Para pembaca yang budiman, Perkenankanlah saya mengirim hasil edit saya terbaru 'terpanjang' yang saya rangkum dari 4 (empat penulis) yang mengulas tentang pemahaman mereka akan ajaran agama mereka masing-masing. Singkatnya, silahkan baca dan nilai sendiri KUALITAS TULISAN PLUS IDE masing-masing penulis dalam memahami AJARAN AGAMA mereka masing-masing. Selamat membaca dan kalau bermanfaat, maka tolong diteruskan berita ini kepada teman-teman dekat anda. Terima kasih (Editor - Yusuf L. Henuk). [-------------------------(PENULIS UMAT NON-ISLAM)---------------------] From: "Eskol-Net" <[EMAIL PROTECTED]> To: "e-Buletin Eskol-Net" <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [Eskol-Net]- Artikel Lepas : "Kristenisasi atau Mandat Penginjilan ?" Date sent: Tue, 1 Feb 2000 14:17:16 +0700 Send reply to: [EMAIL PROTECTED] > > "Kristenisasi atau Mandat Penginjilan ?" > ********************************************* > Oleh: Augustinus Simanjuntak, S.H > > > Akhir-akhir ini isu Kristenisasi santer dibicarakan, khususnya di > tengah-tengah saudara sebangsa kita yang tidak seiman. Beberapa > isu aktivitas orang Kristen yang dicap sebagai upaya kristenisasi > antara lain; iming-iming pemberian harta benda, pembagian indomie, > atau sembako, dsb. Selain itu, aktivitas orang Kristen yang diisukan > sebagai upaya kristenisasi ialah dalam merehabilitasi orang-orang > yang kecanduan narkoba atau jenis peyakit lain, baik di rumah sakit > maupun di yayasan-yayasan Kristen. Isu yang lebih parah lagi ialah, > mengkristenkan orang dengan cara mengawini orang yang tidak se- > iman, lalu mengajaknya masuk Kristen. Mungkinkah hal-hal ini > terjadi ? > > Dari istilah yang dipakai, yaitu "kristenisasi" bisa diartikan sbb: > seseorang menjadi Kristen (pengikut Yesus) terjadi karena upaya > manusia melalui cara-cara yang yang seolah-olah tidak benar atau > licik, dan siasat lain yang bersifat negatip, serta seolah-olah ada > target kuantitas yang ingin dicapai. Mungkinkah demikian? > > Isu-isu seperti disebutkan di atas, sudah sepatutnya diluruskan oleh > umat Kristiani di mana pun berada. Sebab kalau tidak diluruskan, > tentu akan menimbulkan kecurigaan, bahkan kebencian dari umat ber- > agama lain. Hal ini bisa menimbulkan suatu dilema bagi Umat > Kristiani, yaitu di saat ingin berbuat baik terhadap sesama manusia > sebagai perwujudan Kasih Tuhan di dunia ini akan dicurigai sebagai > upaya kristenisasi. > > Namun sebelumnya perlu diketahui bagaimana Firman Allah menyikapi > isu kristenisasi ini. Ditinjau dari Firman Tuhan dalam Alkitab, dapat di- > tarik kesimpulan bahwa sebenarnya upaya kristenisasi itu merupakan > hal yang tidak mungkin terjadi. Alkitab berbicara bahwa seseorang > menjadi Kristen BUKAN karena upaya manusia, tetapi karena ALLAH > sendiri yang menjadikannya seperti itu. > > - Efesus 2: 8-9: > ------------------- > Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan > hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: > jangan ada orang yang memegahkan diri..." > > - Yohanes 6: 44: > ------------------- > Tuhan Yesus sendiri berkata: "Tidak ada seorang pun yang dapat datang > kepadaKu, jika ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku....." Jelas > di sini, manusia mengikut Yesus bukan karena kehendak manusia tetapi > kehendak Allah Bapa. > > - Yohanes 15:16: > -------------------- > "Bukan kamu yang memilih Aku (Yesus), tetapi Akulah yang memilih > kamu ....." > > Berdasarkan Firman Tuhan di atas sudah jelas bahwa Allah-lah yang mem- > buat seseorang menjadi pengikut Yesus. Umat Kristen diselamatkan > bukan karena perbuatan manusia, melainkan Allah-lah yang memberikan > Anugerah Keselamatan itu kepada manusia melalui Yesus Kristus, yang > telah mati di kayu salib dan bangkit di hari yang ketiga untuk menyelamat- > kan manusia dari hukuman maut. Sedangkan peranan orang Kristen hanya- > lah sebagai alat untuk menyampaikan berita suka cita itu. Orang Kristen > hanyalah menyaksikan berita pengampunan dosa itu (mandat penginjilan). > Markus 16: 15-16: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada se- > gala mahluk. Siapa yang percaya dan dibabtis akan diselamatkan, tetapi > siapa yang tidak percaya akan dihukum." Injil, artinya kabar baik atau kabar > suka cita. Jadi, Injil bukan kabar paksaan atau bukan kabar iming-iming. > > Oleh karena itu, segala bentuk iming-iming dan berbagai sumbangan, tidak > mungkin membuat seseorang menjadi orang beriman kepada Yesus. Iman > kekristenan tidaklah sebatas nilai indomie atau sembako, akan tetapi > Anugerah Allah itu tak ternilai harganya. Lebih jauh lagi, kalau isu > kristenisasi itu dituduh dengan cara-cara picik, menipu, atau dengan cara > mengecoh, dsb, itu tidak mungkin. Sebab Allah tidak pernah kompromi > dengan dosa, sekecil apa pun dosa itu. Kalau manusia mengkristenkan > seseorang dengan upayanya sendiri berarti ia telah mengambil alih tugas > Allah. Dan itu tidak mungkin. Memang menjadi persoalan ketika terdapat > orang yang mengaku Kristen tetapi tidak mengaku Kristus sebagai Tuhan > dan Juru Selamatnya dan belum mengikuti tauladan Yesus, alias kristen- > kristenan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua (umat Tuhan) > yang telah menyadari Anugerah dan Kasih Allah dalam hidup kita. > > Orang yang tidak merasa berdosa/tidak merasa butuh penebusan dosa > tidak mungkin mau menerima Yesus. Dalam Lukas 5:32 dinyatakan: "Aku > (Yesus) datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, > supaya mereka bertobat. Tetapi, orang yang haus akan kebenaran, jiwa > yang haus akan kasih Tuhan akan diberi oleh Allah. Orang yang mau me- > nerima Yesus dalam hatinya/hidupnya, akan mendapatkan keselamatan > hidup kekal selama-lamanya. Itu adalah janji Allah kepada manusia yang > beriman kepadaNya. > > Menyinggung tentang rehabilitasi oleh umat Kristen terhadap orang-orang > yang kecanduan narkoba atau jenis peyakit lain. Pelayanan semacam ini > tentu didasari oleh suatu keyakinan (iman) bahwa hanya Yesus-lah yang > mampu menyembuhkan orang-orang yang kecanduan narkoba atau pe- > candu ganja, dll. Memang dukun bisa menyembuhkan beragam penyakit, > tetapi perdukunan sangat bertentangan dengan ajaran kekristenan, karena > orang yang mengandalkan perdukunan sama saja menggantikan kedudu- > kan Allah dengan kekuatan setan/iblis. Itu berarti ia meng-illah-kan setan. > > Tetapi Allah mempunyai janji kepada manusia, bahwa barang siapa yang > percaya kepada Yesus ia akan d isembuhkan, yang diwujudkan dengan > doa yang sungguh-sungguh dihadapan Allah (dengan iman). Penyembuh- > an dari Allah bukan sekedar penyembuhan jasmaniah, tetapi jauh lebih > dalam lagi ialah kesembuhan hati (rohaniah), yang bisa juga diikuti > dengan kesembuhan jasmaniah. Penyembuhan jiwa dijalani dengan per- > tobatan, menerima Allah di dalam hidupnya, yaitu melalui Tuhan Yesus > Kristus. Segala jenis penyakit adalah salah satu akibat dosa. Akibat > dosa yang paling ekstrim ialah maut/kematian. Sehingga dosa itu harus > dilepaskan terlebih dahulu. Jiwa yang haus itu harus diisi dengan Kasih > Yesus. Dengan kata lain, "terimalah Yesus dalam hidupmu, maka jiwa- > mu akan diselamatkan, dan segala penyakitmu akan disembuhkan, al: > sakit rohaniah (pemarah, pembohong, pemfitnah, hati dan pikiran kotor, > dengki, iri hati, geram, dsb), dan sakit jasmaniah. Yesus sanggup meng- > obatinya, asal engkau beriman kepadaNya". > > Orang-orang yang kecanduan narkoba atau penyakit lain banyak yang > tidak bisa diobati oleh manusia. Padahal, mereka membutuhkan pe- > nyembuhan. Mereka membutuhkan pelepasan dari belenggu dosa, ter- > masuk belenggu narkoba itu. Sedangkan manusia tidak sanggup me- > lepaskannya. Orang Kristen tidak sanggup mengobatinya tanpa per- > tolongan Tuhan, sehingga mereka membutuhkan pertolongan kuasa > Tuhan melalui orang-orang Kristen, yang dipakai olehTuhan. Tentu hal > ini tidak bisa dikatakan sebagai kristenisasi, karena tetap Allah yang > bekerja, bukan upaya manusia.Untuk membuktikan bahwa kristenisasi > itu tidak mungkin terjadi, bisa dilakukan dengan cara mengajukan per- > tanyaan kepada mereka yang telahmenjadi pengikut Yesus, sbb: Meng- > apa mereka menjadi orang Kristen ?. Apakah mereka menjadi orang > Kristen karena diberi iming-iming atau karena diberi indomie ?. Apakah > karena diberi uang? Kalau jawabannya adalah: "kami Kristen karena di- > beri sembako, karena diberi uang atau karena iming-iming yang lain, > maka mereka jelas belum bisa dikatakan sebagai orang Kristen > (pengikut Yesus). Sebab, motivasi mereka masuk Kristen jelas salah. > Kalau mereka Kristenkarena uang atau sembako, maka hati mereka se- > sungguhnya jauh dari Allah. Motifasi mereka hanyalah harta atau ke- > senangan duniawi. Khusus untuk isu kristenisasi dengan mengawini > orang yang tidak seiman, merupakan persoalan pembinaan umat. > Cara seperti ini jelas sebagai kejahatan di hadapan Allah. Allah tidak > akan senang dengan perbuatan licik seperti itu. Perkawinan seperti itu > adalah perbuatan keji di hadapan Allah. Dalam Kitab 2 Korintus 6: 14 > jelas dinyatakan sbb: "Janganlah kamu pasangan yang tidak seimbang > dengan orang-orang yang tak percaya. Bagaimanakah terang bisa ber- > satu dengan gelap ? "Itulah sedikit uraian mengenai isu kristenisasi itu. > > Mudah-mudahan isu kristenisasi ini tidak berkembang menjadi pemicu > disintegrasi bangsa. Harapan penulis adalah, hendaklah kita lebih bijak- > sana dalam segalaaktivitas pelayanan kita dengan meminimalisasi faktor- > faktor pemicu kecurigaan umat beragama lain, khususnya dalam mem- > beritakan kabar suka cita itu. Misalnya; tulisan-tulisan terbuka (terbaca > oleh umum) mengenai target-target penginjilan, yang sekiranya kalau di- > baca oleh umat beragama lain tidak menimbulkan kecurigaan. Biarlah > Rencana Tuhan yang jadi, bukan rencana manusia. Biarlah target Allah > yang jadi, bukan target manusia. > > Semoga Tuhan Yesus menolong kita. Amin. ***************************************************** [--------------------------------(PENULIS KYAI ISLAM)---------------------------] Date sent: Thu, 27 Jan 2000 18:45:55 +1100 (EST) Send reply to: [EMAIL PROTECTED] From: =?iso-8859-1?q?Kyai=20Soleh?= <[EMAIL PROTECTED]> To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Fw: [Sabil] Hot News: Rapat Akbar untuk Muslim Maluku > Teman-teman, > > Susah ya kalau setiap teman Muslim kita berpendapat > seperti ini, dunia ini nggak akan tenang. Selalu ada > kebencian , sirik dll yang bukan tujuan utama kita > beragama. > > Kita sebagai orang Muslim sepertinya nggak adil, kita > merasa yang paling benar dan menganggap mereka > yang bukan Muslim sebagai orang di bawah kita. Saya > sangat sedih dan kecewa dengan sikap-sikap seperti itu. > Saya telah bertahun-tahun berusaha membangun ke- > rukunan hidup beragama. Hidup sehari-hari tanpa me- > mandang, anda beragama apa sih ... dll ... Tapi akhirnya > malah seperti ini. Banyak yang mengatas namakan > AGAMA untuk kepentingan pribadi, karena kita merasa > bahwa mereka yang bukan Muslim selalu ada di bawah > kita. > > Mereka memang kafir (menurut agama kita), tapi banyak > justru perbuatan mereka yang jauh lebih baik dari kita. > Mereka selalu membantu kita tanpa memikirkan > agama apa kita ini, tapi kita selalu hanya membantu > sesama kita yang beragama ISLAM saja. Kita sudah jauh > sekali dari norma-norma KEISLAMAN ... > > Kalau semuanya berjalan seperti yang sekarang ini, gimana > citra ISLAM nanti? Apa dalam sejarah akan tertulis: "Masa- > lah mengenai orang-orang ISLAM yang dibantai di Ambon > sudah dibalaskan dengan kekuatan Islam yang ampuh ... > banyak orang-orang kafir yang telah dihabisin nyawanya. > Hidup ISLAM!!!" > > Lebih baik kalau tertulis: "Kerendahhatian dan keramah- > tamahan orang ISLAM di Indonesia telah berhasil menyelesai- > kan kerusuhan yang berbau agama". > > Saya membaca sebuah buku, lupa namanya, yang berisikan > doa-doa orang-orang Kristen, yang membuat saya jadi merasa > makin sedih. Dalam doa itu ada kalimat: " ... ampunilah kami > seperti kami mengampuni yang bersalah kepada kami ... > bebaskanlah kami dari perbuatan jahat ...". > > Salam PERDAMAIAN, > > KS. > > [------------------(PENULIS UMAT ISLAM (1)-----------------] > --- Andi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > Sdr. ARCADIA yg baik, > > Anda kok bingung dengan sebutan orang kafir, sih? > > Itu kan cuma sebutan umat Islam bagi orang yang > > tidak mau menganut agama Islam. Dari sudut > > pandang agama Islam, orang yg demikian memang > > disebut orang kafir. Artinya apakah ia beragama > > Kristen, Hindu, Budha atau lainnya, ia termasuk > > orang kafir bagi umat Islam. Memang banyak orang > > tidak merasa nyaman dibilang kafir, sepertinya > > konotasinya buruk sekali. Makanya dalam hubungan > > antar umat beragama tidak dianjurkan menyebut > > seseorang kafir, takut menyinggung perasaan. > > > > Tapi anda perlu ingat juga kalau Islam mengajarkan > > untuk menghormati hak mereka yg disebut kafir itu > > untuk menganut keyakinannya itu. Sekarang kalau > > umat Islam diserang oleh kaum non-Islam (dengan > > sendirinya kafir), tentu sah bila umat Islam melawan. > > Namun memang kembali lagi, tidak semua orang > > non-Islam melakukan tindakan demikian. Untuk yg > > begini tentu suatu kesalahan bila diperangi juga. Kita > > tidak boleh menyamaratakan orang, toh buktinya kita > > bisa hidup berdampingan secara damai selama ini. > > > > Memang saya dengar awal pertikaian di Maluku bukan > > langsung urusan agama, tapi faktanya sekarang sudah > > demikian. Saya pikir kalau semua pihak menahan > > diri dan kembali kepada sikap saling menghormati > > keadaan akan jauh lebih baik. Walau saya akui kondisi > > di sana nampaknya sudah sangat parah dan berlarut- > > larut dalam dendam. > > > > Masalahnya kini umat Islam di sana dibantai. Saya se- > > tuju bila umat Islam membantu saudaranya mem- > > pertahankan diri di Maluku, tapi saya tidak setuju bila > > sampai terjadi tindakan di luar batas mempertahankan > > diri. Misalnya tindakan membakar gereja karena mem- > > balas mesjid yg terbakar, saya pikir itu melampaui batas > > dan salah. Toh Rasulullah Muhammad SAW memberi > > contoh dengan memaafkan orang yang pernah akan mem- > > bunuhnya padahal kalau beliau mau dengan mudah orang > > itu dapat dibunuhnya. Meski demikian di medan perang > > ketika umat Islam diserang, tidak ada keraguan untuk > > melawan. Itu pun ketika musuh (kaum kafir) menyerah ia > > tidak boleh disakiti. > > > > Makanya saya mengimbau, bagi umat Islam untuk tidak > > melupakan apa yg sudah dicontohkan Rasulullah itu. > > Jangan sampai terjadi pengganyangan orang kafir yg > > tidak ikut memerangi umat Islam. Ingatlah bahwa Islam > > adalah agama yang rahmatan lil alamin, rahmat bagi > > alam semesta. > > > > Bagi rekan-rekan sesama muslim, selamat hari raya Idul > > Fitri. Bagi semua rekan INDOZ Net, saya mohon maaf lahir > > dan batin bila ada kesalahan saya dalam mengungkapkan > > pendapat di media mailis ini, yang mungkin disengaja mau- > > pun tidak disengaja, tidak berkenan di hati saudara semua. > > Minal Aidin wal Faidzin... [Salam, Muhammad Priandi] [-----------------------(PENULIS UMAT ISLAM (2)---------------] Date sent: Tue, 1 Feb 2000 13:31:42 +1100 (EST) Send reply to: [EMAIL PROTECTED] From: "Nasrullah Idris" <[EMAIL PROTECTED]> To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: UNAIR: Ham Universal tentang Kebebesan untuk memeluk agama > From: W P <[EMAIL PROTECTED]> > To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> > Date: Tuesday, February 01, 2000 05:13 > Subject: Re: UNAIR: Ham Universal tentang Kebebesan untuk memeluk agama > > <Delete> > ===================== > Kita harus mencermati terhadap kemungkinan pemanfaatan > "HAM Universal Bagi kebebasan untuk memeluk agama" > justru sebagai memperbesar keleluasaan dan kebebasan > dalam penyebaran agamanya dalam bentuk modus penjeba- > kan. > > Marilah kita buat ilustrasi imajinasi. Misalkan begini : A adalah > seorang penganut Non Islam yang di negaranya (kita sebut > saja C) adalah sangat mayoritas. Sedangkan B adalah peng- > anut Agama Islam yang di negaranya (kita sebut saja dengan > Negara D) adalah sangat mayoritas. Baik A maupun B adalah > tokoh nasional di negaranya masing-masing. Bedanya : > Mayoritas ummat non Islam di negara C adalah orang kaya > raya. Sedangkan mayoritas ummat Islam di negara D adalah > fakir miskin. > > Si A tahu serta sadar betul akan perbedaan peta sosial di > bidang finansial tersebut. Ia pun bisa memperkirakan secara > kasar tentang berapa persen dari ummat Islam dari kalangan > fakir miskin di negara D yang pengetahuan agamanya sangat > minum serta sering meninggalkan kewajiban menjalankan > perintah agamanya. > > Sebaliknya Si A mempunyai data bahwa mayoritas ummat > Non Islam di negaranya sudah bersikap cuek terhadap > agamanya. Malah sangat banyak di antaranya dengan > kesadaran sendiri seperti sudah siap untuk berpindah ke > agama Islam. Inilah yang menjadi kekhawatiran si A. > Malah ia memperkirakan bahwa tidak mustahil ummat > Islam di negaranya akan berbalik, dari minoritas menjadi > mayoritas. Sementara ia tidak bisa mencegahnya melalui > modus apa pun. Apalagi dikaitkan dengan HAM. > > Dengan data base yang si A miliki tentang struktur sosial di > negara D, yang diperoleh berdasarkan hasil studi kelayakan > tim yang dilakukan sebelumnya, maka ia berusaha untuk > mempertahanklan eksistensi agama yang dianutnya di muka > bumi ini. Maksudnya begini : biarlah di negaranya akhirnya > berubah menjadi mayoritas Islam. Tetapi sebagai gantinya ia > akan berusaha untuk menjadikan negara D menjadi > mayoritas agama yang dianutnya. > > Selanjutnya A bersama tim melakukan melakukan penyebaran > agama. Antara lain dengan mendatangi rumah ke rumah di > negara D. Caranya antara lain sambil membawa makanan, > pengobatan, dan pakaian. Terkadang dikatakan kepada > aundens bahwa barang-barang itu hasil dari doa ummat > agamanya. Pokoknya berbagai modus dilakukan untuk me- > narik ummat Islam di negara D untuk berpindah menjadi > penganut agama non Islam. Segmen ummat Islam yang > didatangi pun dilakukan secara selektif. Yaitu mereka yang > termasuk katagori fakir miskin serta diduga sering tidak > menjalankan kewajiban, seperti sholat. Sedangkan rumah > ummat Islam yang taat tentu tidak akan datangi. Karena jelas > diperkirakan tidak akan berhasil. > > Sementara si A memperkirakan bahwa si B selaku tokoh > agama Islam di negara D tidak akan melakukan penyebaran > agama di luar negeri dengan cara yang ia lakukannya di negara > D. Di samping itu bukanlah metode yang sesuai dengan Agama > Agama Islam, juga A tidak mempunyai biaya cukup untuk > membuat tim seperti yang ia lakukan. Maklumlah, GNP > negara D sangat rendah. > > Coba renungkan, apa yang akan terjadi dari bila masalah HAM > seperti itu tidak disikapi secara cermat? Khususnya di negara > yang mayoritasnya adalah penganut agama Islam. [Salam, Nasrullah Idris]