Dear all,

As I said before, TNI has been acting as a national 
terorist to colonialize the Indonesian civilians.  While 
powerless against armed militia in Timtim, TNI (backed 
up by Polri) shows its power against unarmed students 
protesting the come back of militerism in Indonesia.    

Enjoy the article.....
Semmy

----- Forwarded message from ananda desa 
<[EMAIL PROTECTED]> -----
Date: Thu, 23 Sep 1999 12:34:05 -0000

UU PKB Tingkatkan Kebencian Massal Terhadap TNI

INTRO: TNI kembali menjadi sorotan setelah bentrok 
dengan mahasiswa di Senayan, Jakarta. TNI yang telah 
terpuruk karena pembakaran Timor Timur, kini pun 
berusaha keras memperburuk namanya di Jakarta dan 
beberapa kota besar lainnya. TNI pun \\\'bertempur\\\' 
dengan para mahasiswa yang menentang RUU PKB sedangkan 
di Jenewa Komisi HAM PBB sedang bersiap-siap menyusun 
tribunal untuk mengadili perwira-perwira TNI. Laporan 
koresponden Syahrir dari Jakarta:

Meski mendapat reaksi keras mahasiswa di beberapa kota 
besar, namun empat fraksi di DPR RI hari Kamis 
menyatakan menyetujui Rancangan Undang-Undang 
Penanggulangan Keadaan Bahaya atau RUU PKB untuk 
disahkan menjadi Undang-Undang. Menurut empat fraksi 
pendukung pemerintahan Habibie-Wiranto ini, RUU tersebut 
layak disetujui karena sangat diperlukan untuk 
menyelamatkan dan mengamankan negara bila dalam bahaya. 
Keempat fraksi yang mengaku sebagai wakil rakyat itu 
sama sekali tidak memperdulikan suara-suara demonstran 
yang berusaha mendekat ke gedung MPR/DPR. Ribuan 
mahasiswa akhirnya muncul juga di Senayan Jakarta. Maka 
tak terhindarkanlah bentrokan ketika akhirnya mahasiswa 
mendesak untuk maju. Hingga Kamis malam puluhan korban 
mahasiswa ditampung di Universitas Atmajaya, Rumah Sakit 
Pertamina dan beberapa rumah sakit lain.

Mayjen Sudrajat, jurubicara resmi Mabes TNI taidak hanya 
menyesalkan terjadinya bentrokan antara para mahasiswa 
dan polisi. Ia juga menyesalkan mahasiswa yang kurang 
menggunakan nalar mereka . \\\"Saya sedih\\\", katanya dalam 
suatu wawancara televisi, karena adanya jurang pemahaman 
intelektual. Ia sedih karena mahasiswa menganggap RUU 
tersebut dimotori pihak tentara yang fasis. Ia mengakui, 
meski seorang militer, pada mulanya ia melihat 
pasal-pasal RUU KKN tidak pas karena terlalu 
militeristis. Tetapi kini, setelah RUU KKN dirubah 
menjadi RUU PKB isinya sudah dibuat lebih demokratis. 
Presiden harus meminta persetujuan DPR dan Gubernur pun 
harus menghubungi DPRD sebelum suatu daerah dinyatakan 
dalam keadaan bahaya.

Ditanya mengapa tentara buru-buru mau memaksakan RUU PKB 
tersebut sebelum Sidang Umum MPR, Mayjen Sudrajat 
menjelaskan: \\\"Daripada Undang-Undang No 23 yang sangat 
represif yang dipakai, maka tentara ingin segera 
merubahnya.\\\" Kalangan mahasiswa memang mencurigai 
tentara dengan dukungan Habibie akan menggunakan RUU 
tersebut untuk menyatakan Indonesia dalam keadaan bahaya 
dan merebut kekuasaan. Mayjen Sudrajat berjanji bahwa 
tentara tidak akan kudeta dan bersama Jenderal Wiranto 
ia akan menentang jika ada usaha-usaha kelompok tertentu 
yang ingin melancarkan kudeta.

Tetapi perkembangan di Timor Timur sudah cukup bagi para 
mahasiswa untuk tidak percaya pada Wiranto. 
Kenyataannya, Wiranto tidak mampu mengatasi keadaan di 
sana sehingga Indonesia dipermalukan. Selama ini tentara 
menganggap dirinya identik dengan Indonesia. Maka kalau 
kini ada usaha-usaha untuk mengadili TNI atau 
perwira-perwira TNI, Mabes TNI segera mengipas-ngipasi 
nasionalisme fanatik, sehingga massa rakyat juga ikut 
merasa tersinggung kalau sampai ada perwira TNI yang 
diseret ke Tribunal. Tribunal yang dimaksud kini sedang 
digodok dalam Sidang khusus Komisi Hak Azasi Manusia PBB 
yang bersidang kemarin dan hari ini di Jenewa.

Dalam sejarahnya sampai sekarang baru berlangsung tiga 
kali Sidang Istimewa Komisi HAM PBB. Yang pertama tahun 
1993 ketika dibentuk Tribunal Yugoslavia dan yang kedua 
ketika dibentuk Tribunal Rwanda. Pada dua sidang 
istimewa Komisi Hak Asasi Manusia PBB terdahulu selalu 
berakhir dengan pembentukan Tribunal. Maka untuk sidang 
ketiga saat ini bisa dipastikan akan dibentuk pula 
Tribunal Timor Timur, yang bertugas untuk mengusut dan 
mengadili mereka yang bertanggungjawab terhadap berbagai 
pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur.

Mary Robinson, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB 
menegaskan kemarin, bahwa bukti-bukti dan saksi-saksi 
tindak pelanggaran hak asasi manusia di Timor Timur 
sudah cukup banyak, untuk membuka tribunal itu. Bahkan 
nama-nama para perwira TNI yang bertanggungjawab sudah 
ada di kantongnya. Terbunuhnya wartawan Belanda Sander 
Thoenes di Dili Selasa lalu, makin memperkeras desakan 
internasional untuk mengadili mereka yang melanggar hak 
asasi manusia di Timor Timur.

Berbagai pihak di Aceh, Irian Jaya dan Maluku di mana 
juga terjadi pelanggaran hak asasi manusia 
besar-besaran, tidak hanya menyambut baik pembentukan 
tribunal Timor Timur. Mereka juga menghendaki supaya 
tribunal serupa digelar untuk pelbagai pelanggaran hak 
asasi manusia di daerah mereka. Tetapi Gus Dur membela 
TNI dengan mengatakan jangan lembaganya yang disasar 
tetapi individu-individu yang bertanggungjawab. 
Sedangkan para mahasiswa yang berdemo di Senayan Jakarta 
tetap menyatakan bahwa TNI yang bertanggungjawab atas 
pelbagai pembunuhan massal di daerah-daerah. \\\"TNI tidak 
berani melawan tentara Australia dan Gurkha. Mereka 
hanya berani melawan mahasiswa yang tidak bersenjata.\\\" 
Demikian isi syair yang mereka nyanyikan ketika 
berdemonstrasi. Seorang pakar politik Indonesia yang 
dimintai pendapatnya oleh partai pemerintah Buruh 
Belanda yang masuk mitra koalisi pemerintah, mengatakan 
bahwa hanya dengan mengadili TNI melalui Tribunal 
Internasional, maka Indonesia bisa diselamatkan dari 
ancaman perpecahan setelah Timor Timur lepas, dan Aceh 
serta Irian Jaya yang menuntut merdeka.




Pencabutan Darurat Militer di Timtim, Permudah TNI 
Salahkan Interfet

INTRO: Pemerintah Indonesia Kamis kemarin mencabut 
keadaan Darurat Militer yang diberlakukan di Dili selama 
dua minggu belakangan. Apa di balik pencabutan segera 
keadaan darurat militer itu? Berikut komentar Bonar 
Tigor Naipospos aktivis Solidamor, Solusi Damai Bagi 
Timor Timur di Jakarta:

BONAR TIGOR NAIPOSPOS [BTN]: Argumen TNI kan mengatakan 
bahwa supaya tidak timbul dualisme otoritas dan kemudian 
kalau terjadi apa-apa supaya TNI tidak disalahkan. 
Sementara di pihak lain kita justru melihat bahwa 
sekarang ada suatu strategi baru dari pihak 
pro-integrasi dan TNI kelihatannya ya. Yang kelihatannya 
mencoba memancing kerusuhan atau memancing konflik fisik 
dengan Interfet. Jadi seakan-akan ini memperlihatkan 
bahwa: biarlah kalau nanti terjadi apa-apa Interfet yang 
bertanggungjawab dan Interfet yang disalahkan. Ini saya 
melihat sebagai \\\'hidden agenda\\\' (agenda tersembunyi, 
Red.) di balik pencabutan undang-undang darurat militer 
ya.

Radio Nederland [RN]: Undang undang PKB itu digolkan 
hari ini dan beberapa saat kemudian Jakarta mencabut UU 
darurat militer di Timor Timur?.

BTN: Betul, itu yang kita lihat bahwa ini kan sekarang 
memberikan suatu legitimasi yang lebih besar lagi pada 
TNI untuk terlibat dalam politik. Apalagi dengan adanya 
Undang-undang Penanggulangan Keadaan Bahaya. Seperti 
yang sudah saya sinyalir tadi bahwa ketika TNI mencabut 
UU darurat militer dan kemudian secara perlahan, 
katanya, akan menarik secara total pasukan dari Timor 
Timur. Nah keadaan khan menjadi lebih buruk karena 
kemudian operasi intelijen dari TNI, bukan kita curiga 
tapi kita belajar dari pengalaman bahwa pada 
kenyataannya garis keras TNI pasti tidak akan menerima. 
Buktinya sekarang mereka sedang konsolidasi di Timor 
Barat dan kemungkinan saja bahwa akan terjadi suatu 
konflik fisik nanti antara milisi dengan Interfet. Ini 
yang selalu kita khawatirkan.

RN: Nampaknya milisi sudah mulai disiapsiagakan lagi di 
daerah perbatasan Timor Barat dan Timor Timur ya?

BTN: Betul itu juga informasi yang kita dapatkan ya. 
Apalagi mereka sekarang khan sudah membentuk front 
bersama ya dan kemudian, seperti kita tahu, keterangan 
dari juru bicara mereka, Basilio Araujo, mengatakan 
bahwa kalau pihak pro-kemerdekaan melakukan gerilya 
selama duapuluhlima tahun, kamipun juga siap. Karena 
kami juga kan sama-sama orang Timor. Jadi ini 
menunjukkan bahwa prospek terhadap penyelesaian di Timor 
Timur kalau tidak ada satu intervensi atau desakan yang 
kuat dari dunia internasional akan berlarut larut nih 
kelihatannya.

RN: Lalu bagaimana ini, kemarin ditemukan delapan mayat 
di sebuah sumur di Dili, itu bagaimana ceritanya?

BTN: Itu ditemukan di rumah lama Manuel Carrascalão kan. 
Jadi ketika mereka sweeping (mengadakan pembersihan, 
Red.) mereka menemukan sejumlah mayat di rumah Manuel 
Carrascalão, ya. Jadi memang ini bukti-bukti menunjukan 
bahwa tragedi kemanusiaan di Timor Timur ini begitu 
tinggi ya. Inilah sebetulnya kami pikir komisi pencari 
fakta harus turun ke Timor Timur. Kalau tidak ya, 
seperti yang selalu akan terjadi bahwa kemudian 
fakta-fakta, bukti-bukti itu bisa hangus, entah karena 
itu dihancurkan, entah karena juga hangus karena waktu 
ya. Jadi sangat mendesak deh kerja dari suatu komisi 
pencari fakta ya.

Demikian Bonar Tigor Naipospos, aktivis Solidamor di 
Jakarta.(Radio Hilversum, Kamis 23 September 1999)


----- End forwarded message -----

Kirim email ke