Teman-teman Indoz-net semua, Setelah membaca tanggapan Mbak Raras terhadap Oom Look yang menyatakan bahwa: "...udah ah, mengenai masalah tim-tim ini ane mo pamit, mundur dua langkah dulu,", maka saya mencoba menahan langkah mundur- nya Mbak Raras dan juga kita semua untuk mari kita me- lihat bersama masalah wanita yang termuat dalam Harian Umum SUARA MERDEKA seperti terbaca dibawah ini. Sebagai tamabahan, dalam karikatur yang tidak nampak dalam kiriman berita ini si wanita berdiri diatas bola dunia dan berkata: "Saya bukan objek seks. Saya punya HAK untuk menolak atau menginginkan". Singkatnya, apa benar jika seorang istri menolak melayani hubungan seks dengan suaminya, berarti: si istri telah melawan kodratnya sebagai seorang wanita? ------------------ Kamis, 23 September 1999 Berita Utama Masalah Wanita dalam Reproduksi Bagaimana jika Istri Menolak Melayani Suami? ANDAI seorang istri terpaksa menolak punya anak lagi, apa jadinya? Andai dia juga tak mau melayani kehendak suami, risiko apa yang harus dia terima? Andai pula dia ingin punya anak banyak, apa yang perlu diperbuat? Bagaimana jika dia ingin suami membantu mengasuh anak, agar bebannya berkurang? Bagaimana jika remaja, teristimewa putri, terpaksa hamil? Haruskah dia mengasuh anak yang tak dia inginkan, sedangkan dia masih senang berhura-hura lazimnya remaja. Haruskah dia menggugurkan kandungan, yang sangat berdosa dalam agama? Problem ruwet itu merupakan bagian sangat kecil dari masalah wanita dewasa ini. Barangkali ibarat kuku, berbagai persoalan tersebut hanya setitik kuku hitam yang mengotori. Artinya, sebetulnya masalah wanita berkaitan dengan reproduksi sangat banyak. Masalah yang banyak dan kompleks itu belakangan tenggelam oleh berita politik dan ekonomi. Informasi untuk masyarakat yang jenuh dengan kedua hal itu (berita politik dan ekonomi) makin disisihkan pengelola media massa. Kalau ada informasi tentang wanita atau remaja, umumnya media hanya mengambil dari sisi tentang pemerkosaannya, kejahatan terhadap perempuan, serta eksploitasi tubuh wanita dan sebangsanya. Informasi tentang bagaimana merawat wanita yang mengandung, apa yang perlu dipersiapkan menghadapi persalinan, merawat bayi agar menjadi anak yang tumbuh sehat dan cerdas, berakhlak mulia, serta wanita sengsara karena tak kuasa mengelak dari beranak banyak, dan sebagainya hanya diminati kalangan tertentu. ''Media massa belakangan dipenuhi tulisan tentang politik dan ekonomi,'' kata dr Abdullah Cholil, Sekretaris Menteri Negara Peranan Wanita, dalam sebuah pertemuan dengan pers belum lama ini di Jakarta. Pertemuan pers itu memang diadakan agar pengelola media ''ingat'', dunia berita bukan hanya politik dan ekonomi. Melainkan, ada hal lain yang tak kalah penting. Yakni kesehatan reproduksi. Seharusnya informasi tentang kesehatan reproduksi juga menjadi bagian utama dalam pemberitaan. Mengingat, hal itu juga merupakan dasar perkembangan negara menjadi besar dan tangguh. Tiang Negara Wanita sebagai tiang negara (bukan pilar yang hanya menempel sebagai aksesori atau pembantu penyangga) perlu diberdayakan agar bisa hamil, melahirkan, merawat, dan membesarkan anak secara sehat dan sempurna. Konyolnya, informasi yang disampaikan ke masyarakat lebih ditonjolkan dari sisi lain. Andai penulisan soal remaja melakukan aborsi lebih banyak ditekankan pada kejahatan dokter atau dukun bayi yang menggugurkan, bukan bagaimana agar remaja tidak hamil. Juga andai penekanannya bukan pada pemberitaan soal wanita membuang bayi yang dilahirkan, melainkan bagaimana wanita itu kok masih hamil juga, padahal dia tidak menghendaki. Namun koran lebih senang mengekspose pembuangan bayi yang dilakukan wanita putus asa. Berita berlanjut sampai dokter atau dukun bayi yang divonis penjara atau percobaan. Sedangkan si wanita tetap dengan kesengsaraannya: dicap wanita bejat moral dan mungkin harus mengandung anak yang tak pernah dia kehendaki lantaran ketidaktahuan tentang kesehatan dan keterpaksaan lain. Tentang wanita yang menolak ''ajakan'' suami selalu dikaitkan dengan agama (khususnya Islam). Bukan pada bagaimana seharusnya memberikan pengertian ke suami tentang kondisi istri yang terpaksa menolak. Tertarik? Betulkah media tidak tertarik pada hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi? Rasanya belum pernah terdengar penelitian tentang hal itu secara khusus. Yang jelas, muncul media khusus yang meraih segmen tertentu dan ternyata laris, yang membahas seputar kesehatan reproduksi. Contoh (antara lain) berbentuk tabloid (baru) Nakita, Aura, (lama) Nova, Wanita Indonesia. Yang berbentuk majalah Ayah Bunda, Femina, Gadis. Media tersebut memiliki pasar wanita dan remaja wanita. Barangkali tak banyak laki-laki yang melirik. Sebab, menganggap masalah kesehatan reproduksi bukan urusan mereka. Yang jadi masalah sekarang, bagaimana membuat lelaki juga tertarik bidang kesehatan reproduksi wanita. Diharapkan, setelah tertarik pada bidang itu, lelaki kemudian akan menganggap penting sehingga mau ikut menyebarluaskan ke masyarakat lebih luas. Maklum, dominasi laki-laki menjadikan pula mereka sebagai penentu kebijakan dalam pemuatan tulisan. Jika tulisan tentang kesehatan reproduksi masuk prioritas media umum, masyarakat tak perlu lagi membeli media massa khusus yang memuat artikel soal kesehatan reproduksi. Tetapi cukup membaca atau berlangganan media umum. Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi meliputi antara lain kehamilan yang wajar dan sehat, persalinan yang sehat, pemeliharaan anak dari bayi hingga dewasa sehat - bebas dari penyakit berat. Objeknya tak hanya dihadapi wanita yang sudah berkeluarga, tapi juga remaja. Kalau remaja memperoleh informasi secara benar, mereka akan terhindar dari pergaulan tidak sehat. Mereka akan aman dari pergaulan yang mengakibatkan hamil, kecanduan narkoba, dan sebagainya. Kesehatan reproduksi terkait dengan gizi, informasi penyakit, informasi penyebab kematian langsung, informasi obat-obatan, dan lain-lain. Untuk individu, yang penting seseorang mampu mendapatkan jumlah anak yang diinginkan tanpa mengalami gangguan kesehatan. Kapan akan punya anak, jumlah anak, bagaimana menjadikan anak sehat dan saleh, dan seterusnya. Karena itu untuk memperoleh informasi tersebut, bantuan media massa sangat diperlukan sebagai penyebarluasan ke masyarakat luas. Agar masyarakat juga tahu akses palayanan kesehatan, keterampilan petugas kesehatan, perlindungan hak dan jaminan psikososial, dan tahu akses ke sumber dana. Jika kondisi sekarang masih belum seperti yang diharapkan, faktor yang juga memengaruhi adalah kemiskinan, pendidikan, budaya, tradisi, agama, lokasi geografis, dan sosiopolitik. Informasi tentang kesehatan reproduksi terutama ditujukan kepada anak (termasuk bayi yang berhak memperoleh susu ibu), remaja putri, ibu hamil, tenaga kerja wanita, wanita usia lanjut, dan suami. Sedangkan sasaran tak langsung adalah keluarga, LSM, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi di masyarakat, perencana, penentu kebijaksanaan, pakar, dan lain-lain.(Humaini As-23g) Copyright© 1996 SUARA MERDEKA