Orang Desa Bingung Akibat Demonstrasi dll



Membaca suratkabar, nonton televisi kepunyaan tetangga, berita-beritanya
sangat meyakinkan dengan adanya demonstrasi, deklarasi, dialog, rembug,
pendapat pakar, pendapat pengamat, keseluruhannya dengan dalih untuk
kepentingan masyarakat.

Saya yang berada di perdesaan, sebetulnya meskipun tidak ada hal-hal
seperti di atas, hidup biasa-biasa saja, normal, tidak bekerja keras mah
tidak makan, malah dengan adanya berita di atas sangat membingungkan
rakyat. Mengenai pemerintahan ada pak RT, mengenai pembangunan, iuran
sesama warga sesuai dengan kemampuan, mengenai keamanan ada Hansip.

Mungkin berbeda sekali dengan di kota, kalau di kota ada yang diminta
keterangan oleh Kejaksaan Agung naik mobil/turun dari mobil, lihat mobilnya
saja berapa itu harganya? Kalau dibandingkan harga mobil dengan harga rumah
orang miskin di kampung, satu berbanding berapa ratus rumah itu tapi tidak
ada masalah, mungkin rezekinya orang lain.

Di kantor di Bogor tertulis (seperti juga tertulis di formulir isian)
berbunyi: "Layanan &AMP Kinerja Selalu Ditingkatkan", tapi kenyataannya
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat/masyarakat.

Saya mengurus surat pensiun janda ibu saya, umurnya sudah 82 tahun (janda
ABRI) 3 (tiga) tahun belum beres-beres, dari kantor A disuruh ke kantor B
dari kantor B disuruh kembali ke kantor A, alasannya berbelit-belit, kapan
mau selesainya? 

Mengirim surat saja dari kantor A ke kantor B yang jaraknya sekitar kl 50
km-an, 2 (dua) tahun belum ada balasan, padahal kalau melihat fasilias
perhubungan, sarana, aparatnya cukup memadai, dasinya saja cukup
bagus-bagus. Hal ini dirasakan seperti mengemis saja.

Pada tahun 1974, saya oleh pak RT ditunjuk jadi Rakyat Terlatih, sudah 24
(duapuluh empat) tahun aktif, jadi Pamsung sudah 5 (lima) kali Pemilu,
diberi seragam cokelat diganti warna hijau muda/hijau apel dibiayai oleh
pak RT dari beras perelek hasil iuran masyarakat, sampai-sampai kalau
memakai seragam dikatakan oleh masyaraat: Tentara Perelek, diberi
pendidikan oleh pak Kades berupa: kedisiplinan, baris berbaris,
penanggulangan bencana, tenaga dibutuhkan, tapi sampai saat ini belum/tidak
ada yang memperhatikan nasibnya, kecuali itu tadi dari Beras Perelek (hal
ini bukan berarti menuntut, kalau menuntut fasilitas pun kepada siapa?).

Anggota Hansip seperti saya ini ada pribahasa: Hidup Segan, Mati
Enggak-enggakan.

Itulah situasi dan nasib yang saya alami, terima kasih atas perhatiannya.

Yayan
Angg. Hansip
Palabuhanratu
Kabupaten Sukabumi

Kirim email ke