Mengapa panjang sekali pak Amat?
Ada enggak short form nya seperti bentuk laporan PwC, agar memudahkan
pemula menanggapi dengan serius.
salam
Partahi
At 05:47 PM 13/10/1999 +1100, you wrote:
>mau diskusi lagi tentang timor loro sae? what do you think of this
>argument?
>
>
>------- Forwarded Message Follows -------
>Date sent: Sun, 10 Oct 1999 21:01:40 -0700 (PDT)
>From: teewoel <[EMAIL PROTECTED]>
>
>Masa depan Timor Loro Sae
>
>Perkembangan terakhir
>=====================
>Penyiar RCTI tadi pagi mengatakan bhw "darah pertama" tentara Indonesia
>telah menetes akibat konflik senjata yg terjadi di Mota Ain - perbatasan
>TLS dgn Atambua. Seorang anggota Brimob - Sudaryanto tewas tertembak di
>dada sementara dua rekan Brimob lainnya bersama satu orang TimTim terluka.
>Ternyata setelah komandan Polisi Indonesia dan Interfet bertemu; terlihat
>ada perbedaan peta tapal batas antara kedua belah pihak. Jadi kedua belah
>pihak merasa tidak bersalah.
>
>Korban-korban lain telah berjatuhan entah itu di Suai [2 milisi tewas, dua
>tentara Oz Interfet terluka] atau di tempat lain [lupa tempatnya - satu
>milisi tewas bentrok dgn tentara Selandia Baru].
>
>Sementara itu di Yogyakarta GANAS [kira-kira singkatan dari Gerakan
>Anti Australia dan AS], telah menghadap DPR utk meminta disetujuinya
>boikot segenap barang dari Australia dan AS.
>
>Di RCTI yg sama pagi tadi, Menlu Ali Alatas menyerukan agar masyarakat
>Indonesia melakukan "cooling down" dan menghentikan
>demonstrasi-demonstrasi di kedutaan dan konsulat Australia dan Amerika.
>Lalu setelah periode cool-down, dibangun kembali hubungan yg wajar dgn
>menempatkan masalah Timor Loro Sae pada proporsi yg sebenarnya tanpa
>menggangu hubungan kedua negara yg saling menguntungkan.
>
>Reaksi-Reaksi
>=============
>* Rekan Willy mengatakan bhw kehadiran ribuan orang anggota Front
>Perjuangan Integrasi TimTim [FPIT] yg merupakan gabungan dari berbagai
>kelompok pro integrasi spt Aitarak, Mahidin, Besi Merah Putih,Femi dll -
>lama-kelamaan akan menjadi beban bagi pemerintah Indonesia. Karena agak
>sukar memberikan alasan yg masuk akal mengapa pemerintah Indonesia
>membiarkan mereka bebas-merdeka di Timor Barat tanpa diusut kejahatan
>kriminalnya dgn kegilaan pembakaran, pembunuhan, perampokan rakyat sipil
>yg pro kemerdekaan dan berbagai gedung-pelayanan masyarakat. Bahkan Sunday
>Times menulis ada sekitar 6000 orang dari antara mereka sedang giat
>berlatih perang gerilya. Sementara itu asosiasi lawyers Australia semakin
>gencar mengumpulkan bukti-bukti kejahatan mereka melawan kemanusiaan yg
>adil dan beradab spt termuat dalam Pancasila kita.
>
>* Kalau para nasionalis berat Indonesia lupa memikirkan nasib
>rekan-rekan 'sesama saudara-i' dari FPIT itu bisa jadi mereka sekali
>lagi akan merasa dikhianati perjuangan 'mulia'nya. Si Willy mengusulkan
>agar sesegara mungkin kelompok FPIT itu membentuk dan membina
>anggota-anggotanya yg mampu utk mulai mendirikan "sayap politik".
>"Belajarlah dari CNRT bagaimana mereka mulai membangun perjuangan 24 tahun
>lalu", begitu katanya. Merekalah yg mestinya maju ketika diwawancara oleh
>para wartawan entah CNN, BBC, ABC dll. Sedangkan si tokoh sangar Gutierez
>itu biarkan bicara penuh emosi kalau ditanya ttg perjuangan gerilyanya
>atau langsung saja segera masuk ke hutan-hutan di TimTim sana. Sehingga
>dgn demikian nampak wajah yg lebih tenang, berbobot dan simpatik yg
>sungguh memperjuangkan kepentingan sah orang-orang yg ingin berintegrasi
>dgn Indonesia. Dan karenanya image "sangar, buas, kejam" mereka sedikit
>bisa dipoles. Soalnya Willy melihat selama ini di CNN dan media
>internasional lainnya penampilan Joao Tavares, dan Eurico Gutierez
>sepertinya selalu marah-marah. Untuk konsumsi masyarakat Indonesia mungkin
>itu "baik" :), namun bagi masyarakat internasional penampilan emosional
>semacam itu menurutnya akan semakin membuat pengamat internasional
>mendidih utk segera menyeret mereka semua ke pengadilan internasional
>bersama para jenderal dan kolonel aktif di TNI tentunya.
>
>*Entah ketua sayap politik itu si Tavares birokrat gaek, yg nanti
>muncul bak pemimpin kepala suku [warlord] dari Rwanda dulu; namun biro
>atau sayap ini sangat diperlukan. Koffi Annan telah merumuskan suatu
>pemerintahan sementara Timor Timur yang mesti dipersiapkan oleh: 10 orang
>wakil dari pro kemerdekaan, 10 orang dari wakil pro integrasi, dan 5 orang
>mediator. Kalau sayap politik ini tidak segera dibentuk dan dilatih, tidak
>mustahil mereka akan kalah total di meja perundingan. ["Maklum dari dulu
>sudah dilatih dgn bahasa kekerasan melulu", begitu guraunya]. Apalagi
>kalau akhirnya mereka semua mendukung visi pro-kemerdekaan dlm meja
>perundingan, hancur dan habislah militer Indonesia tanpa sisa di dunia
>internasional [walaupun sekrg sudah babak-belur tidak karu-karuan].
>
>*Usul lainnya soal boikot itu. Kentara sekali masyarakat sipil
>Indonesia begitu sangat tergantung pada pemerintahnya. Memang sudah
>terlambat kalau mau membalas. Namun mestinya begitu para asosiasi buruh
>Australia itu memboikot, langsung saja asosiasi buruh dan pegawai
>pelabuhan laut dan pelabuhan udara melakukan boikot dan mogok balasan
>tanpa menunggu restu dari pemerintah. Rekan saya yg lain yg tak kalah
>nasionalisnya si Markus mengatakan beberapa bulan lalu, seandainya
>asosiasi buruh pelabuhan udara dan laut memboikot, tidak mau melayani
>pesawat dan kapal australia melalui wilayah Indonesia, pasti akan menjadi
>pukulan berat bagi Australia. "Para fanatik nasionalis sempit, cobalah
>agak cerdas sedikit, hingga tidak makin memalukan dan kalah melulu,"
>begitu kritiknya.
>
>Belajar dari Angola
>===================
>*Sementara itu terpampang di layar TiVi anak-anak Angola yg kelaparan dgn
>telanjang dada bak tengkorak hidup menunggu jatah makanan. Angola adalah
>bekas jajahan Portugis spt halnya Timor Loro Sae dan Mozambique.
>Kemerdekaan kedua negara lain jajahan Portugis itu berakhir dgn perang
>antar-suku dan kelaparan yg mengenaskan sampai hari ini; setelah
>masyarakat internasional tidak mempedulikan mereka lagi.
>
>Akan begitukah nasib Timor Loro Sae setahun-dua tahun lagi?
>Nampaknya ditunggu nabi-nabi rekonsiliasi dari kedua-belah pihak yg
>bertikai. Boleh percaya boleh tidak; sadisnya, para nasionalis fanatik
>Indonesia menunggu-nunggu satu orang tentara Australia tewas tertembak
>atau terbunuh oleh milisi pro integrasi.
>
>Wassalam:
> Teewoel
>
>
>
>