Hub Ina-Oz, madesu?

Membaca tulisan Pak Irsan, yang Dubes RI di Belanda,
di Media Indonesia, sungguh sangat menarik. Intinya,
bangsa Ina perlu pintar dan jangan mudah diperbodoh
bangsa lain. Apakah menjadi suram atau cerah,
tergantung kepintaran bangsa Ina.

Secara pribadi, saya ingin tahu ‘jeroannya’ Oz,
sehingga Ina mampu mengambil manfaat yang
sebesar-besarnya dalam berhubungan dengan Oz. Untuk
mengetahuinya, ya harus pintar, tekun, dan ada
keinginan untuk mengetahuinya. Sayangnya, masyarakat
Ina ‘cuek’ terhadap Oz. Barangkali Oz dianggap tidak
diperlukan. Tentu saja ini sikap yang salah. Oz yang
‘sekecil apapun’ perlu mendapat perhatian. Oz yang
ber’ulah’ ini sekarang menjadi perhatian Ina. Perlu
memperhatikan? Ya. Potensi Oz cukup besar, kalau kita
mampu melihatnya, baik untuk dagang maupun
meningkatkan kualitas bangsa. Tergantung pintarnya
kita memanfaatkan. Contoh: perlu riset dan tesis kita
mengenai Oz, jangan melulu tentang Ina. Kita belajar
di Oz malah semakin jauh dengan isu tentang Oz. (walau
ada baiknya belajar tentang Ina dari kacamata asing,
agar lebih obyektif). Adakan perbandingan kedua
negara, yang baik diikuti, yang jelek ditinggalkan.

Sebagai bahan renungan, ringkasan tulisan Pak Irsan,
sbb:

-       Apa yang menjadi kepentingan Oz di Timtim sehingga
rela mengorbankan hubungan dengan Ina yang punya 210
juta penduduk? Oz suka memobilisasi pendapat
internasional yang menyudutkan dan mempermalukan Ina.
Oz mengail di air keruh, manakala Ina sedang sakit.
-       Sikap Oz telah buka kedoknya yang inginkan Ina
berantakan.
-       Ina perlu hati-2 menghadapi Oz, kita jangan terjebak
dengan manisnya bantuan untuk melacurkan diri.
-       Barat menutup mata adanya penyelundupan senjata
standar Nato ke Timtim oleh Oz.
-       Ina perlu mengkaji sikap terhadap Oz. Perlu belajar
dari strategi Bung Karno yang mampu memanfaatkan
persaingan Timur dan Barat untuk kepentingan Ina pada
waktu bersatunya Irian Barat dengan Ina (Pertanyaan
saya: Strategi apa yang tepat kita lakukan sekarang
ini?)
-       Oz merasa terpencil di belahan selatan bumi jauh
dari Eropa, berkompensasi meningkatkan pamor di antara
negara-2 di Asia, menganggap dirinya sebagai wakil US.
-       Jangan kaget kalau Timtim akan jadi negara yang akan
didominasi oleh Oz. Bagi NTT dan NTB yang berbatasan
dengan Timtim, jangan iri, kalau Timtim kelak ‘sangat
maju’ (Kalau ada perasaan iri, akan muncul kerawanan
baru)
-       Oz melihat Ina sebagai negara yang berpotensi
memiliki sikap dan pandangan tidak sama dengan dunia
Barat. Oz ingin Ina selalu transparan. Sekecil apapun
yang terjadi di Ina, Oz harus mengetahuinya.
-       Contoh di bidang pendidikan: tesis dan riset
mahasiswa Ina di Oz melulu masalah Ina, dimanfaatkan
oleh Oz.
-       Karena kamajemukannya, Ina rawan disintegrasi. Ina
yang terpecah belah, lebih menguntungkan Oz, gampang
dikuasai secara politik, ekonomi dan pertahanan.
-       Kesimpulan: ada teori konspirasi yang ingin
menghancurkan Ina agar mudah dikuasai secara ekonomis
maupun politis. Bila Ina bersatu, akan memperkuat
posisi dan kepentingan nasional.

Secara rinci silahkan membaca sendiri:

Timtim, Sikap Australia, dan Hikmah bagi Indonesia
Media Indonesia - Opini (10/25/99)

Oleh A Irsan 
Dubes RI di Negeri Belanda 
-----------------Bagian 1 dari 2 tulisan---------- 
PERKEMBANGAN masalah Timtim dan sikap Australia
terhadap Indonesia merupakan peristiwa yang perlu kita
kaji dengan serius karena di dalamnya mengandung
berbagai masalah cukup mendasar yang dapat berpengaruh
terhadap kebijakan politik luar negeri RI di
waktu-waktu mendatang. Apakah sebenarnya yang menjadi
kepentingan Australia di Timtim sehingga merelakan
hubungan dekatnya dengan Indonesia yang berpenduduk
210 juta orang? Ataukah hal itu dikarenakan sikap dan
sifat bangsa Indonesia yang sering dengan mudah
melupakan kejadian masa lalunya, sehingga Australia
bersemangat untuk bersikap enteng dengan dalih bahwa
Indonesia di kemudian hari pasti akan dapat melupakan
semuanya dan bisa dipastikan akan bersedia bersahabat
kembali? Sikap bangsa Indonesia terhadap Belanda yang
pernah menjajah selama 350 tahun maupun terhadap
Jepang serta pengalaman-pengalaman masa lalu yang
berhubungan dengan Australia menunjukkan bahwa bangsa
Indonesia bukanlah bangsa pendendam. Bahkan cepat
melupakan pengalaman masa lalunya walaupun
pengalaman-pengalaman itu pernah menyakitkan hati atau
menyinggung perasaan. 
Kalaupun alasannya adalah untuk membela HAM seperti
yang sering didengungkan oleh para pemimpin dan pers
Australia, lalu apakah kelakuan dan perbuatan pasukan
"pendudukan" Australia di Timtim yang bermaksud
"menghabiskan" penduduk pendukung Indonesia itu
sebagai tindakan yang penuh dengan rasa kemanusiaan?
Apakah upaya memburu rakyat Timtim yang prointegrasi
sampai memasuki wilayah Indonesia dan membunuh polisi
di perbatasan Indonesia sebagai perbuatan sebuah
negara yang patuh pada hukum internasional? Semua yang
terjadi tampaknya menyimpan rahasia yang perlu dicari
tahu latar belakangnya agar kita selalu waspada dalam
menghadapi Australia di masa-masa mendatang. 
Namun di balik semua peristiwa tersebut kita sebagai
bangsa perlu pula menyimak kembali tentang apa yang
pernah terjadi dan apa yang pernah kita lakukan di
Timtim guna mencari hikmahnya agar kita sebagai bangsa
dapat bertindak lebih arif dan bijak di kemudian hari.
Demikian pula sikap terhadap Australia, perlu dikaji
siapa sebenarnya yang lebih berkepentingan dalam
hubungan kita itu. Bangsa Indonesia harus mampu
menilai kepentingan yang sebenarnya dengan Australia,
apalagi kita pada saat ini sudah mengalami dan
merasakan sendiri betapa sakit menerima perlakuan dari
mereka, negara yang selama ini kita pandang sebagai
sahabat. Memang tidak ada musuh yang abadi karena kita
bisa bermusuhan hari ini dan besok kita bisa kembali
bersahabat kalau kepentingan nasional menghendakinya.
Namun kita harus berani menempatkan peta politik
Australia dari sudut kepentingan nasional agar
Indonesia tidak terperangkap oleh keinginannya sendiri
untuk mendapatkan bantuan dari negara yang lebih maju.

Sebenarnya sikap yang ditunjukkan oleh pihak Australia
telah membuka kedoknya sendiri tentang bagaimana
sebenarnya landasan sikap pandang mereka terhadap
Indonesia. Hal ini merupakan suatu hikmah tersendiri
agar kita sebagai bangsa lebih peka dan berhati-hati
menghadapi Australia di hari-hari mendatang. Janganlah
kita cepat terpesona oleh tawaran bantuan asing dari
negara mana pun yang hanya akan berakibat terjadinya
pelacuran politik yang merugikan kita sendiri. 
Timtim dan dampaknya 
Semua mengetahui bahwa antara Indonesia dan Australia
sering terjadi perbedaan sikap politik mengenai
masalah Timtim. Tetapi apakah perlu Australia sebagai
negara besar harus mengorbankan persahabatannya dengan
Indonesia kalau tidak ada maksud-maksud lain yang
lebih strategis bagi kepentingannya? PM Australia
bukannya mencari jalan yang terbaik guna melanggengkan
hubungan bilateral kedua negara tetapi justru
memobilisasi pendapat internasional yang sangat
menyudutkan Indonesia. Ditambah lagi dengan
pemberitaan pers Australia yang secara licik melakukan
disinformasi yang membabi-buta dan sering kali sengaja
direkayasa untuk mendukung kebijakan pemerintah
Australia yang arogan terhadap rakyat Indonesia.
Secara sengaja pula mereka bermaksud mempermalukan
Indonesia di mata dunia internasional. 
Sementara itu kondisi Indonesia sendiri masih terpuruk
oleh memburuknya ekonomi yang berkepanjangan dan
keadaan politik dalam negeri yang memerlukan lebih
banyak perhatian daripada sekadar memikirkan masalah
Timtim. Hal ini lebih menambah kesulitan Indonesia
menghadapi sikap angkuh Australia yang didukung oleh
masyarakat Barat. Mungkin juga sikap Australia yang
congkak tersebut justru memanfaatkan kondisi Indonesia
yang sedang lemah. 
Terbunuhnya beberapa wartawan Australia di Timtim
ketika sedang berkecamuk pertempuran perang saudara
saat pasukan pendudukan Portugis melarikan diri dari
wilayah Timtim pada tahun 1975 dan adanya dugaan serta
tuduhan bahwa mereka dibunuh oleh pasukan Indonesia,
telah menyebabkan sikap pers Australia yang selalu
memusuhi pihak Indonesia, khususnya terhadap ABRI.
Berlarut-larutnya penyelesaian masalah Timtim di PBB
yang antara lain karena pers Barat yang sudah
terpengaruh disinformasi Australia dan termakan oleh
propaganda Portugal, telah mempengaruhi pandangan
dunia internasional mengenai masalah Timtim.
Berkembangnya persoalan Timtim menjadi masalah HAM
akhirnya bergerak seolah sebagai bagian perjuangan
dunia Barat yang merasa sebagai pembela "peradaban
dunia". 
Tampaknya, dunia Barat juga tidak mau tahu tentang
terjadinya penyelundupan yang cukup intensif
senjata-senjata standar NATO ke Timtim oleh Australia,
yang tujuan pokoknya menciptakan kekacauan yang
berlarut-larut di Timtim untuk lebih memojokkan posisi
Indonesia di mata dunia internasional. Sayangnya pihak
Indonesia mudah terjebak oleh tindakan dan sikap
provokasi yang sengaja dikembangkan di Timtim oleh
pihak-pihak yang tetap menghendaki kekacauan di
wilayah Timtim. Sehingga karena
kecerobohan-kecerobohan yang telah kita lakukan
memudahkan pihak Barat menyudutkan Indonesia. Apalagi
kondisi dan situasi dunia sedang dilanda oleh
globalisasi yang lebih mendorong ke arah berlakunya
demokratisasi, liberalisasi, dan pemujaan terhadap HAM
secara universal. 
Menteri Luar Negeri Ali Alatas harus berjuang
ekstrakeras menghadapi tekanan yang begitu luas dan
berat terhadap Indonesia di berbagai forum
internasional. Sementara di dalam negeri politisi dan
pejabat Indonesia sedang disibukkan dengan agenda
politik yang sangat menentukan hari depan bangsa,
SU-MPR, dan pemilihan presiden dan wakil presiden.
Akibatnya Indonesia kurang mampu mengoordinasi diri
dalam membalas dan membantah pemberitaan negatif pers
Barat maupun tuduhan-tuduhan tokoh dunia mengenai
Timtim. Sikap militan masyarakat dan mahasiswa
Indonesia membela kehormatan dan harga dirinya sebagai
bangsa menentang arogansi Australia tersebut tampaknya
dilecehkan begitu saja oleh pihak Barat, bahkan
dihujat oleh pers Barat. 
Sangat disayangkan bahwa masih terdapat sejumlah
orang-orang Indonesia "kerdil" yang ternyata ikut
memberi angin terhadap pemberitaan-pemberitaan Barat
yang menyudutkan Indonesia dengan dalih membela dan
memperjuangkan demokrasi dan demokratisasi, tanpa
menyadari bahwa Indonesia sedang dipecah-belah oleh
kekuatan luar. 
Menghadapi perkembangan ini, sudah waktunya Indonesia
melakukan pengkajian kembali posisi politik luar
negerinya terhadap sikap negara-negara yang selama ini
memiliki hubungan dengan Indonesia. Kita harus mampu
menentukan kembali "grand strategy" secara global
dalam melihat dunia secara keseluruhan untuk
kepentingan nasional di millenium mendatang. Dengan
perkataan lain bahwa pelaksanaan kebijakan politik
luar negeri Indonesia dalam melihat peta dunia ini
harus dikaji ulang dan perlu disesuaikan dengan
kenyataan sekarang demi kepentingan nasional yang
antara lain untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa kemudian menentukan strategi dan kebijakan baru
baik untuk kepentingan hubungan bilateral, regional
maupun global. 
Sikap Australia 
Masih jelas dalam ingatan kita ketika Presiden ke-1 RI
Bung Karno berhasil "memainkan bola politik"-nya untuk
membebaskan Irian Barat dari Belanda. Bung Karno dalam
hal ini berhasil mengambil manfaat dari persaingan
Timur dan Barat pada masa berlangsungnya perang
dingin, untuk kepentingan nasional Indonesia. Dengan
"hilang"-nya wilayah Irian Barat sebagai bagian dari
kekuatan Barat di belahan Asia Tenggara, Australia
merasa lebih terpencil karena ditinggalkan oleh salah
satu sekutunya yaitu Belanda. Indonesia dalam waktu
yang relatif singkat, dengan bantuan persenjataan dari
Uni Soviet, mampu menjadikan dirinya sebagai negara
yang memiliki kekuatan militer yang tangguh dan
disegani baik oleh lawan maupun kawan, bahkan ditakuti
oleh mereka yang menganggap Indonesia sebagai musuh. 
Timtim, Sikap Australia, dan Hikmahnya
Media Indonesia - Opini (10/26/99)

Oleh A Irsan 
Dubes RI di Negeri Belanda 
-------------Bagian 2 - selesai-------------- 
AUSTRALIA yang merasa terpencil di belahan selatan
memerlukan pertahanan untuk melindunginya dari ancaman
yang datang dari tetangganya. Perang Dunia II memang
membuktikan bahwa satu-satunya kemungkinan ancaman
terhadap keamanan Australia adalah dari arah utara,
yaitu Indonesia atau melalui wilayah Indonesia.
Pengalaman ini mendorong pihak Australia untuk mencari
sistem pertahanan yang mampu menghalau setiap ancaman
dari luar. Australia yang dikelilingi oleh
negara-negara ``nonputih`` khususnya di utara,
memiliki kebijakan politik dan pertahanan yang
bergantung ke Barat dan selalu berlindung di bawah
kepentingan global strategi Amerika Serikat. 
Australia selalu berusaha menonjolkan diri sebagai
bagian dari Asia Tenggara dan sangat berminat untuk
selalu campur tangan dalam setiap persoalan
antarnegara di Asia Tenggara, bahkan dalam banyak hal
menunjukkan sikap yang ingin mendominasi. Namun di
pihak lain Australia ingin menunjukkan sikap sebagai
pengawal di Asia mewakili Amerika Serikat. Sikap ini
tampaknya merupakan bagian dari strategi untuk
menjamin keamanannya guna menciptakan kondisi agar
wilayah di sekitar negaranya selalu berpihak dan
mendukung kepentingan Barat. 
Cara-cara Australia ikut menangani masalah Timtim
dengan harapan dapat memperkuat posisinya dan
meningkatkan pamornya sebagai kekuatan yang diakui dan
diandalkan dalam memelihara keamanan dan stabilitas
Asia Tenggara atau untuk diakui sebagai polisi dunia
bersama Amerika Serikat. Sudah dapat diduga bahwa
dalam waktu-waktu mendatang wilayah Timtim akan
merupakan negara baru yang sangat didominasi oleh
kepentingan Australia/Barat. Indonesia dalam hal ini
harus mampu mengantisipasi berbagai permasalahan yang
muncul di kemudian hari sebagai akibat ``dikuasainya``
Timtim oleh pihak Barat. Indonesia seharusnya perlu
mengambil sikap politik yang jelas dan tegas dalam
membina hubungan dengan ``negara baru`` di Timtim
apalagi kalau Timtim berminat menjadi anggota ASEAN.
Mengalirnya bantuan Barat ke Timtim dapat diperkirakan
akan sangat berpengaruh terhadap hubungan
antarpenduduk dengan wilayah Timor Barat. ASEAN
hendaknya cukup waspada terhadap sikap politik
Australia yang cenderung akan menggunakan ASEAN
sebagai kendaraan politiknya, bahkan akan menarik
ASEAN agar selalu bersikap membela kepentingan Barat. 
Deteksi dini 
Bagi Australia, Indonesia merupakan negara penyangga
yang dinilai berpotensi memiliki sikap dan pandangan
politik yang tidak selalu sejajar dengan kepentingan
politik Barat. Karena itu Australia selalu berambisi
melihat Indonesia dalam keadaan yang transparan.
Sekecil apa pun yang terjadi dan berkembang di
Indonesia harus dengan cepat diketahui oleh Australia
sebagai upaya deteksi dini. Sikap yang selalu menaruh
curiga terhadap Indonesia, menyebabkan Australia
berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin setiap
hubungannya dengan Indonesia apakah di bidang politik,
ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, perdagangan, kerja
sama militer, dan sebagainya. Hal ini dilakukan baik
secara ``tertutup`` atau ``terbuka``, termasuk
sikapnya yang tanpa malu-malu, dan demonstratif
menampung orang-orang Indonesia yang bersikap memusuhi
pemerintah Indonesia. 
Sebagai contoh kecil di bidang kerja sama pendidikan,
memang secara kasatmata tampaknya Australia begitu
``generous`` membantu meningkatkan SDM di Indonesia.
Tetapi di balik itu tampaknya tidak ada sesuatu yang
gratis di dunia ini. Tidak sedikit para ilmuwan dari
karya siswa yang memperoleh beasiswa di Australia itu
disiplin ilmu yang ingin dipelajarinya ditentukan oleh
pihak Australia. Bahkan skripsi atau tesis di akhir
pendidikan tidak jarang pula risetnya harus dilakuan
justru di wilayah Indonesia. Pada akhirnya semua hasil
penelitian dan kajian tersebut tersimpan rapi dan
sistematik di berbagai perguruan tinggi Australia
sesuai dengan keperluannya. Sehingga Australia
memiliki koleksi informasi terlengkap tentang
Indonesia modern. Tidak jarang terjadi seorang
diplomat asing yang akan ditempatkan di Indonesia
datang ke Australia terlebih dahulu guna memperoleh
informasi aktual tentang Indonesia. Semua informasi
dan data tentang Indonesia bukan semata-mata untuk
kepentingan dunia intelektual, tetapi digunakan
sebagai bahan untuk melakukan deteksi dini menghadapi
segala kemungkinan yang terjadi dari utara. Pada tahun
1990-1991 di ANU (Australian National University) saja
sudah terdapat sekitar 55 orang ahli tentang Indonesia
yang menguasai segala macam disiplin ilmu tentang
Indonesia. Mereka ini sering pulang pergi ke Indonesia
dengan bebas, bahkan pendapat atau teori mereka
dinilai sebagai narasumber yang dipercayai oleh orang
Indonesia sendiri. 
Di bidang kerja sama pembangunan, Australia memang
menyediakan anggaran khusus yang katanya untuk
membantu program pembangunan di Indonesia. Tetapi
dengan syarat bahwa bantuan tersebut digunakan untuk
program pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur.
Prasyarat ini seolah-olah sebagai peran serta
Australia membantu pemerintah RI melaksanakan
pembangunan di wilayah Indonesia bagian Timur. Namun
apabila dikaji, sebenarnya memiliki tujuan jangka
pajang yang strategis. Australia memang secara
sistematis dan terarah berusaha mengikuti setiap
perkembangan yang terjadi untuk memperoleh semua
keterangan apa saja tentang Indonesia. Dengan demikian
mereka dapat mencari berbagai alternatif dalam
mengantisipasi setiap kejadian. 
Disintegrasi 
Melihat faktor jumlah penduduk, jumlah etnik dan
kemajemukan masyarakat serta belum meratanya
kemakmuran di semua wilayah Indonesia, Australia
beranggapan bahwa Indonesia adalah negara yang
berpotensi untuk terjadinya disintegrasi. Bagi negara
seperti Australia, bila memang terjadi disintegrasi
hal itu akan lebih menguntungkan kepentingannya. Maka
Australia tanpa ragu-ragu akan mendukungnya bahkan
mendorong ke arah terjadinya disintegrasi itu.
Kemungkinan-kemungkinan ini sudah diperhitungkan oleh
Australia, karena itu tidak mengherankkan bahwa upaya
membantu pembangunan di wilayah Indonesia bagian timur
adalah tidak lepas dari usahanya menciptakan suatu
``sphere of influence`` di wilayah tersebut.
Setidak-tidaknya penduduk setempat sudah mengenal dan
kalau mungkin merasa berterima kasih dan berutang budi
pada ``kebaikan`` Australia. Oleh karena itu tidak
mengherankan kalau sering tampak berkeliarannya
orang-orang Australia yang dikirim sebagai ``expert di
kawasan tersebut. Dalam hubungan ini, Indonesia harus
cepat mengantisipasi semua kegiatan Australia baik
``tertutup`` maupun ``terbuka`` yang bermaksud ikut
campur dalam penanganan pembangunan di wilayah
Indonesia bagian timur. Adalah sulit untuk tidak
menduga kalau sasaran mereka selanjutnya setelah
Timtim adalah ``bermain api`` di Irian Jaya dan/atau
Maluku. 
Semoga kita tidak terjebak lagi oleh permainan
Australia yang lebih halus dalam upayanya menanamkan
pengaruh yang lebih luas di wilayah timur Indonesia.
Apalagi kalau melihat kemahiran mereka menguasai media
internasional yang sengaja melakukan disinformasi
dengan menggunakan kecanggihan teknologi komunikasi
yang dikuasai Barat untuk mempengaruhi opini
masyarakat internasional. Harapan Australia bahwa pada
suatu saat Indonesia akan mengalami disintegrasi, maka
pengaruh Australia sudah tertanam di kalangan penduduk
Indonesia bagian timur. Terpecah-belahnya Indonesia
akan memudahkan pihak Barat dan Australia
``menguasai`` Indonesia baik politik, ekonomi, maupun
pertahanan. 
Apa yang terjadi di Timtim merupakan kenyataan yang
mungkin tidak terlepas dari kecerobohan-kecerobohan
yang pernah kita lakukan. Tentunya kita sebagai bangsa
diharapkan tidak ingin melakukan kesalahan atau
terjebak lagi oleh provokasi pihak lain yang dapat
mencelakakan diri kita sendiri di mata dunia
internasional. Hal yang sangat perlu kita kaji dan
antisipasi adalah dampak selanjutnya dari masalah
Timtim. Terutama dalam menerima kehadiran satu negara
baru di kawasan Asia Tenggara serta sikap politik kita
selanjutnya terhadap Australia yang ternyata sudah
menunjukkkan tindakan yang tidak bersahabat bahkan
memusuhi Indonesia. 
Semua itu merupakan pelajaran bahkan tantangan bagi
hari depan bangsa Indonesia untuk dapat menentukan
kebijakan lebih lanjut tanpa mengorbankan rasa
persatuan dan kesatuan. Dan memang bisa diduga bahwa
sikap dan tindakan Australia tersebut tampaknya tidak
berdiri sendiri. Dalam hal ini penulis percaya adanya
teori konspirasi yang memang sengaja ingin
menghancurkan Indonesia agar lebih mudah dikuasai,
baik secara ekonomis maupun politis. Hanya bangsa
Indonesia yang berhak menentukan kepentingan
nasionalnya dan hanya dengan memelihara persatuan
serta kesatuan, Indonesia akan memiliki hari depan
yang lebih baik bagi seluruh rakyatnya.***(A-2) 



=====

__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com

Kirim email ke