From: Ernawati <Pelajar Program Ph.D di Jerman> To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]> Date: Sunday, February 13, 2000 14:15 Subject: Re: [ITB] Seharusnya Dokter Wanita itu Semakin Pintar Memasak Coba kembali pada persoalan inti, yakni bagaimana memberdayakan dokter wanita? Sehingga dengan modal ilmu kedokteran, tidak saja berkiprah sebagai ahli medis, juga bisa meningkatkan pola pikirnya di bidang masakan. Ya memang seharusnya dokter wanita itu semakin pintar memasak dibandingkan sebelum mereka bergelut di bidang kedokteran. Ini jangan diartikan identik dengan menyuruh mereka meningkatkan pelayanan terhadap keluarga lho! Kan meningkatnya wawasan mereka di bidang masakan bisa juga diarahkan untuk membuat restoran di mana mereka di samping praktek sebagai dokter, juga bertindak sebagai direktur, meskipun pelaksana hariannya dilakukan oleh orang lain. Malah mungkin suaminya (kalau memang nggak punya pekerjaan). Bukankah esensi Emansipansi sudah berlangsung di sana, sebagaimana yang anda inginkan? Salam, Nasrullah Idris -----Original Message----- ---------- | From: Mahadi, Arliadi | To: [EMAIL PROTECTED] | Subject: RE: [ITB] Re: [doctors-l] Re: Seharusnya Dokter Wanita itu Semakin Pintar Memasak | Date: Samstag, 12. Februar 2000 21.18 | | sorry, nimbrung. Kebetulan (saya) baca ini. | Apa memang bahasa Indonesia miskin kosa kata ya? sehingga sulit | membedakan: | 'you must be good at cooking', (logical inference) | 'you should be good at cooking' (expectancy) | | Menurut hemat saya untuk point ini Nasrullah ada benarnya. Tapi | sekarang masalahnya apakah logical inference-nya juga sudah benar? | (membaca posting mbak erna ternyata logical inference-nya sudah | digugurkan..:)..) | Memang itulah cara pandang yang berbeda antara saya dan Bung Nasrul ini, pada mulanya dia mengatakan: (1) SEHARUSNYA Dokter Wanita itu SEMAKIN pintar memasak (2) SEHARUSNYA orang semakin kuat setelah berolah raga Pada point (2) saya melihat adanya variable "waktu" yang dilupakan. Pada point (1) telah dijelaskan dengan baik bahwa "semakin pinter sang dokter maka semakin pinter memasak" Untuk menuju semakin pinternya sang dokter maka ada variable "waktu" yang dia perhatikan!! Pada point (2) saya tidak mendapat keterangan apapun, selain kalimat itu saja. Sehingga saya akan membandingkan dengan point (1) yang memperhitungkan variable "waktu" Kalau memang Bung Nasrul, mengacu nomor (1) terhadap nomor (2), maka akan saya katakan gugur dua-duanya, karena ada suatu unsur/variable "konsistensi" yang tidak dipenuhi dalam pemikiran Bung Nasrul. Dan dilihat dari bahasa populispun, dimana kalimat "seharusnya" itu bermakna suatu "penekanan" untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pemilik opini tersebut. Kalau dilihat dari argumentasi Bung Nasrul pada surat-surat setelahnya saya memaklumi tentang pemikirannya, hanya "kesan pertama" yang ditimbulkan dari topik yang dilemparkan oleh Bung Nasrul adalah kondisi kontradiksi dalam pemikiran saya. peace, erna