mau diskusi lagi tentang timor loro sae? what do you think of this
argument?
------- Forwarded Message Follows -------
Date sent: Sun, 10 Oct 1999 21:01:40 -0700 (PDT)
From: teewoel <[EMAIL PROTECTED]>
Masa depan Timor Loro Sae
Perkembangan terakhir
=====================
Penyiar RCTI tadi pagi mengatakan bhw "darah pertama" tentara Indonesia
telah menetes akibat konflik senjata yg terjadi di Mota Ain - perbatasan
TLS dgn Atambua. Seorang anggota Brimob - Sudaryanto tewas tertembak di
dada sementara dua rekan Brimob lainnya bersama satu orang TimTim terluka.
Ternyata setelah komandan Polisi Indonesia dan Interfet bertemu; terlihat
ada perbedaan peta tapal batas antara kedua belah pihak. Jadi kedua belah
pihak merasa tidak bersalah.
Korban-korban lain telah berjatuhan entah itu di Suai [2 milisi tewas, dua
tentara Oz Interfet terluka] atau di tempat lain [lupa tempatnya - satu
milisi tewas bentrok dgn tentara Selandia Baru].
Sementara itu di Yogyakarta GANAS [kira-kira singkatan dari Gerakan
Anti Australia dan AS], telah menghadap DPR utk meminta disetujuinya
boikot segenap barang dari Australia dan AS.
Di RCTI yg sama pagi tadi, Menlu Ali Alatas menyerukan agar masyarakat
Indonesia melakukan "cooling down" dan menghentikan
demonstrasi-demonstrasi di kedutaan dan konsulat Australia dan Amerika.
Lalu setelah periode cool-down, dibangun kembali hubungan yg wajar dgn
menempatkan masalah Timor Loro Sae pada proporsi yg sebenarnya tanpa
menggangu hubungan kedua negara yg saling menguntungkan.
Reaksi-Reaksi
=============
* Rekan Willy mengatakan bhw kehadiran ribuan orang anggota Front
Perjuangan Integrasi TimTim [FPIT] yg merupakan gabungan dari berbagai
kelompok pro integrasi spt Aitarak, Mahidin, Besi Merah Putih,Femi dll -
lama-kelamaan akan menjadi beban bagi pemerintah Indonesia. Karena agak
sukar memberikan alasan yg masuk akal mengapa pemerintah Indonesia
membiarkan mereka bebas-merdeka di Timor Barat tanpa diusut kejahatan
kriminalnya dgn kegilaan pembakaran, pembunuhan, perampokan rakyat sipil
yg pro kemerdekaan dan berbagai gedung-pelayanan masyarakat. Bahkan Sunday
Times menulis ada sekitar 6000 orang dari antara mereka sedang giat
berlatih perang gerilya. Sementara itu asosiasi lawyers Australia semakin
gencar mengumpulkan bukti-bukti kejahatan mereka melawan kemanusiaan yg
adil dan beradab spt termuat dalam Pancasila kita.
* Kalau para nasionalis berat Indonesia lupa memikirkan nasib
rekan-rekan 'sesama saudara-i' dari FPIT itu bisa jadi mereka sekali
lagi akan merasa dikhianati perjuangan 'mulia'nya. Si Willy mengusulkan
agar sesegara mungkin kelompok FPIT itu membentuk dan membina
anggota-anggotanya yg mampu utk mulai mendirikan "sayap politik".
"Belajarlah dari CNRT bagaimana mereka mulai membangun perjuangan 24 tahun
lalu", begitu katanya. Merekalah yg mestinya maju ketika diwawancara oleh
para wartawan entah CNN, BBC, ABC dll. Sedangkan si tokoh sangar Gutierez
itu biarkan bicara penuh emosi kalau ditanya ttg perjuangan gerilyanya
atau langsung saja segera masuk ke hutan-hutan di TimTim sana. Sehingga
dgn demikian nampak wajah yg lebih tenang, berbobot dan simpatik yg
sungguh memperjuangkan kepentingan sah orang-orang yg ingin berintegrasi
dgn Indonesia. Dan karenanya image "sangar, buas, kejam" mereka sedikit
bisa dipoles. Soalnya Willy melihat selama ini di CNN dan media
internasional lainnya penampilan Joao Tavares, dan Eurico Gutierez
sepertinya selalu marah-marah. Untuk konsumsi masyarakat Indonesia mungkin
itu "baik" :), namun bagi masyarakat internasional penampilan emosional
semacam itu menurutnya akan semakin membuat pengamat internasional
mendidih utk segera menyeret mereka semua ke pengadilan internasional
bersama para jenderal dan kolonel aktif di TNI tentunya.
*Entah ketua sayap politik itu si Tavares birokrat gaek, yg nanti
muncul bak pemimpin kepala suku [warlord] dari Rwanda dulu; namun biro
atau sayap ini sangat diperlukan. Koffi Annan telah merumuskan suatu
pemerintahan sementara Timor Timur yang mesti dipersiapkan oleh: 10 orang
wakil dari pro kemerdekaan, 10 orang dari wakil pro integrasi, dan 5 orang
mediator. Kalau sayap politik ini tidak segera dibentuk dan dilatih, tidak
mustahil mereka akan kalah total di meja perundingan. ["Maklum dari dulu
sudah dilatih dgn bahasa kekerasan melulu", begitu guraunya]. Apalagi
kalau akhirnya mereka semua mendukung visi pro-kemerdekaan dlm meja
perundingan, hancur dan habislah militer Indonesia tanpa sisa di dunia
internasional [walaupun sekrg sudah babak-belur tidak karu-karuan].
*Usul lainnya soal boikot itu. Kentara sekali masyarakat sipil
Indonesia begitu sangat tergantung pada pemerintahnya. Memang sudah
terlambat kalau mau membalas. Namun mestinya begitu para asosiasi buruh
Australia itu memboikot, langsung saja asosiasi buruh dan pegawai
pelabuhan laut dan pelabuhan udara melakukan boikot dan mogok balasan
tanpa menunggu restu dari pemerintah. Rekan saya yg lain yg tak kalah
nasionalisnya si Markus mengatakan beberapa bulan lalu, seandainya
asosiasi buruh pelabuhan udara dan laut memboikot, tidak mau melayani
pesawat dan kapal australia melalui wilayah Indonesia, pasti akan menjadi
pukulan berat bagi Australia. "Para fanatik nasionalis sempit, cobalah
agak cerdas sedikit, hingga tidak makin memalukan dan kalah melulu,"
begitu kritiknya.
Belajar dari Angola
===================
*Sementara itu terpampang di layar TiVi anak-anak Angola yg kelaparan dgn
telanjang dada bak tengkorak hidup menunggu jatah makanan. Angola adalah
bekas jajahan Portugis spt halnya Timor Loro Sae dan Mozambique.
Kemerdekaan kedua negara lain jajahan Portugis itu berakhir dgn perang
antar-suku dan kelaparan yg mengenaskan sampai hari ini; setelah
masyarakat internasional tidak mempedulikan mereka lagi.
Akan begitukah nasib Timor Loro Sae setahun-dua tahun lagi?
Nampaknya ditunggu nabi-nabi rekonsiliasi dari kedua-belah pihak yg
bertikai. Boleh percaya boleh tidak; sadisnya, para nasionalis fanatik
Indonesia menunggu-nunggu satu orang tentara Australia tewas tertembak
atau terbunuh oleh milisi pro integrasi.
Wassalam:
Teewoel