From: Usman Maine <[EMAIL PROTECTED]>
To: [EMAIL PROTECTED] <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Tuesday, February 15, 2000 23:51
Subject: Re: [is-lam] Mengurangi Waktu Penelitian Demi Memperoleh IP Sangat
Bagus ?


*****Mahasiswa itu harus bisa menentukan prioritas kegiatannya. Dia juga
harus mengerti ada kewajiban-kewajiban lain yang harus ia tunaikan dalam
sistem pendidikan di perguruan tinggi.

#####Ketika SMA saya pernah memperoleh nilai "8" untuk mata pelajaran
"BIOLOGI" pada pembagian rapor kelas III. Ini murni. Tanpa nyontek. Saya
masih ingat hampir semua materi ujiannya tentang "GENETIKA".
     Ini berarti saya telah mengikuti kewajiban pendidikan SMA sehingga
memperoleh nilai "8". Yaitu belajar GENETIKA berdasarkan ketentuan :
kurikulum dan peraturan.
     Tetapi terus-terang ... kalau ditanyakan lagi materi ujian itu pada
waktu sekarang ... saya tidak mampu menjawabnya. Paling-paling beberapa saja
sehingga kalau diberi nilai hanya memperoleh nilai "3".
     Apakah saya harus pergi ke tata usaha di almamater SMA saya sambil
membawa rapor : "Tolong dong rubah angka 8 untuk mata pelajaran BIOLOGI ini
menjadi angka 3"? Kalau pihak Tata Usaha bertanya, "Kenapa?", saya bilang :
"Soalnya tidak bisa lagi dipertanggungjawabkan dilihat dari kemampuan otak
saya".

*****Pada tahapan dia sedang smt 3, dengan mengambil mata kuliah level 200;
seharusnya ybs bisa mengukur dirinya bahwa even though penelitian dia itu
bermanfaat untuk masyarakat luas... dia bisa menundanya beberapa smt sebagai
materi skrispi setelah smt 6 atau 7
#####Taroklah kalau itu terjadi dalam suasana di mana banyak Indonesia
sedang kelaparan. Apakah harus ditunda juga demi memperoleh IP bagus ?
Padahal dengan hasil penelitian itu diharapkan bisa mengatasi 1000 orang di
antaranya dari kelaparan, meskipun akhirnya akan banyak materi lain
terbengkalaikan.


*****Sementara sambil menunggu datangnya smt.6/7 ybs bisa memperdalam
metodologi penelitiannya, meningkatkan appresiasi pendalaman teori yang
terkait dengan materi mata kuliah 251 tadi.

#####Bagusan mana mempelajari 1000 materi (masing2 100 hal) tetapi tidak
terlalu memahami hubungan interaksi antara hal-hal materi (Materi-1 sampai
Materi 1000)  di banding mempelajari materi-251 (100 hal) tetapi disertai
pola berpikir "permutasi", "kombinasi", dan "kompetisi" antara hal-hal pada
materi 251.


Salam,

Nasrullah Idris


Kirim email ke