal ini menjadikan orientasi ekonomi yang memprioritaskan profit, tidak lain dengan kapitalisme. Birokrat, anggota Partai diberikannya profit dan tidak lain menjadi "pemegang saham" daripada inudstri-industri Uni Soviet. Menteri dan manajer yang bertugas untuk memantau perkembangan ekonomi dan industri yang tergabung dalam soviet-soviet perekonomian atau sovnarkhozi diberikan kuasa yang eksesif. Secara superficial, perindustrian dan perekonomian dikuasai langsung oleh para pekerja dan mempunyai system sosialis, kenyataannya ialah sebaliknya. Mode produksi berada ditangan para birokrat dan apratus Partai. Memang benar bahwa mereka melawan privatisasi, tetapi privatisasi yang bersifat EKSTERNAL, dating dari luar Partai, bukan dari dalam. "Tidak mungkin seorang individu bisa mengubah suatu system perekonomian yang ada." Itulah argument yang mungkin anda pikirkan. Namun intinya, Partai sendiri penuh dengan revisionis. Bahkan Jenderal Zhukov (Marshal Zhukov merupakan Jendral yang mengalahkan Hitler pada PDII, orang terhormat di Soviet dan sekarang Rusia). Kita kembali ke bagian dasarnya. Sosialisme merupakan system perekonomian yang dibentuk bukan untuk mengutamakan profit. Sistem ini dibentuk berdasarkan diktatorisme dari proletariat. Menurut Marx, sosialisme merupakan transisi dari Komunisme. Dalam masa transisi ini, beberapa elemen dari kapitalisme tetap ada, seperti misalnya gaji dan mode perdagangan. Hal ini merupakan bibit dari kapitalisme yang harus diubah. Sayangnya, Stalin tidak mengetahui hal ini (namanya juga pertama kali). Hal ini tentunya mengakibatkan bibit-bibit ini untuk tumbuh subur hinga waktunya untuk mendominasi "tanah". Stalin sudah melakukan salah satu eror yang sangat berbahaya. Ia yakin bahwa Partai Komunis tidak mungkin bisa berubah karena kedudukanya yang solid. Ia juga percaya bahwa organ organ borjuis sudah dihilangkan. Setelah kematiannya, para manajer pabrik dan birokrat mulai menggalang kekuatan. Mereka memberikan dana insentif ekonomi yang digunakan untuk keuntungan pabrik sendiri. Dalam Pengaturan untuk Model Penanaman Kolektif, para birokrat menetapkan haluan bahwa semua kebijakan dipimpin oleh satu orang, yaitu ketua dari pertain-petani yang membentuk kholkoz (penanaman kolektif) ini. Pemerintah Soviet mendefinisikan perubahan ini sebagai manajemen satu orang untuk memperlancar usaha dan memajukan industri. Hal ini sangat berlawanan dengan apa yang dikatakan Engels. "Â…hal yang pasti dari manajemen individual ialah kepemilikan pribadi." Bahkan sebenarnya, para pekerja dan petani mendapat 50-60 rubles per bulan. Sedangkan para manajer mendapatkan 1000 rubles dengan jam kerja yang SANGAT MINIM dibandingkan dengan para pekerja. Beberapa orang juga mengatakan bahwa Uni Soviet merupakan negara sosialis karena tidak mempunyai pengangguran dan krisis siklus ekonomi. Terlebih lagi mempunyai sistem tunjangan yang maju. Hal ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara kapitalis di Baltik seperti Finlandia, Swedia. Ketika Khruschev menguasai Partai pada 1956, ia mengeluarkan banyak kader Partai yang berasal dari latar belakang proletariat. Pada 1952 contohnya, 24.6% dari anggota Komite Sentral merupakan administrator, manajer, birokrat; sisanya merupakan anggota dari latar belakang pekerja dan petani. Namun pada 1961, jumlah birokrat ini naik meniadi 50.3%! Komite Sentral mengalami divisi kelas. Yang satu menekankan kerja secara intelektual, yang satunya lagi secara manual. Pro Soviet ekonom seperti Jozef Wilczynski menuliskan bahwa sejak 1965, profit menggantikan kebutuhan sosial dan menjadi satu-satunya oientasi perekonomian. Hal ini diterangkannya dalam The Economics of Socialism tahun 1977. proletariat have to sell their labour power once again in order to live. Even pro-Soviet economic Jozef Wilczynski said that in 1965, profit officially replaced social need as the main criterion for economic production in his 1977 work The Economics of Socialism. Dengan reformasi ekonomi ini, yang dinamai Kosygin Reform, harga dan keuntungan menjadi salah satu factor produksi dari perindustrian, tidak berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme. Perencana ekonomi mengalokasikan dana kepada sector-sektory yang menguntungkan. Kapitalisme dalam praktek. Hal ini juga diakui Zinoviev dalam bukunya Profit and The Increase in Efficiency of Socialist Production. Lebih nyata lagi, pemerintah Soviet membuat 2,300 konglomerat melalui badan Asosiasi Produsen, sebagai badan konsentrasi dari capital yang berjumlah 24% dari total produksi industrinya. Mereka melakukan investasi di negara-negara Eropa Timur untuk mendapatkan profit kembali, tidak berbeda dengan korporatisasi Amerika. Point terakhir ialah jumlah pengangguran. Jumlah penggangguran di Moscow oblast (negara bagian) adalah 22%. Selain itu, anak-anak dari manajer ini mempunyai kesempatan lebih besar 3-4 kali untuk lulus dari universitas dibandingkan anak-anak dengan orang tua berlatar belakang pekerja Sources: -"Fundamentals of Political Economy: Excerpts" A World to Win magazine #15, 1990 -"Cast Away Illusions, Prepare For Struggle!" A World to Win magazine #15, 1990 -The Soviet Union: Socialist or Social-Imperialist? Part I; Compiled by the editors of The Communist 1983. Penulis adalah salah satu aktivis dari RCP (Revolutionary Communist Party) di Amerika. Hancurkan Kapitalisme,Imperialisme,Neo-Liberalisme, Bangun Sosialisme ! ******Ajak lainnya bergabung ! Kirimkan e-mail kosong (isi to...saja)ke: [EMAIL PROTECTED] (langganan) [EMAIL PROTECTED] (keluar) Site: http://come.to/indomarxist Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/indo-marxist/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/