Ide penulisan topik ini sebenarnya berdasarkan hasil pemantauan saya
terhadap perilaku salah seorang dokter wanita yang berhasil memperoleh
prestasi terbaik di antara rekan-rekan seangkatannya pada Fakultas
Kedokteran di salah satu Universitas.
     Cukup jelas, bagaimana pendidikan atau pekerjaan bidang kedokteran yang
digelutinya mempunyai efek sampingan terhadap rutinitas dan pola pikirnya
dalam hal masak-memasak. Ini terbukti dengan masakan buatannya yang sering
menggambarkan hasil improvisasi dan kreasi, meskipun dengan bahan yang
murah.
                                              *****
     Bukankah mahasiswa FK banyak belajar organ lidah, termasuk sensitifitas
taste buds yang terdapat padanya terhadap asin, manis, pahit, asam, dan lain
sebagainya? Kalau saja otak kanannya berjalan tentu akan mereka konversikan
pada rutinitasnya dalam masak-memasak yang mungkin lebih dulu dialami jauh
sebelumnya. Misalkan upaya mengharmoniskan komposisi makanan yang bisa
membangkitkan selera, yang titik tolaknya diambil dari apa yang pernah
dipelajarinya di kampus seputar lidah.
     Jadi sangat disayangkan kalau ada dokter wanita tidak terampil memasak
atau hanya pintar membeli saja di restoran.
     Mungkin ada komentar lain ?

Salam,

Nasrullah Idris



Kirim email ke