Teman-teman Indoz-net semua,

Marilah kita baca contoh salah satu kritikan yang baik dari 
salah seorang    warga   negara Indonesia  yang ditujukan 
kepada Presiden Gus Dur. Selamat membaca dan semoga 
bermanfaat (Yusuf L. Henuk).
------------------------------------
From: [EMAIL PROTECTED]
Date: Tue Feb 15 2000 - 16:01:23 MST 

   SUARA PEMBARUAN DAILY 
_________________________________________________________________ 
    
Surat Terbuka untuk Presiden Gus Dur 

                          Antara Kharisma dan Realita 
                                        
   Christianto Wibisono 
    
ANALISIS 

   WashingTon DC 
    
   Karangan saya dari Washington DC mulai 9 Februari kemarin akan 
   memakai pola Surat Terbuka untuk Presiden Gus Dur, sebagai bagian dari 
   upaya menciptakan budaya politik transparan, accountable, dan 
   menghindari bisik-bisik politik yang penuh hipokrisi dan menyuburkan 
   Ken Arokisme. 
    
   Mudah-mudahan bisik-bisik yang saya teriakkan secara terbuka ini 
   bermanfaat untuk bangsa dan negara Indonesia bila didengar oleh 
   Presiden Gus Dur, yang sangat memerlukan masukan objektif dan 
   komprehensif dari pelbagai pihak. 
    
   Antara Kharisma dan Realita 
    
   Presiden Gus Dur Yth, 
    
   Di Washington, New York, dan Bangkok, serta di seluruh ibu kota dari 
   negara-negara yang mempunyai perhatian terhadap nasib bangsa dan 
   negara Indonesia, terdapat minat yang cukup intens untuk mengikuti 
   dwilomba politik antara Anda dengan Jenderal Wiranto. Ini mirip 
   dwilomba catur para grandmaster yang diliput seluruh media massa 
   internasional. 
    
   Hanya saja taruhannya bukan hadiah uang atau titel grandmaster global, 
   melainkan nasib dari nation state Indonesia, apakah akan mentas 
   menjadi negara demokrasi modern, atau tetap tenggelam dalam negara 
   tradisional yang dikungkung oleh penguasa model warok (junta militer) 
   yang tega mengeksploitasi sentimen primordial untuk dominasi ideologi 
   fasisme dan fanatisme ekstrem. Selama dua minggu jaringan media 
   elektronik dunia meliput langkah-langkah catur Anda dan Wiranto dengan 
   berdebar-debar. 
    
   Saya sendiri karena sudah terbiasa dengan perubahan iklim mendadak di 
   Washington DC dari panas gerah menjadi hujan salju dingin, tidak 
   begitu asing dengan perubahan langkah Anda. Dari hari pertama, kedua, 
   dan berikutnya, Anda memberi sinyal yang terkadang berubah bagaikan 
   ramalan meteorologi yang tidak pernah tepat dan selalu meleset. Atau 
   seperti tango, mundur selangkah untuk maju dua langkah. 
    
   Hari Minggu 13 Maret dalam tempo 12 jam, Anda bisa berubah dari 
   mengalah menjadi sangat desisif dalam menonaktifkan Wiranto dan 
   menunjuk Surjadi Soedirdja sebagai Menko Polkam ad interim, sehingga 
   banyak koran hari Senin telanjur memuat berita keterangan pers Sekkab 
   Marsilam yang masih menyebut status quo. 
    
   Di satunet.com terpampang isu tentang kerusuhan yang akan diledakkan 
   oleh golongan ekstrem yang memakai predikat agama tertentu untuk 
   mendukung Wiranto. Juga diisukan, Edi Sudradjat dan Try Sutrisno akan 
   solider sebagai sesama jenderal TNI. Semua ini menambah kesibukan di 
   Washington DC karena mereka memang sangat mengkhawatirkan kemungkinan 
   kombinasi duet atau perselingkuhan politik antara kelompok militeris 
   model Saddam Hussein dan ekstrem fanatik religi. 
    
   Mereka waswas bila Indonesia sampai jatuh dalam duet selingkuh model 
   tersebut yang menjatuhkan pemerintahan demokratis Gus Dur - Megawati 
   yang ''divonis sekuler''. Padahal AS sudah menempatkan Indonesia di 
   bawah pimpinan Anda sebagai satu model Raksasa Demokrasi Baru berbasis 
   Islam yang compatible dengan Demokrasi Modern, dan karena itu mereka 
   bersedia memberi bantuan 150 juta dolar AS. 
    
   Presiden Gus Dur yang Budiman, 
    
   Elite Washington dan seluruh negara G-8 sedang mengikuti dengan penuh 
   harap terobosan Anda dengan International Scholars Annual Trialogue 
   yang mengumpulkan pemuka agama Samawi di Jakarta. Namun orang yang 
   belajar sejarah dan memantau secara empiris kritis merasa perlu 
   mengingatkan Anda, bahwa Anda barangkali sedang terjebak untuk 
   mengulangi kesalahan Bung Karno di masa lalu dengan politik mercu 
   suaranya. 
    
   Secara intelektual Bung Karno memang hebat dan mempunyai pemikiran 
   yang terkadang terlalu pagi untuk zamannya. Misalnya the New Emerging 
   Forces melawan the Old Established Forces, adalah suatu pemikiran yang 
   kemudian akan terkenal sebagai konflik Negara Kaya Utara melawan 
   Negara Miskin Selatan. Tapi, ketika Bung Karno meluncurkan konfrontasi 
   itu, ia tidak mampu mengkonsolidasikan profil domestik dan rezim 
   nasionalnya. 
    
   Di dalam negeri Bung Karno memelihara dua macan yang siap sa-ling 
   terkam dan saling melenyapkan satu sama lain, yaitu TNI/AD dan PKI. Ia 
   berpidato di Sidang Umum PBB dengan judul ''Membangun Dunia yang 
   Baru''. Tapi di dalam negeri ia tidak mampu menciptakan ekonomi 
   sosialis yang sukses, sehingga timbul kelaparan dan kemerosotan 
   ekonomi yang buruk karena GDP yang malah menurun. 
    
   Anda memang sukses mengumpulkan para pemimpin agama Samawi, tapi jika 
   para provokator dan anarkis serta mobpolitics, yang telah mengacau 
   Indonesia sejak Situbondo ketika rezim Soeharto, ingin memfitnah massa 
   NU sebagai pembakar dan perusak gereja tidak ditahan dan dihukum 
   setimpal, maka kita sedang meluncur pada posisi Bung Karno yang megah 
   di luar, keropos di dalam. 
    
   Sekarang ini pembantaian dan penjarahan telah dilakukan atas nama dan 
   berlindung di balik agama, oleh oknum dan lawan politik Anda secara 
   selingkuh, lihai dan Arokis. Seperti dulu Nero membakar kota Roma dan 
   memfitnah orang Kristen, sekarang juga banyak orang yang memakai agama 
   untuk membantai orang yang seiman, dengan memfitnah orang lain. 
    
   Hitler juga membakar Reichstag dan membantai komunis Jerman. Persis 
   seperti Soeharto yang memfitnah PKI, padahal yang membunuh Jenderal 
   Yani cs adalah Letkol Untung, bekas anak buah Soeharto. Karena itulah 
   Anda mengajak Ibaruri (putri DN Aidit) duduk di samping Anda dan 
   khusus menyebut namanya di depan Presiden Jacques Chirac, sebab 
   Prancis menghormati tradisi suaka politik yang tuntas. Jika tidak ada 
   Prancis, dunia tidak akan mengenal Imam Khomeini sebab Ayatollah itu 
   akan dibantai oleh rezim Shah Iran dengan Savak yang kejam. 
    
   Presiden Gus Dur yang Polos, 
    
   Anda adalah keturunan ketiga dari KH Hasyim Ashari dan KH Wahid 
   Hasyim. Jadi Anda termasuk dalam elite dinasti politik Indonesia yang 
   tidak sekadar mengandalkan darah biru leluhur, karena Anda sendiri 
   adalah cendekiawan dan negarawan dengan kualitas dan kapabilitas 
   intelektual yang sekaligus mempunyai citra kharismatik di mata 
   khalayak. Tapi itu juga merupakan liabilities karena Anda bisa jadi 
   sangat dominan dan untouchables, sehingga tidak ada yang berani 
   mengkritik seperti zaman Bung Karno dan Pak Harto. Ketika semua orang 
   hanya menjilat waktu dibagi kekuasaan, dan mengomel serta dicekal 
   secara politis jika melawan kedua diktator itu, terutama sejak 1960. 
    
   Kharisma Anda barangkali membuat orang tidak berani mengkritik, dan 
   itu memang akan berbahaya bagi bangsa ini. Tapi kritik tanpa usulan 
   jalan keluar sudah lama menjadi alibi para elite dan juga pembelaan 
   rezim Soeharto terhadap para oposan. Saya ingin memberikan kritik yang 
   bersifat korektif konstruktif, sepanjang yang bisa saya lakukan secara 
   spontan dan lugas. 
    
   Saya sangat terkejut membaca bahwa BPPN akan mengadakan road show ke 
   Hong Kong dan Timur Tengah dengan menelan biaya Rp 1,8 triliun hanya 
   untuk mencapai target menjual aset sebesar Rp 22,8 triliun. Ini adalah 
   pengeluaran BPPN yang kedua oleh kepala yang menggantikan kepala yang 
   lama, yang juga membayar jumlah yang setara kepada konsultan asing. 
   Padahal PDBI dengan budget hanya jutaan rupiah, sudah mampu 
   mengidentifikasi apa dan siapa obligor kelas triliunan yang jumlahnya 
   hanya 30 orang. 
    
   Sebetulnya jika situasi politik tidak diganggu oleh provokator SARA, 
   banyak investor yang bobotnya setara dengan Soros yang akan datang 
   dengan jet pribadi. Tapi seperti biasa para investor ini justru 
   dipingpong seperti perlakuan oknum BPPN kepada Rudy Ramli yang memang 
   sengaja digarap untuk menguntungkan cessie paksa Bank Bali ala EGP. 
    
   Saya menelepon Dr Amien Rais dalam rangka menyelamatkan PAN dari 
   perpecahan, dan sempat menyatakan bahwa dengan budget hanya 10% dari 
   yang sudah dikeluarkan BPPN, saya akan bisa mengatur road show untuk 
   menjaring investor AS secara lebih efektif dan produktif. Tapi dengan 
   pengeluaran budget yang belum apa-apa sudah hampir Rp 4 trilliun oleh 
   BPPN sejak zaman Glenn Yusuf, maka memang telah terjadi kemubaziran 
   yang luar biasa dalam mengelola aset negara secara produktif. 
    
   Saya mengungkapkan ini sebagai masukan untuk penghematan uang negara 
   yang tidak perlu lagi dibelanjakan untuk show yang mewah dan megah. 
   Ibarat orang menjual rumah dan pabrik karena bangkrut tapi dengan 
   mengundang artis dan berdansa-dansi. Tidak ada sense of keprihatinan 
   di sini. Kantor BPPN malah lebih mewah daripada kantor George Soros 
   yang pernah saya datangi bersama Amien Rais bulan Maret 1999. 
    
   Mental mewah dan tidak produktif inilah yang harus dikoreksi bersamaan 
   dengan terobosan langkah-langkah raksasa Anda seperti Trialogue Agama 
   Samawi dan diplomasi global maraton. Anda harus memperhatikan dan 
   mengendalikan pejabat teras Anda, agar Anda tidak mengalami nasib yang 
   sama dengan Bung Karno. Punya gagasan besar tapi disabot oleh bawahan 
   dan sekitar yang tidak mampu, tidak becus dan tidak concern dengan 
   semangat juang yang Anda gariskan. 
    
   Minggu depan saya akan menulis lagi lebih panjang soal utang dan 
   ekonomi yang memerlukan kenegarawanan Anda. Dan yang lebih penting 
   adalah pelaksanaan di lapangan dari terobosan kebijakan Anda yang 
   memang berbobot strategis, tapi pelaksana di kabinet dan jajaran 
   birokrasi lamban atau barangkali memang perlu direformasi, supaya Anda 
   sukses melaksanakan terobosan kaliber global. Tanpa laporan objektif 
   dari lapangan saya khawatir Anda akan jadi seperti Bung Karno dulu, 
   yang sampai di Kairo tahun 1965 masih bergaya flamboyan dan nyaris 
   arogan. 
    
   Tapi orang mengerti bahwa ekonomi Indonesia waktu itu sudah bangkrut. 
   Jangan sampai orang terpukau Anda mampu mendatangkan tokoh tiga agama 
   dunia, tapi di depan hidung kita para provokator dan anarkis yang 
   membakari tempat ibadah agama lain masih berkeliaran bebas tanpa 
   hukuman. Jangan sampai Anda berpidato menghemat, tapi birokrasi Anda 
   masih bermental mumpung dan business as usual seperti bermewah model 
   zaman mark up rezim Soeharto. 
    
   Semua ini saya tulis hanya dengan pamrih, ikut menyumbang pemikiran ke 
   arah pengentasan negara dan bangsa Indonesia dari keterpurukan ekonomi 
   dan citra sebagai bangsa yang beradab dan modern. u 
---

Kirim email ke