--------------800BDF21C548C9B54479C3B1 Content-Type: text/plain; charset=us-ascii Content-Transfer-Encoding: 7bit Saya masih juga tidak paham kenapa orang meneror Baramuli sebagai pelaku utama ? Kalo memang kita bicara dengan the rule of laws, kenapa juga kita sudah mendahului lembaga peradilan dengan mendakwa Baramuli sebagi pelakunya ? Apakah mereka tidak akan takut malu kalau ternyata Baramuli tidak terbukti ? Ini salah satu point betapa masyarakat kita sebenarnya sedang 'sakit' dan 'paranoia'. Kita secara sengaja berkesadaran telah menjerumuskan diri untuk bersikap dan bertindak tidak gentle, alias banci terhadap persoalan-persoalan sekitar kita dengan mendakwa berdasakan asumsi-asumsi yang abstrak. Pers kita lebih jadi corong-corong interest group, dengan membayar sejumlah uang, mereka membentuk opini. Dan masyarakat pun ter-carried away. Hal ini seringkali terbukti, dan kerap menjengkelkan.Atau bisa juga, seringkali pers kurang memahami persoalan sehingga pemberitaannya cenderung menjadi bias. Akibatnya masyarakat pembaca jadi misleading. Dalam kasus Bank Bali, bagi saya intinya adalah "Semuanya pelaku mendadak jadi jahat dengan menilep duit rakyat, semata-mata karena semuanya lapar, dan ingin segera makan sebanyak mungkin" dan setelahnya sama-sama ngabur dari tanggung jawab. Kasiaaaaaan banget deh bangsaku. raras pratiwi wrote: > selain di oz...ternyata di ri juga ada yg lucu2..:-) > nih, conto yg lucu dari dunia indonesiana...:-) > udah ah, ntar gue disalahin ama om baramuni..:-) --------------800BDF21C548C9B54479C3B1 Content-Type: text/html; charset=us-ascii Content-Transfer-Encoding: 7bit <!doctype html public "-//w3c//dtd html 4.0 transitional//en"> <html> Saya masih juga tidak paham kenapa orang meneror Baramuli sebagai pelaku utama ? Kalo memang kita bicara dengan <i>the rule of laws</i>, kenapa juga kita sudah mendahului lembaga peradilan dengan mendakwa Baramuli sebagi pelakunya ? Apakah mereka tidak akan takut malu kalau ternyata Baramuli tidak terbukti ? <p>Ini salah satu <i>point </i>betapa masyarakat kita sebenarnya sedang 'sakit' dan 'paranoia'. Kita secara sengaja berkesadaran telah menjerumuskan diri untuk bersikap dan bertindak tidak <i>gentle</i>, alias banci terhadap persoalan-persoalan sekitar kita dengan mendakwa berdasakan asumsi-asumsi yang abstrak. Pers kita lebih jadi corong-corong <i>interest group</i>, dengan membayar sejumlah uang, mereka membentuk opini. Dan masyarakat pun ter-<i>carried away</i>. Hal ini seringkali terbukti, dan kerap menjengkelkan.Atau bisa juga, seringkali pers kurang memahami persoalan sehingga pemberitaannya cenderung menjadi bias. Akibatnya masyarakat pembaca jadi <i>misleading</i>. <p>Dalam kasus Bank Bali, bagi saya intinya adalah "Semuanya pelaku mendadak jadi jahat dengan menilep duit rakyat, semata-mata karena semuanya lapar, dan ingin segera makan sebanyak mungkin" dan setelahnya sama-sama ngabur dari tanggung jawab. <p>Kasiaaaaaan banget deh bangsaku. <br> <p>raras pratiwi wrote: <blockquote TYPE=CITE>selain di oz...ternyata di ri juga ada yg lucu2..:-) <br>nih, conto yg lucu dari dunia indonesiana...:-) <br>udah ah, ntar gue disalahin ama om baramuni..:-)</blockquote> </html> --------------800BDF21C548C9B54479C3B1--