Teman-teman Indoz-net semua, "BERITA UTAMA WASPADA SELASA, 18 JANUARI 2000" berjudul: Rusuh Di Mataram MATARAM (Waspada): Ribuan muslim Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) membakar dan merusak 10 rumah ibadah di kota itu sejak pagi Senin (17/1) hingga tengah malam. Aksi pembakaran dan perusakan tersebut terjadi seusai ribuan massa meng- ikuti "tabligh akbar" di lapangan umum Mataram yang dihadiri oleh sejumlah pimpinan pondok pesantren terkenal di Lombok. Tabligh akbar tersebut di-maksudkan sebagai solidaritas umat muslim NTB untuk saudara-saudaranya Muslim di Maluku dan Ambon. Ternyata massa terbius mendengar betapa menderitanya ribuan korban tewas, luka-luka dan mengungsi di pihak muslim Maluku dan Ambon akibat pembantaian selama setahun ini. Sementara pemerintah seolah-olah memandangnya enteng. Rumah ibadah yang dibakar dan dirusak tersebut antara lain di Jl Pejanggik, Jl Bung Karno, Jl WR Supratman, Jl Pariwisata, Perumnas Kekalik, Jl Seruni, kawasan Malomba Ampenan, serta dua rumah yang dijadikan tempat per- ibadatan di kawasan Kampung Melayu dan Perumnas Tanjung Karang. Selain rumah ibadah itu, massa juga membakar tiga kendaraan roda empat, satu sepeda motor serta restoran yang sering digunakan untuk tempat ibadah non muslim. Pembakaran tempat ibadah tersebut dimulai dari rumah ibadah yang ber- sebelahan dengan Kantor Walikota Madya Mataram di Jl WR Supratman, setelah itu massa bergerak menuju rumah ibadah di Jl Pejanggik kemudian membakarnya. Massa kemudian melanjutkan aksinya ke rumah ibadah terbesar di Mataram yang terletak di Jl Bung Karno. Di sini massa membakar pula bangunan ter- sebut sambil merusak dan melemparinya dengan batu. Sekitar pukul 14:00 ribuan massa bergerak dari kampung Sekarbele, Karang Pule dan Kekalik. Mereka kemudian merusak rumah ibadah di Perumnas Kekalik, Seruni, Kampung Melayu dan Malomba Ampenan. Massa tersebut bergerak berjalan kaki dan sebagian besar membawa parang, pedang dan potongan pipa. Dengan leluasa massa melakukan pembakaran dan perusakan terhadap rumah-rumah ibadah itu karena puluhan a parat keamanan yang dikerahkan tidak bisa berbuat banyak; personelnya relatif sedikit, bahkan petugas ter- cengang dan seperti sulit mempercayai aksi massa yang membakar dengan bantuan bensin itu. Namun demikian, puluhan aparat mencoba memblokir massa, namun akibat- nya terjadi bentrok saling lempar antara massa dan aparat. Bentrok yang paling keras terjadi ketika massa sedang melakukan perusakan di kawasan Seruni. Puluhan anggota Brimob mencoba mengamankan sekitar 15 orang, namun pihak yang melihat temannya diamankan aparat, dengan tiba- tiba ratusan massa datang dari arah timur dan mereka membawa pedang, parang dan clurit dan meminta kepada aparat keamanan agar melepas teman- teman mereka. Massa itu mengancam jika teman-temannya tidak dilepaskan, kemungkinan pada malam hari akan dilakukan "penyerangan" kembali. Di lapangan terlihat aparat kesulitan memblokir massa, karena mereka tidak hanya bergerak di satu tempat, tetapi bergerak di berbagai sudut kota. Sejumlah hotel berbintang yang ada di kota Mataram tidak hanya dijaga oleh aparat, tetapi juga sejumlah anggota marinir ikut mengamankannya, seperti di hotel Lombok Raya. Di sebelah barat hotel Lombok Raya, Restoran Vanini yang sering digunakan sebagai tempat ibadah umat Kristen musnah dibakar massa. Begitu juga sejumlah tempat penyewaan mobil dan kios yang ada di lokasi dekat restoran tersebut terkena jilatan api. Toko Bintang Indah di Ampenan yang menjual berbagai kebutuhan masyarakat, dikeluarkan isinya kemudian dibakar serta sebuah mobil kijang yang berada di jalan tersebut juga dibakar. Suasana di Mataram masih tegang, massa masih bergerombol di berbagai kawasan, dan sampai Senin petang massa masih mencoba membongkar toko-toko di Ampenan yang sudah ditutup pemiliknya. Pasukan Brimob mengamankan kawasan Ampenan, sementara Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Kiki Syahnakri yang baru tiba dari Denpasar lang- sung melakukan rapat kilat degan Muspida NTB antara lain Gubernur Harun Al Rasjid serta pejabat TNI dan Polri setempat. Mendengar situasi rusuh masih terjadi di Ampenan, Mayjen Kiki Syahnakri langsung menuju lokasi untuk membantu menenangkan massa yang sudah tidak terkendali melakukan pembakaran. Bersama Pangdam IX Udayana, ikut mendampingi Danrem 162/Wirabhakti Kolonel Inf Soekotjo HS dan Kapolda NTB Kolonel Pol Drs Sukandri serta tokoh agama di Lombok, antara lain Tuan Guru Haji (TGH) Syafwan Hakim dan TGH Mustafa Umar. Tokoh agama yang juga pimpinan Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri, Lombok Barat, TGH Safwan Hakim mengimbau agar massa segera pulang ke rumah masing-masing dan tidak merusak serta membakar lagi. Sementara itu, Kiki Syahnakri ketika mengadakan pertemuan dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan Pemda NTB mengatakan, sekarang ini jangan lagi memikirkan bangunan yang rusak, namun yang utama adalah menyelamatkam jiwa manusia. "Sekarang ini kita tidak perlu memikirkan bangunan yang rusak, yang lebih utama adalah menyelamatkan jiwa manusia, karena itu, Markas Korem ter- buka untuk penampungan semua umat dari mana saja," katanya. Pangdam IX Udayana memerintahkan, selain menyelamatkan jiwa manusia, juga segera dilakukan upaya penyelamatan tempat ibadah yang masih ada, aset negara dan pusat perekonomian. Untuk itu, dia memerintahkan Danrem dan Polda agar jangan ragu-ragu me- nurunkan pasukan. Dikatakannya, Mataram kini dalam kondisi siaga I, untuk memulihkan suasana yang sempat tegang di daerah ini, Senin malam akan tiba bantuan pasukan dari Malang di samping dari Bali. Senin malam, menunjukkan jilatan api di beberapa bangunan masih terus ter- lihat meskipun tidak begitu besar. Suasana Kota Mataram sendiri cukup mencekam, karena berbagai isu pasca pembakaran tempat ibadah Kristen masih terus beredar di kalangan masya- rakat, termasuk akan ada aksi lanjutan. Pihak keamanan setempat, terutama dari Polda NTB telah memblokir jalan- jalan menuju gereja, sementara di Ampenan suasana masih tegang karena masyarakat masih bergerombol. Mayjen Kiki Syahnarki yang bekas panglima darurat militer Timtim juga me- nyatakan dia akan pergi ke Mataram juga guna mengadakan rapat dengan muspida serta para tokoh agama setempat. Massa yang berkumpul mencapai 20.000 orang sementara polisi yang ber- jaga-jaga hanya 200 sehingga tidak mampu mengendalikan situasi sepenuh- nya. Akibatnya, situasi di Mataram kemudian dinyatakan dalam kondisi Siaga I oleh Wakapolda NTB Kolonel (pol) Drs Fachruddin Bakar dan semua staf mapolda NTB diminta tetap bertugas dan tidak meninggalkan tempat. Informasi lain menyebutkan, Gereja-gereja yang menjadi sasaran antara lain adalah GPIB Imanuel di belakang kantor Walikota Mataram di Jl WR Suprat- man. Massa kemudian juga diketahui bergerak ke depan RSU Mataram di mana di dekatnya terdapat gereja katholik Maria Imaculata. Gereja ini kemudian dibakar habis. RSU tersebut Senin sore menyatakan sudah me- rawat belasankorban amuk massa tersebut. Menurut sumber, massa lantas memblokade polisi dan mobil pemadam ke- bakaran yang hendak mencegah meluasnya kebakaran ke markas Garnisun Mataram yang persis berada di sebelahnya. Setelah itu, malah seseorang di antaranya mengingatkan Komandan Kodim 1606 Lombok Barat Letkol (Inf) Yudhi Mahfudi agar tidak melakukan tembakan peringatan. Reporter RCTI Samiarto lantas menjadi korban pemukulan. Dia lari dikejar- kejar beberapa orang. Kameranya rusak pada bagian bukaan kasetnya. Dari sini, massa semakin berani dan bergerak mendatangi gereja GPIB Imanuel yang besar dan megah di Jl Bung Karno. Dengan leluasa kemudian mereka menaiki tangga menghancurkan kaca-kaca hias di bagian atas bangunan dan membakar habis bangku-bangku yang ada. Gereja Bethani --di sebelah utara Imanuel --yang berada di belakang restoran Vanini pun hancur jadi sasaran. Selain itu, juga ada beberapa bangunan gereja ukuran kecil di Mataram yang mengalami perusakan. Kordinator Lapangan Aksi Solidaritas Sudiarto yang juga dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram justru menyalahkan aparat keamanan karena tidak dapat meredam massa. Sesuai kesepakatan Minggu malam antar panitia dan Kapolda NTB Kolonel (pol) Drs Sukandri MBA di Mapolda NTB yang dihadiri Wakapolda Kolonel (pol) Drs Fachrudin Bakar serta Kaditsospol NTB Kolonel (Inf).Drs Patekkai SH, disepakati polisi bertanggungjawab me- ngamankan lokasi vital seputar masa tabligh akbar. "Ekses ini justru menjadi tanda tanya, kok tidak ada pengamanan," kata Sudiarto. Karena itu, pihaknya malahan akan menyampaikan protes. Sekretaris Dinas Penerangan Polda NTB Kapten Pol Ir Drs Agus Sutisna, sebagai dikutip Antara, mengaku sulit tidak memberikan izin acara solidaritas dalam bentuk tabligh akbar tersebut. "Benar, kami memberi izin. Nanti, jika tidak, aparat yang disalahkan. Kalau tidak diberi izin semakin repot. Apalagi pimpinannya menyatakan bertanggungjawab," kata Agus ketika ditemui di ruang kerjanya. Menurutnya, polisi sudah berupaya maksimal. Tetapi karena massa yang begitu besar jumlahnya -- tadinya kegiatan dilaporkan hanya akan diikuti 6.000 orang-- ternyata sekitar 20 ribu orang, susah untuk mengendalikan. (Ant/R-m17) ----------end----------