On Tue, 7 Sep 1999, Majalah D&R wrote:

> 
> 
> -----Original Message-----
> From: Satrio
> Sent: Monday, September 06, 1999 10:49 PM
> To:   Teknologi
> Subject:      RE: Tim-Tim Merdeka: "NTT Diprioritaskan"
> 
> 
> Bung Yusuf LH,
> 
> Australia menurut dugaan saya tak akan berani cari perkara dengan membuat
> pangkalan militer di timtim (karena ini artinya langsung menantang RI).
> Apalagi Gus Dur sudah ngamuk-ngamuk terhadap Australia!

Memangnya Australia dapat untung apa kalau menentang Indonesia?  Bisakah
bung Satrio memberikan contoh-contoh konkrit keuntungan Oz itu? Lagipula,
dari dulu juga pemerintah Australia (yang berganti-ganti partai) tetap
hormat sama pemerintah Indonesia, termasuk melatih TNI.  Kalau saya sih
melihat pemerintah Oz (bukan rakyat Oz) ini suka bersandiwara supaya
kelihatan adi jaya di Asia Tenggara....padahal "No Action, Talk Only".
Orang Timor bilang "mulu bEsar sa!"      
 
> Namun yang sudah pasti, Timtim Merdeka akan SANGAT TERGANTUNG pada pihak
> luar. Celah timor masih terlalu berat untuk dieksplorasi, bahkan oleh negara
> industri maju sekalipun. Sedangkan pendapatan asli daerah belum mampu
> mengganti subsidi RI yang selama ini dikirim ke Timtim.

Ah...Indonesia lebih parah koq.  Kita sudah merdeka 54 tahun, tapi
bukannya makin mandiri malah makin jadi pengemis.  Buktinya, diancam World
Bank dan IMF, pemerintah kelabakan sampai-sampai Menhankam mau menyatakan
perang terhadap negara-negara yang mengancam ekonomi indonesia.  Sekarang
ini kita jangan pongah melihat debu di mata orang, tapi buta terhadap
gajah di pelupuk mata.  Kita ini makin miskin lho.  Di beberapa daerah
orang pada bunuh-membunuh.  Koruptor-koruptor nggak pernah dituntaskan
perkaranya.  Pemerkosa-pemerkosa kolektif merajalela. Soeharto dan
kroni-kroninya tetap bebas berkicau dan 'berkarya'. Pokoknya, persoalan
kita itu jauh lebih banyak daripada persoalan Timtim.  Jadi, let's talk
about our problems, not other people problems.   

> Untuk tiga atau empat tahun pertama, akan ada Komitmen POLITIK Australia,
> Portugal, dan AS untuk membantu dana bagi Timtim. Namun sesudah itu HUKUM
> EKONOMI akan bekerja. Romantisme politik sirna.

Ya, sama saja dengan Indonesia koq.  Kita khan juga terus menerus ditopang
negara-negara lain.  Jangan-jangan 54 tahun mendatang, kita malah dibantu
oleh Timtim.  Who knows?    

> Well, tapi semua pilihan ada risikonya, bukan?

Resiko itu tidak penting lagi dalam konteks Timtim (dari sudut pandang
saya sebagai orang Indonesia).  Yang penting sekarang adalah kita sudah
menyelesaikan perkara Timtim yang sering dijuluki seperti kerikil dalam
sepatu.  Emangnya enak pakai sepatu yang ada kerikil di dalamnya? 

 
> Satrio.

Salam hormat,

Semmy Littik
Townsville

Kirim email ke