Pembaca memang harus cermat juga dalam menyikapi berita Sains/Teknologi
dari media massa. Karena berita itu terkadang merupakan hasil kombinasi dari
ilmiah, subjektif, dan dramatisir hasil ramuan penulisnya. Padahal kalau
dikonfirmasikan kembali kepada ilmuwannya tidak seperti itu. Malah mungkin
saja mereka geli membaca atau mendengarkannya.
     Contoh begini :
     Di USA suatu hari terjadi jumpa pers oleh juru bicara perusahaan logam.
Antara lain ditemukan peralatan yang bisa menembuskan paku berukuran 5 cm
pada kayu (maksudnya PALU)
     Dalam waktu seketetika Reuter memberitakan serta menyebarkannya ke
seluruh dunia. Sehingga sampai juga ke suatu  daerah di mana
Sains/Teknologinya masih terbelakang, tetapi penduduknya dikenal bertangan
sangat kuat. Saking kuatnya, sehingga untuk mematokkan paku yang terbuat
dari kayu pun cukup dilakukan dengan tangannya sendiri tanpa menimbulkan
cedera.
     Beberapa hari kemudian di daerah itu muncul seleberan, yakni sebuah
berita yang referensinya dari salah satu surat kabar yang langsung
mengutipnya dari Reuter. Judul selebaran itu sungguh mengejutkan. Begini :

     DITEMUKAN ALAT PEMATOK PAKU FANTASTIS
     BERHASIL MENGALAHKAN KEMAMPUAN TANGAN MANUSIA

     Lalu terjadilah diskusi sampai perdebatan antara elit orang pandai di
daerah tersebut. Malah di banyak tempat berlangsung  seminar. Pokoknya jadi
berita aktual.

     Bukan itu saja. Pengusaha pun begitu semangat mencari informasi untuk
mengimpornya.

     Bagaimana kalau selebaran ini dibaca oleh si penemu PALU? Jangan-jangan
ia tidak menganggapnya sebagai berita Sains/Teknologi. Tetapi sudah diganti
menjadi berita Anekdot.


Salam,

Nasrullah Idris







Kirim email ke