----------------------------------------------------------
Visit Indonesia Daily News Online HomePage:
http://www.indo-news.com/
Please Visit Our Sponsor
http://www.indo-news.com/cgi-bin/ads1
-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0-0
Free Email @KotakPos.com
visit: http://my.kotakpos.com/
----------------------------------------------------------

Megawati Diminta Proaktif. Bolak-balik Temui Gus Dur

Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri diharapkan lebih proaktif dalam
menjalankan tugasnya, sehingga tidak semua masalah pemerintahan bertumpu
pada figur Presiden Abdurrahman Wahid.

Harapan itu disampaikan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). "Sangat
disayangkan, Megawati belum mampu aktif sehingga Abdurrahman Wahid menjadi
single fighter," kata Ketua Puslitbang Politik dan Kewilayahan (PPW) LIPI Dr
Mochtar Pabotinggi di Jakarta, kemarin.

Saat menyampaikan pernyataan LIPI bertajuk "Renungan Politik Menapak Tahun
2000: Mengatasi Disintegrasi, Mengukuhkan Reformasi", Mochtar didampingi
anggota PPW LIPI Syamsuddin Haris dan Ikrar Nusa Bhakti.

Langkah Megawati, menurut Mochtar, belum menunjukkan tugas yang sebenarnya,
seperti dalam penanganan kasus Ambon. Dalam kaitan itu, ia melihat,
keberadaan Gus Dur cenderung melindungi langkah-langkah Wapres Megawati yang
kurang proaktif. "Seperti ketika Wapres Megawati ke Hong Kong, Gus Dur
mengatakan itu kunjungan kerja," katanya.

Megawati yang baru kembali dari Hong Kong atas permintaan Presiden, kemarin,
dua kali bolak-balik ke Bina Graha dan Istana Merdeka untuk menemui Gus Dur.
Tidak diketahui apakah pertemuan itu membicarakan perombakan kabinet.

Pada pagi hari kemarin, lebih dari satu jam, Mega bertemu Presiden di Bina
Graha. Sebenarnya, pagi itu, di dalam Agenda Kegiatan Kepala Negara tertulis
Gus Dur menerima Ketua KPU Rudini bersama Panitia Pemilihan Lokal. Acara
yang dijadwalkan pada pukul 11.00 WIB ini ternyata molor hampir satu jam
karena Gus Dur menerima Mega.

Keluar dari ruang kerja Presiden, Mega menyempatkan diri menyalami wartawan
di Ruang Pers Bina Graha. Ia tutup mulut ketika ditanya pertemuannya dengan Gus Dur.

Sore harinya, Mega kembali menemui Gus Dur di Istana Merdeka. Sekitar satu
jam kedua pemimpin bertemu, yang berakhir sekitar 30 menit sebelum saat
berbuka puasa.

"Buka puasa dululah," jawab Mega ketika dimintai konfirmasi apakah pertemuan
itu membicarakan soal perombakan kabinet.

"Apa hasil dari Hong Kong, Bu?" tanya pers lagi. Mega pun hanya tersenyum
sambil memasuki mobil dinasnya.

Sedangkan Gus Dur, seusai bertemu dengan Mega, langsung bergabung dengan
warga Partai Kebangkitan Bangsa dan NU di Istana Merdeka untuk berbuka
puasa. Kepada jemaahnya, Gus Dur menjelaskan pertemuannya dengan Mega. Ia
menjelaskan pihaknya membicarakan ruang-ruang di Istana Merdeka, yang
menurut Wapres, penggunaannya tidak seperti zamannya Bung Karno dulu.

"Saya minta maaf keluarnya terlambat karena menemui Mbak Mega. Ya biasalah,
dia lagi ngomong soal pembagian kamar-kamar ini, kok nggak cocok dengan
zamannya Bung Karno dulu. Ya mesti di-dengerin, wong namanya dia, perkoro

nanti nyalahin, ya monggo, tapi di-dengerin dulu," kata Gus Dur. "Di samping
juga nggak enak ngusir. Ya nunggu sampai selesainya. Lalu, mau buka sini apa
pulang, pulang, ya sudah," kata Gus Dur.

Adu domba

Lebih lanjut Mochtar Pabotinggi mengharapkan Wapres Megawati bisa berbagi
tugas dengan Presiden Abdurrahman Wahid. Ia mengingatkan saat ini berkembang
adu domba berselubung yang menghendaki agar posisi Abdurrahman Wahid
digantikan oleh Wakil Presiden Megawati.

"Saya melihat seolah-olah ada gejala seperti itu, yang dilakukan oleh
orang-orang yang mau kerkuasa kembali," katanya.

Padahal, kata Mochtar, Presiden Abdurrahman Wahid itu telah terpilih secara
demokratis sekali, maka tidak akan mungkin Presiden akan tumbang. "Soalnya,
menurut saya, Abdurrahman Wahid itu orang kuat serta politikus. Selain itu
ia juga memiliki kaki tangan yakni NU dengan massanya," tambah Mochtar.

Berkaitan dengan isu reshuffle kabinet, ia mengatakan, hal tersebut tidak
mengherankan karena dasar pembentukan kabinet yang kompromistis. "Kita lupa
dengan kabinet seperti itu telah membentuk kabinet parlementer, padahal
sistem Indonesia masih presidensial."

Dalam teks renungannya, LIPI mencatat kabinet kompromistis mungkin sebagai
ancang-ancang menuju rekonsiliasi, tetapi kompromi tersebut cenderung
menafikan aspirasi reformasi dan aspirasi redemokratisasi.

Menyingggung hasil yang dicapai pemerintahan Gus Dur, ia mengatakan, sulit
untuk mengukurnya dengan waktu yang singkat, tetapi kemajuan besar diperoleh
dalam penyelesaian masalah Aceh.

"Kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke luar negeri telah mengurangi
kemungkinan dukungan dunia internasional terhadap gerakan Aceh."

Tidak adanya dukungan internasional itu, tutur dia, membuat gerakan
separatis di Aceh sulit mencapai tujuannnya. "Karena pengalaman selama ini
gerakan `penyempalan` tidak akan berhasil tanpa dukungan internasional,"
katanya.

Mengingat masih banyaknya problem bangsa sebagai buntut krisis multidimensi
di Indonesia, Mochtar berpendapat, pemerintahan Gus Dur merupakan titik
tolak dari proses menuju reformasi dan demokrasi.

"Jika kali ini gagal, maka kegagalan akan dirasakan dalam jangka waktu yang
lama dan terbentuk rezim yang lebih otoriter dari sebelumnya."***

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Didistribusikan tgl. 4 Jan 2000 jam 07:40:34 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online <[EMAIL PROTECTED]>
http://www.Indo-News.com/
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kirim email ke