Banyak  capaian  teknologi di negara berkembang  dewasa  ini 
menjadi 
kebanggaan/kepuasan  penduduknya.  Padahal itu bukannya apa-apa.  Ia 
reruntuhan 
hasil  rekayasa  teknologi usang kalau dilihat dari  puncak 
prestasinya  secara 
global. 
   Statement itu  mengisyaratkan keberanian dan perubahan, khususnya 
pendekatan 
kita  terhadap  tekonologi.  Janganlah benak kita  dibodohi  atau 
dininabobokan 
dengan khayalan palsu berdasarkan "mekanisme simbol tanpa makna" sampai 
"ritual 
akademik tanpa visi". 
   Wajarlah  bila Malik bin Nabi (filosof) mengatakan bahwa suatu 
bangsa  tidak 
akan  berkembang bila selalu tergantung pada teknologi impor. Lebih
buruk  lagi, 
negara  seperti  itu hanya akan menjadi pion dari  berbagai  perusahaan 
raksasa 
transnasional dalam menover Machiavelistik 
   Sementara teknologi Barat terus berkembang pesat, seharusnya kita
tidak boleh 
diam terpaku atau menonton saja. Karena ini tidak saja dianggap 
kelalaian, juga 
sikap yang tidak bertanggungjawab terhadap generasi berikutnya. 
   Kemerdekaan atas kedaulatan wilayah atas penjajahan memang
menjanjikan banyak 
hal. Tetapi yang sungguh diberikannya hanya sedikit serta tidak
mencukupi  kalau 
tidak  disertai  semangat  memperdayakan sumber daya yang  ada. 
Terlebih  kalau 
direpotkan oleh konflik internal, sektarian, dan parokial, yang
semuanya  tumbuh 
karena klaim chauvelistik mengenai keunggulannya masing-masing. 


Salam,

Nasrullah Idris

Kirim email ke