From: Arisetiarso Soemodinoto <[EMAIL PROTECTED]>
To: '[EMAIL PROTECTED]' <[EMAIL PROTECTED]>

Di bawah ini ada artikel dari MBM Tempo edisi 28 Juni-4 Juli 1999 yang
memanfaatkan persamaan matematika untuk menangkap penjahat. Siapa tahu
menarik perhatian teman2 dari MA-ITB untuk digunakan sebagai "bahan" jualan
nanti kalau ITB 100% otonom.
Semoga bermanfaat.

=======================
MBM Tempo
Menjerat Penjahat dengan Persamaan Matematika

Tindak kriminal sering kali tidak hanya menimbulkan kegusaran pada korban,
tapi juga pada petugas kepolisian. Masalahnya, laporan saksi mata yang satu
bisa berbeda dengan saksi yang lain, sekalipun keduanya melihat kejadian
yang sama. Bila hanya mengandalkan keterangan saksi-yang bisa saling
bertentangan-bisa-bisa sang penjahat akan kembali beraksi sebelum dibekuk.
Berdasarkan pada kebutuhan untuk meringkus penjahat secara lebih cepat
inilah, perusahaan peranti lunak Autonomy di Inggris merancang satu sistem
bernama Leo, yang bisa mengakses data tindak kejahatan selama empat tahun
terakhir.

Pada Juni ini, Leo mulai diujicobakan di Kepolisian Essex, Inggris. Menurut
Julian Robinson, petugas yang mengembangkan sistem ini di wilayah hukum
tersebut, kepada The Sunday Times, Leo memakai lusinan database yang
berbeda. Ini untuk membantu polisi, yang biasanya mengalami kesulitan untuk
mengaitkan kejadian terakhir dengan tindak pidana sebelumnya karena
bertumpuknya data. Nah, Leo akan membantu menyisir ribuan file dan
menghadirkan kemungkinan terbesar, dengan berpijak pada kesamaan angka
matematis di tiap database, ke layar komputer petugas.

Bila petugas memasukkan kata kunci, atau kalimat kunci, misalnya penjahat
yang menggunakan anjing sebagai pembantunya, Leo akan memberikan 50 link
(pranala) yang punya kemungkinan berkaitan dengan pelaku kejahatan yang
dicari. Bisa saja 49 pranala yang muncul tidak relevan, tapi dengan
tampilnya 50 pranala secara grafis, petugas bisa mendapatkan petunjuk untuk
pemecahan kasus. Sistem ini juga akan memberikan semacam peringatan tentang
kemiripan dengan suatu kasus yang mungkin sudah ditinggalkan penyidikannya
bertahun-tahun sebelumnya karena tak ada petunjuk lebih lanjut.

Menurut Mike Lynch dari Autonomy, saat ini Leo masih punya ketergantungan
besar pada petugas. Ia berharap, tak lama lagi sistem ini sudah bisa bekerja
dengan lebih baik dan memberikan jalan menuju pemecahan masalah
kriminalitas. Hanya saja, ada satu hal yang perlu diperhatikan: seleksi yang
ketat terhadap data yang relevan sehingga sang petugas tidak ditimbuni oleh
data yang tak perlu.

Nah, tampaknya tak ada salahnya Indonesia mengimpor software (peranti lunak)
semacam ini. Siapa tahu ia bisa membantu menemukan pembunuh orang-orang yang
dituduh sebagai dukun santet, atau mencari tahu siapa provokator-kalau
memang ada-di balik kasus-kasus kerusuhan dan kriminalitas yang sekarang
masih misterius itu.




Kirim email ke