Bukannya saya ingin membela TNI, tapi membaca tulisan di bawah ini perasaan
saya kok kurang enak. Kok kayaknya nggak realistis, apalagi kalau kita lihat
sejarah berdirinya angkatan bersenjata kita di awal kemerdekaan dulu.

Btw, apakah yang namanya demokrasi dan kebebasan bisa berarti boleh
mengganggu ketertiban? Saya lihat kebanyakan (kalau bukan hampir semua)
kegiatan demonstrasi dan unjuk rasa tidak peduli kalau jalanan jadi macet
dan mengacaukan aktivitas orang lain. Lalu, kalau bagi kita bangsa Indonesia
bendera adalah nyawa sementara di Australia sana bendera kita dibakar,
apakah dengan ikut membakar bendera negara lain membuat kita lebih
terhormat?

To handle yourself, use your head;
To handle others, use your heart.
Anger is only one letter short of danger.
(trims Mbak Betty, serasa oase di padang pasir membacanya :-) ...)

Salam,
Andi

> ----- Original Message -----
> From: SiaR News Service <[EMAIL PROTECTED]>
> To: <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, September 20, 1999 1:13 AM
> Subject: SiaR-->XPOS: BUBARKAN TNI
>
>
 > Precedence: bulk
>
 >
 > Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka
> PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom
> E-mail: [EMAIL PROTECTED]
> Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp
> Xpos, No 33/II/19-25 September 99
> ------------------------------
>
> BUBARKAN TNI
> Oleh: Poetranegara
>
> Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
> Tidak berguna, bubarkan saja
> Diganti Menwa, ya sama saja
> Lebih baik Gerakan Pramuka
>
> (OPINI): Lagu plesetan di atas kerap kali dinyanyikan oleh para mahasiswa
> saat demonstrasi. Semangat nyanyian (dan bahkan diramaikan dengan tarian)
> makin menggila tatkala mereka beraksi di depan barisan tentara. Lagu itu
> penuh dendam. Ia mengekspresikan kemuakan yang paling dalam atas segala
> tingkah polah tentara. Dengarlah lanjutan lagu dari bait di atas yang
> memaparkan "argumennya":
>
> Naik bis kota tak pernah bayar.
> Suka nyabot makan di warung tegal.
> Suka memperkosa bini orang,
> Membunuh rakyatnya.
>
> Dalam gaung lautan massa, lagu itu menjadi psychologic war yang berfungsi
> ganda: menaikkan militansi dan gairah massa, serta sebaliknya
> mendemoralisasi tentara.
>
> Kini, setelah kasus Aceh tak pernah rampung dengan tuntas, setelah kasus
> Timor Leste justru meruyak parah, tuntutan "Bubarkan Tentara Nasional
> Indonesia!" mendapatkan legitimasi yang amat kuat (?). Bukan karena mereka
tidak
> mampu mengatasi situasi konflik tersebut. Melainkan, justru tentara lah
> biang keladi parahnya keamanan Indonesia saat ini.
>
> Bubarkan TNI sudah saatnya secara riil dikumandangkan. Ini selangkah lebih
> maju ketimbang tuntutan Cabut Dwifungsi TNI. Kita, gerakan pro demokrasi,
> akan selalu gagal bila tuntutan termaju hanya cabut dwifungsi, alias
sekadar
> mempreteli fungsi sosial politik TNI dan mengembalikan mereka ke barak
untuk
> mengurusi satu fungsi saja yaitu pertahanan negara. Mengapa gagal? Karena
> fungsinya sebagai penjaga pertahanan dan keamanan digunakan sebagai daya
> pemaksa untuk mendapatkan peran vital dalam fungsi kedua yaitu fungsi
sosial
> politik.
>
Andi:
Aneh, kalau memang sudah dicabut fungsi sospolnya dan dikembalikan ke barak
dengan fungsi pertahanan negara saja kenapa masih menyinggung sospolnya
lagi?

 > Akar dan ujung-ujung mengapa mereka begitu getol berdwifungsi itu tak
lain
> adalah mempertahankan dan untuk lebih banyak menyedot kekayaan lewat
bisnis
> yang memperkaya (khususnya) para jendral secara cepat dan menggiurkan.
> Bahkan, bisnis yang mereka jalankan pun melewati batas garis haram
> kejahatan: narkotika dan obat-obat terlarang (Narkoba). Ingat Agus Isroq?
> Anak Jendral pemegang tampuk KSAD Soebagyo HS yang tertangkap basah
sebagai
> pengedar shabu-shabu dalam jumlah besar. Sampai sekarang, tak jelas apa
> hukumannya, jangan-jangan. lolos. Begitulah persekongkolan militer,
> kekuasaan, pengadilan, dan . mafia.
>
Andi:
Nah, kalau yang begini memang harus ditertibkan dan ditindak. Tapi kan bukan
berarti TNI-nya yang dibubarin?

> Tak jelas lagi apa sesungguhnya manfaat TNI bagi masyarakat negara ini
(?).
> Malahan di muka dunia internasional, TNI mencoreng-moreng muka Republik
> Indonesia. Sehingga, publik internasional mempunyai kesan bahwa Indonesia
> ini seperti negara hantu yang tak aman dan penuh orang-orang biadab. Di
> balik itu semua, TNI sendiri yang menjaga ketidak-amanan tersebut dan
> melestarikan kebiadaban di berbagai tempat dengan membunuhi banyak orang
> yang tak berdosa.
>
> Contoh paling akhir untuk memberikan bukti adalah terungkapnya Dokumen
> Garnadi berkaitan dengan Kasus Timor Leste. Dokumen itu adalah memo
rahasia
> tanggal 3 Juli 1999 yang ditanda-tangani Asmenko I/Poldagri HR. Garnadi
yang
> menyebutkan apabila hasil jajak pendapat menyatakan kubu pro integrasi
kalah
> maka pasukan TNI akan disiagakan dengan legalisasi kondisi darurat dan
> fasilitas vital di Timor Leste akan dibumihanguskan. Bahkan rapat rahasia
di
> Pos Kopassus Baucau, Rumah Merah 26 Juli 1999, sejumlah perwira TNI
seperti
> Mayjen Zacky Anwar Makarim dan Kolonel Tono Suratman membagikan senjata
> kepada milisi pro integrasi dan menguraikan skenario perang saudara bila
> penduduk timor leste memilih merdeka.
>
> Ini membuktikan sebuah niat dan strategi jahat yang disusun secara
terencana
> untuk mengingkari fungsi mereka sendiri yaitu menjaga pertahanan dan
> keamanan. Oleh sebab itu, sekali lagi, TNI layak dibubarkan. Sebagai
> gantinya, kerja-kerja TNI digantikan oleh polisi semacam pasukan
beladirinya
> Jepang atau Swiss. Angkatan Laut diganti dengan polisi laut, angkatan
udara
> diganti dengan polisi udara, keduanya tinggal transfer dengan birokrasi
yang
> lebih independen. Sedangkan angkatan darat, ya mohon maaf, dibubarkan saja
> karena sudah ada polisi yang berjaga di darat selama ini.
>
Andi:
Saya khawatir kalau solusinya model begitu, cuma ganti label dan bungkusnya
saja. Yang nggak bener kan orangnya. Kalau TNI-nya yang tidak berguna,
bagaimana kita menjelaskan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Apa itu
juga berarti almarhum Jenderal Soedirman yang notabene bagian dari TNI
adalah orang yang tidak berguna?
>
 > Demikianlah, Indonesia akan lebih efisien dan tidak menghamburkan banyak
> uang untuk militer yang hanya membunuhi rakyatnya sendiri. (*)
>
> ---------------------------------------------
> Berlangganan mailing list XPOS secara teratur
> Kirimkan alamat e-mail Anda
> Dan berminat berlangganan hardcopy XPOS
> Kirimkan nama dan alamat lengkap Anda
> ke: [EMAIL PROTECTED]
>
>
> ----------
> SiaR WEBSITE: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/siarlist/maillist.html

Kirim email ke