Teman-teman Indoz-net semua,


Perkenankanlah  saya mengirim edit saya yang mengulas sekitar
"Para Provokator Pro-Islam  &  Pro-Arab"  di  Indonesia.  Selamat
membaca dan semoga bermanfaat (Editor - Yusuf L. Henuk).

[-------------("Para Provokator Pro-Islam di Indonesia")--------------------] 
 From: [EMAIL PROTECTED]
 Date: Sun Jan 30 2000 - 11:50:13 MST 
 Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka 
 PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom 
 E-mail: [EMAIL PROTECTED] 
 Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp 
 Xpos, No 03/III/30 Januari-5 Pebruari 2000 
 ------------------------------ 
 MENANGKAP ANAK DALANG 
  
 (PERISTIWA): Al Chaidar, aktifis Negara Islam Indonesia yang meng-
 organisir   Tablig Akbar di Silang Monas ditangkap polisi. Siapa yang 
 terkait? 
  
 Al  Chaidar, adalah satu, dari empat orang aktifis  Islam,   selain  Eggy 
 Sudjana,  Anton  Medan,  mantan   preman   yang jadi   dai dan  Taufik 
 Hidayat, mantan  narapidana  Komando Jihad yang  diduga polisi Nusa 
 Tenggara Barat, sebagai  penghasut  kerusuhan   Mataram, 17  Januari 
 lalu. Chaidar memang berada di  Mataram saat kerusuhan, ia berangkat 
 dari Jakarta besama-sama Eggy Sudjana,  Ketua  Dewan Persaudaraan 
 Pekerja Muslim Indonesia (PPMI),   organisasi   buruh  bentukan  Ikatan 
 Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Chaidar, juga   Eggy,  Taufik  dan 
 Anton sempat diburu polisi karena peristiwa Mataram yang menghangus-
 kan belasan gereja dan toko. Eggy Jumat lalu (28/1) juga telah diperiksa 
 Mabes Polri perihal keterlibatannya dalam kasus Mataram. 
  
 Chaidar, menurut sumber tak resmi di Polda Metrojaya, ditangkap petugas, 
 Kamis (27/1), di Bandara Soekarno-Hatta, pukul 22.00 Wib, setibanya dari 
  Kuala Lumpur. Chaidar   memang  tengah  bepergian ke ibukota Malaysia. 
 Terakhir, ia dikontak Majalah Gamma untuk  diwawancarai  soal  keterlibat-
 annya di kerusuhan Mataram. 
  
 Chaidar  sendiri sebenarnya sudah buron sejak Kapolda Metrojaya, Mayjen 
 Pol Noegroho Djajusman mengatakan akan menangkap seorang pembicara 
 di tabligh akbar  "Sejuta Umat",  di  Silang  Monas, Jakarta beberapa waktu 
 lalu, yang berinisial AH. Menurut  Noegroho, orang  berinisial  AH ini  sudah 
 kelewatan isi pidatonya, karena bernada menghasut massa. Semula, orang 
 menyangka AH yang dimaksud Noegroho  adalah   Ali al   Habsyi,   mantan 
 narapidana kasus peledakan Candi Borobudur yang juga panitia tablig akbar 
 itu. Namun, rupanya AH adalah Al Chaidar. 
  
 Chaidar memang ikut   berbicara   di tabligh   "Sejuta Umat"   itu, karena ia 
 adalah Koordinator  Aksi acara itu. Setelah  berhasil mengumpulkan massa 
 di acara di  mana Ahmad Sumargono, Ketua Partai Bulan Bintang menyeru-
 kan mosi tak percaya  pada Presiden   Abdurahman   Wahid   itu,   Chaidar 
 sempat menyebarkan undangan berkumpul,  untuk  tabligh yang lebih besar 
 lagi, pada Jumat 21 Januari 2000. Di undangannya itu, Chaidar menyerukan 
 revolusi Islam untuk menggulingkan Pemerintahan  Gus Dur yang  dinilainya 
 tak mampu   menyelesaikan   kasus   Ambon.   Kepada   Majalah  D&R,  ia 
 menegaskan pernyataan tertulisnya   yang   disebarluaskan ke  masyarakat,
 Chaidar  mengatakan Pancasila sudah bangkrut dan  ia akan   mendeklarasi-
 kan majelis syuro untuk mendirikan negara Islam. 
  
 Penyataan Chaidar untuk mendirikan negara  Islam ini juga dikemukakan lagi
 di tabligh akbar  di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jumat, 21 Januari 2000,
 atau   tiga hari setelah kerusuhan Mataram. Di acara yang  berlangsung  pagi
 hari itu, sedianya A.M. Fatwa, Wakil  Ketua   MPR  dan  Ahmad  Sumargono 
 datang. Namun, kedua orang ini urung datang karena  Chaidar  menghubungi 
 kedua aktifis Islam itu, bahwa acara di Al  Azhar  itu  akan  digunakan  untuk 
 memproklamasikan Negara Islam Indonesia. Fatwa, yang pernah mendekam 
 di penjara karena soal-soal begini, rupanya  tak  bernyali.  Dan,  Sumargono, 
 yang memang kecil nyalinya, juga urung datang. Dari acara di Al  Azhar  itu, 
 polisi makin gencar mengejar Chaidar. 
  
 Dengan   siapa  Chaidar "bermain" untuk mendirikan NII, belum jelas benar. 
 Namun, seorang aktifis Islam lainnya, seorang pendiri Partai Bulan Bintang, 
 Chaidar dan kelompok yang belum diketahui, berupaya menunggangi tabliq 
 akbar "Sejuta  Umat"  di Monas  untuk kepentingan politiknya. Di  acara itu, 
 kompor-kompor Chaidar memang cukup berhasil. Umpamanya,  ia berhasil 
 mendatangkan  Ketua   MPR, Amien   Rais,   Ketua     Partai    Persatuan 
 Pembangunan Hamzah   Haz,   pendiri   Partai   Keadilan  Didin  Hafidudin, 
 Ahmad Sumargono dan lain-lain. Mereka  tergiring   melawan  Gus Dur dan 
 sepakat mempersatukan partai-partai   mereka    (PAN,  PPP, PBB, Partai 
 Keadilan) menjadi satu partai Islam. Pokoknya,  acara  itu  membuat   Gus 
 Dur tersinggung dan marah. Ia menuduh, Amien  dan kawan-kawannya ingin 
 mendongkelnya. Sumargono ketika itu rupanya takut, dan dalam wawancara 
 dengan radio Jakarta News FM, ia mengaku hanya diseret massa untuk ber-
 pidato, yang kemudian keluar dari mulutnya, ide untuk menurunkan Gus Dur. 
  
 Sebenarnya, dituduh  sebagai  provokator  kerusuhan  Mataram, ia  keder juga. 
 Kepada sebuah majalah berita, ia membantah ikut  terlibat. Soal kehadirannya 
 di Mataram, ia mengatakan hadir atas undangan Persaudaraan Pekerja Muslim 
 Indonesia (PPMI). Kalau Al Chaidar benar ditangkap, itu sudah  semestinya, ia 
 memang telah keluar dari rel  reformasi yang  menjunjung  pluralisme. Chaidar, 
 hanya mendompleng kemenangan demokrasi yang ia tak pernah memperjuang-
 kannya. (*) 
 --------------------------------------------- 
 ----- End of forwarded message from SiaR News Service -----
 
[----------("Pimpinan Provokator Pro-Islam di Indonesia")-----------------]
 From: [EMAIL PROTECTED]
 Date: Sun Jan 30 2000 - 12:11:15 MST 
 
 Diterbitkan oleh Komunitas Informasi Terbuka 
 PO Box 22202 London, SE5 8WU, United Kingdom 
 E-mail: [EMAIL PROTECTED] 
 Homepage: http://apchr.murdoch.edu.au/minihub/xp 
 Xpos, No 03/III/30 Januari-5 Pebruari 2000 
 ------------------------------ 
 
 AL CHAIDAR 
 
 (PERISTIWA): Anak muda ini lahir di Lhokseumawe, Aceh Utara, 22 
 November 1969. Sejak mahasiswa di FISIP UI, Chaidar sudah meng-
 agumi tokoh NII, Kartosoewirjo. Suami   dari   Suryantini  ini  dikenal 
 sejak bukunya yang terbit berjudul  Pemikiran  Politik   Proklamator, 
 Negara Islam Indonesia, S.M. Kartosewirjo.  Skripsinya  di FISIP  UI 
 pun tentang Darul Islam, yakni  berjudul:   Diskursus   Politik   Islam 
 dalam  Gerakan Darul Islam dan Moro  National   Liberation Front. Ia 
 aktif di Majelis Sinergi Kalam, lembaga di bawah ICMI. Kini ia adalah 
 Deputi Direktur Freedom  Foundation,  Jakarta.  Chaidar  belakangan 
 diketahui   dekat   dengan   Herdy   SRS, bekas wartawan Media
 Indonesia  orang  dekatnya   Ny Siti  Hardiyanti  Rukmana. Bersama 
 Herdy, Chaidar,  mendekati  kelompok  mahasiswa   Aceh di Jakarta, 
 untuk direkrut menjadi   anggota   gerakan   Negara  Islam Indonesia. 
 Informasi yang dikumpulkan Xpos mengatakan kedekatannya dengan 
 Herdy, membuat Chaidar   terlibat   hubungan   yang   akrab   dengan 
 mantan aktivis mahasiwa, dr Hariman Siregar yang  memang  sedang 
 berupaya menggoyang kabinet Gus-Dur  lewat  tokoh-tokoh  NII  yang 
 dulu bergerak di bawah tanah. (*) 
 --------------------------------------------- 
 ----- End of forwarded message from SiaR News Service ----- 
 
[------------("Para Provokator Pro-Arab di Indonesia")--------------]
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Sun Jan 30 2000 - 12:03:49 MST 

Date: Sun, 30 Jan 2000 02:16:28 -0800 (PST) 
From: bangga bangga <[EMAIL PROTECTED]> 
To: [EMAIL PROTECTED] 
Subject: PROVOKASI PARA HABIB KETURUNAN ARAB 

Ass.Wr.Wb. 

Kalau kita lebih  teliti  memperhatikan   kejadian dinegara  kita  akhir-akhir 
ini, maka kita dapat secara  jelas melihat bahwa ada   kecenderungan dari 
ummat Muslim di negara  kita di giring oleh para Habib  yang dengan amat 
jelas merupakan WNI  KETURUNAN ARAB untuk  lebih  pro arab dan anti 
barat!. Saya tidak  perduli   dengan  pro barat  ataupun  pro arab, tetapi se-
bagai anak bangsa  tentu   saya   ingin  bangsa  kita  ini  berjalan    sesuai 
dengan kaidah yang telah  disetujui oleh para pimpinan bangsa kita sendiri, 
dan bukannya oleh segelintir orang yang ingin unjuk gigi dengan menggiring 
ummat ke jalan yang penuh kekerasan. 

Yang lebih menyedihkan lagi adalah kecenderungan para  Habib   keturunan 
Arab  tersebut mengadu domba kerukunan antar  kaum  pribumi  kita sendiri 
dengan membentuk front-front yang mengatas namakan agama dan berpura-
pura memerangi dan  melindungi  kaum   Muslim,  tetapi     buntut-buntutnya 
adalah kaum pribumi kita saling baku  hantam  dan saling bunuh  karena ada-
nya perbedaan-perbedaan pandangan  kaum  pribumi kita yang cenderung di-
peruncing oleh mereka   daripada   memberikan   kothbah-kothbah   yang me-
nyejukkan , tentunya tidak semua habib  bertingkah  buruk  seperti itu, tetapi 
banyak dari kothbah mereka sangat menghasut.
 
Juga  kita sudah mengenal wni keturunan Arab  Habib  Rizieq,  dan  keturunan 
Arab Habib buta yang tertangkap basah mengotaki peledakan candi Borobudur 
yang merupakan monumen kebesaran kaum pribumi kita. (menurut pandangan-
nya , candi  Borobudur merupakan  monumen  kaum KAFIR yang  menyembah 
berhala, tentu  saja dengan demikian sang Habib ingin mengatakan bahwa  kita 
ini keturunan kaum kafir. Habib  yang satu ini juga terbukti meledakkan sebuah 
sekolah teology di Malang,  sehingga  menimbulkan  keresahan dan  kebencian 
antar ummat kaum pribumi sendiri.
 
Tetapi ulah wni keturunan Arab  yang  suka mengacau ini  berhasil  diredam  oleh 
pemerintah Orba yang korup saat itu. (satu poin yang menonjol dari pemerintahan 
orba adalah ketegasannya dalam membasmi provokator, walaupun saat ini diduga 
provokatornya justrulah dari pro Orba). Para Habib ini secara jelas menerima dana 
dari Arab Saudi untuk menunjang kegiatannya, hal  yang  tidak  dapat disalahkan, 
karena bukankah kaum Nasrani juga menerima dana dari barat?.  Tetapi  yang  di-
salahkan adalah bila dana tersebut dipergunakan  untuk  membiayai   demo-demo 
yang berpotensi memicu kerusuhan , seperti di Mataram, Monas dsb. Juga sangat 
dipersalahkan bila dana tersebut disalurkan  untuk  kegiatan   organisasi    preman 
yang berkedok agama seperti yang dipimpin EGY SUJANA DAN  GOGON! Mereka 
ini ditengarai banyak menerima dana bantuan dari para Habib KETURUNAN  ARAB 
dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang  bersifat   provokatif  dan  MEMBAHAYA-
KAN EXISTENSI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA!. Negara kita terdiri 
dari banyak suku bangsa!, sangatlah naif bila negara  kita harus bubar hanya karena 
kita mempercayai kepada sekelompok habib yang  kebetulan  bukan    berasal   dari 
anak bangsa dan berupaya mengukuhkan  existensinya  di lingkungan kaum pribumi 
melalui jalur agama!.  Agama merupakan hal   yang  sangat  universal!  Allah  S.W.T 
milik semua ummat dan junjungan kita pun selalu mengajarkan kedamaian bukannya 
kerusuhan, kaum  Muslim banyak dipandang sebagai  biang kerusuhan karena provo-
kasi dari  pimpinan   ummat   yang kebetulan dangkal dalam pemahaman agamanya, 
ataupun pimpinan ummat yang mempergunakan agama untuk menaikkan popularitas-
nya dengan mengorbankan ummatnya ! baik itu Muslim maupun Nasrani!. 

Para Habib keturunan Arab   tersebut   tampaknya   memiliki agenda tersendiri,  saya 
bukannya   menuduh,  tetapi banyak   bukti   yang   menunjukkan   kearah itu, seperti 
peledakan Borobudur dan sekolah teologi di Malang,  demo-demo  yang  menimbulkan 
keresahan dan merusak citra bangsa kita banyak yang dimotori  para Habib  keturunan 
Arab dengan kaki tangannya macam Gogon dan Egy Sujana. 

Kaum pribumi kita seharusnya lebih merapatkan barisan dalam menghadapi provokasi 
dari orang-orang tak bertanggung jawab yang  hanya  memikirkan  dirinya sendiri , apa-
lagi bila berafiliasi dengan bangsa lain!, kehancuran  ekonomi   kita   ini   sudah 
sangat 
nyata, dan sejauh ini negeri asal para habib  tersebut  TIDAK   PERNAH   MEMBANTU 
MERINGANKAN BEBAN NEGARA KITA!, baik berupa pinjaman lunak dan lain-lainnya! 
Padahal negara mereka sangat berkelimpahan!. dan kehancuran ekonomi dinegara kita 
ini sedikit banyak disebabkan  oleh  kerusuhan antar etnis yang disebabkan oleh provo-
kasi berkedok agama, yang melibatkan sebagian para Habib keturunan Arab. 

Wass. 
----- End of forwarded message from bangga bangga ----- 

Kirim email ke