>Barat itu masuknya halus, yang lebih dekat dengan barat adalah >gereje-gereja, maka barat berbaju manis ke gereja-gereja, sehingga jangan >sampai umat gereja terbuai oleh bujukan barat. usul saya, janganlah kita memperkeruh masalah. banyak koq sesama aussie di building tempat saya belajar yang kalem-kalem aja dan ramah, mereka bukan orang 'kristen', mereka bukan dari gereja, mereka nggak berbaju manis, mereka nggak bujuk-bujuk. hanya politician yang saling membujuk, yang satu nawar lalu yang ditawar nerima penawaran, jadi masalahnya tidak semudah apa yang diBEBERkan mas sis di mailing list ini. masalahnya cukup rumit mas...tiap hari rasa-rasanya ada saja yang kita blame, tapi kalau kita tahu kita benar, go ahead, don't worry... kita wasted energy kita cuman untuk ngomel kiri-kanan, sebaiknya kita punya plan kalo kita nggak puas dengan recruitment staff unamet, hasil jajak pendapat, marilah kita clearkan itu...usaha keras untuk mendapatkan kebenaran. mungkin dengan cara kita itu kita akan semakin dihargai dunia internasional. jalurnya harus jelas juga: apa lewat wakil-wakil rakyat lalu ke presiden...we've got to do s'thing as what Judith/Raras said. >Marilah wahai kawan, yang islam, yang Katolik, yang Kristen, yang Buddha, >yang Hindu, dll. marilah kita tetap sadar mempertahankan negara kesatuan >kita tercinta itu so pasti mas sis. mudah-mudahan sebagai negara kesatuan, kita akan merasa sakit/menderita juga kalau ada satu anggota masyarakat kita menjadi korban random target dari kostrad. kita juga akan merasa sakit kalau salah satu saudara kita entah di aceh, ambon or tim-tim kehilangan suaminya sebagai korban pelemparan granat. >kita sadar bahwa isu SARA juga datangnya dari luar, dari >barat, katanya demi demokrasi, demi HAM, dll. maka marilah kita pertahankan >jiwa nasionalis kita guna membina kerukunan dan kesatuan negara Indonesia >dengan demokrasi yang kita sepakati dan tidak didikte oleh barat. entah isu sara itu datangnya dari barat atau timur atau darimana saja, harus kita tentang, jangan hanya yang dari barat saja kita tentang tapi dari semua arah, mungkin saja dari dalam diri kita sendiri, perangilah itu. kita nggak perlu meniru demokrasi barat, ham barat dll, kita nggak perlu buang-buang waktu untuk kritik mereka karena nggak ada gunanya, yang sebaiknya kita lakukan adalah belajar dari apa yang sudah terjadi disekeliling kita, take the good point and leave the bad point, and apply it to us, indonesia tercinta, yang berpenduduk 200 juta orang dengan latar belakang suku dan budaya yang berbeda-beda. utamakan hak yang sama bagi setiap insan, tanpa memandang suku, bahasa, golongan even agama. masih banyak pr kita kawan, aceh, ambon, bank bali, you name them...jangan terlalu buang banyak energy disatu point padahal kerja masih banyak dan hari sudah hampir malam. cheers, Betty Pentury