Wa'alaikumussalam wr. wb.
-----Original Message-----
From: A. Marconi [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, August 31, 2005 6:37 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [is-lam] RE: Penundukan Ajaran Agama di bawah Kendali Akal ?

Assalammu'alaikum wr wb,
 
 Al-Quranu Al-Karim dengan tegas MEWAJIBKAN manusia mempergunakan akal-fikiran, hati dan peralatan penginderaan untuk digunakan memahami ayatullah, tanda kemahakuasaan Allah swt yang tersebar di alam semesta
seisinya. Ini berarti manusia harus melakukan penyelidikan terhadap bagaimana unta dilahirkan, manusia diciptakan, angin dihembuskan, gunung-gunung dipancangkan dsb dsb. Dan apabila telah faham maka akan dapat secara sadar dan sukarela BERISLAM kepada Allah swt saja. Dapatkah kita mengerti ini semua hanya dengan mempergunakan FANATISME terhadap Al-Dinu
Al-Islam sebagai satu-satunya Al-Din yang diridzhoi Allah swt sebagaimana yang telah terjadi selama hampir limabelas abad ini?
[a.s. ] Setuju Pak Marconi, itulah kenapa di isnet beberapa waktu lalu saya pernah tulis bahwa memahami Islam itu ada dua cara, dengan FITRAH dan SYARA'.
Dan fitrah ini adalah bagian dari AKAL (termasuk didalamnya INDERA lainnya?). Tetapi kalo memahami Islam hanya dengan menggunakan akal saja tetap masih ada kekurangannya, pemahaman Islam dengan menggunakan AKAL (Fitrah) ini menurut saya adalah pemahaman Islam ditingkat awal yang seharusnya berlanjut memahami Islam secara syari'at.
Saya pribadi berprinsip penggunaan akal adalah memang wajib, karena akal ini merupakan NIKMAT dari ALLOH SWT, artinya ketika kita malas menggunakan akal disitulah kita telah melakukan penghianatan terhadap fungsi akal.
Dalam hal penggunaan AKAL ini bisa saya ilustrasikan sbb:
Bila ada seorang anak yang sejak kecil ia tertinggal di sebuah pulau TANPA ORANG TUA. tetapi ia hanya hidup degnan alam disekitarnya yang mungkin pengasuhnya adalah gorila, maka jadilah ia TARZAN.
Ia hidup dengan belajar dari alam sekitarnya dengan menggunakan AKALnya. ia hidup sesuai dengan fitrahnya, ia hidup mengikuti keteraturan alam disekitarnya, ia hidup dengan pasrah mengikuti apa yang terjadi disekitarnya. ISLAM kah seorang tarzan?, menurut saya dia adalah ISLAM, tetapi masih berada pada tingkatan yang sangat awal, yang masih belum sempurna, karena belum sesuai dengan syari'at. Islam nya baru sekedar pasrah, berserah diri mengikuti KEHENDAK NYA.
Jika seorang TARZAN sudah DEWASA (baligh) sudah dapat menggunakan AKAL nya dengan lebih baik, maka pasti (kemungkinan besar) dia ingin keluar dari pulau tersebut, ingin mengetahui apa yang ada dan terjadi diluar pulau tersebut. Keinginan seperti ini adalah karena adanya AKAL (termasuk didalamnya FITRAH, dan INDERA lainnya) seperti keinginan seorang anak kecil yang baru bisa jalan maka ia akan selalu ingin keluar rumahnya, ingin mengetahui apa yang ada di LUAR. Keingin tahuan ini adalah FITRAH yang ada pada manusia yang dialiri oleh ALLOH SWT dimana DIA adalah yang MAHA MENGETAHUI. Sampai disini maka fungsi akal masih sangat berperan, dominan.
Tetapi bila si tarzan kemudian didunia luar dia bertemu dengan orang KAFIR bukan orang ISLAM, maka apa yang terjadi?,
maka kemungkinan si tarzan pun menjadi KAFIR. Ketika ini terjadi maka AKAL akan sulit menjawabnya, kenapa ini terjadi, kenapa harus ADA KAFIR dan ISLAM, kenapa tidak sebaiknya si tarzan diam saja di pulau tersebut agar tetap dengan ke ISLAM annya yang seperti itu. Bila sudah sampe disini maka untuk memahami nya diperlukan syara' supaya kita mengetahui, didalam syara' (al-Qur'an) lah hal ini dijelaskan.
Akal seorang tarzan tentu akan sangat-sangat berbeda dengan akal seorang CN yang baru saja pergi, tetapi sifat dasarnya akan tetap sama selama fitrah nya belum terkotori, seperti yang terjadi pada nabi Ibrahim a.s.
Yang jadi pertanyaan adalah bila ada seorang yang karena ayah/ibu nya Islam tapi tidak/belum mampu melakukan seperti yang bapak sebutkan di atas, bagaiamana dengan ke Islaman nya?
Sampe sekarang pun akal saya belum bisa memahami, kenapa saya harus mengulang wudhu saya karena saya kentut, maaf kenapa tidak harus saya cebok saja misalnya, tetapi ini tetap saya kerjakan karena wudhu itu wajib bagi orang yang akan sholat, dan tata carany sudah diatur oleh syara'.
Begitu juga dengan usia lanjut, akal akan sulit mencari argumen kenapa ada orang yang sudah sangat uzur tapi Alloh belum memanggilnya padahal hidup sendiri baginya adalah sebuah penderitaan.
Kalolah kita mau merenung sejenak, maka kita akan tahu bahwa semua yang diciptakan Alloh itu pasti ada manfaat nya dan tidak sia-sia, seperti yang syara' katakan. Artinya penciptaan FANATISME dalam setiap individu-individu ini pun bukan lah hal yang sia-sia. Dengan adanya FANATISME maka kita akan tahu apa itu TOLERANSI, seperti juga penciptaan AMARAH dan KESEDIHAN, mungkin akal kita akan bertanya untuk apa ada AMARAH, padahal dengan adanya amarah kita jadi tahu apa itu SABAR, begitu juga dengan kesedihan maka kita jadi tahu apa itu KENIKMATAN/KEBAHAGIAAN, kembali lagi pada syara' maka semua yang dictakan Alloh itu tidak ada yang sia-sia.
Artinya ketika AKAL belum mampu menjangkau nya, sementara yang namanya TAKLIF itu harus tetap dijalankan, dengan demikian bukan Ajaran Agama dibawah kendali AKAL, tetapi AGAMA lah yang harus mengendalikan AKAL.
 
 Rasulullah Muhammad saw semasa kanak-kanaknya tidak dapat mengerti mengapa para kakek, paman, saudara-saudara sepupunya mengabdi berhala-berhala yang digantungkan di dinding Ka'bah atau ditaruh di sekitarnya. Apa sebabnya? Karena beliau
sekalipun masih dalam masa kanak-kanak sudah mampu mempergunakan akal-fikiran dan seluruh perlengkapan penginderaan serta hati sucinya untuk dengan sadar dan sukarela mengenal kepalsuan ilah-ilah yang diabdi itu dan
MENCARI ilah yang pantas diabdinya. Beliau TIDAK menyandarkan diri kepada fanatisme tradisi sukunya yang sudah berabad-abad melaksanakan pengabdian kepada berhala. Dan penyelewengan dari TRADISI nenek-moyang bagi masyarakat nomad Timur-Tengah pada waktu itu tidak dapat ditolerer. Jadi resiko yang beliau ambil sungguh tak terbayangkan bagi seorang bocah, ini berkat beliau berfikir dan mempergunakan akalnya.
[a.s. ]  Boleh saja bapak bependapat demikian, tetapi pemilihan seseorang menjadi nabi atau wali Alloh itu adalah hak prerogatif Alloh semata, dalam hal ini sebenarnya terjadi pengkhususan Alloh kepada makhluk-Nya. Jadinya seorang Muhammad menjadi rasul itu bukan sekedar hanya karena menggunakan akalnya semata dari yang bersangkutan, pada tataran ini menurut saya bukan AKAL lagi yang bekerja, dan ini menurut saya adalah MASYIYAH ILAHIYAH, artinya Alloh maha mengetahui kepada siapa amanah itu harus dibebankan sesuai dengan kehendak-Nya, dan ini pun tertulis dalam al-Qur'an bahwa Alloh akan melebihkan sebagain dari kalian agar saling dapat mempergunakan.
 
QS 2:253
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas
sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata
(langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya
beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada 'Isa putera Maryam beberapa
mu'jizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau
Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang
(yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka
beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di
antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang
kafir.  Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka
berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang
dikehendaki-Nya " .
 
Gejala munculnya ISLIB dan pemikir Muslimin seperti cak Nur dll serta kecenderungan dalam tubuh masyarakat Muslimin Indonesia dewasa ini adalah  pengulangan kejadian sejarah semasa kesadaran nasional Indonsia yang baru tumbuh bergulat melawan belenggu kolonialisme Belanda di mana beberapa tokoh Muslimin Indonesia pada zaman penjajahan Belanda dahulu menyangka bahwa Sosialisme dan Komunisme merupakan usaha realisasi ide-idea Al-Dinu Al-Islam
dalam jajaran keadilan sosial dan kesetaraan politik. Sehingga banyak anggota Syarekat Islam (SI) bergabung ke dalam Partai Komunis Hindia (PKI) dan ISDV (Indiesche Sociaal Democratische Vereneging).
[a.s.] Saya tidak yakin bahwa apa yang bapak katakan itu adalah memang benar ada dalam fikiran orang-orang Islam dahulu (SI misalnya) karena kalo memang memahami Islam dengan sebenarnya maka SAMA RATA-SAMA RASA dalam Islam itu tidak ada, karena yang Alloh katakan adalah sbb:
  
QS 6:165
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan
Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa
derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.
[a.s.]  Tetapi kalo yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu harus dikuasai oleh pemerintah itu adalah benar, mungkin malah lebih mengarah pada FEDERAL dari pada SOSIALIS atau KOMUNIS.
Wassalamu'alaikum wr. wb.
a.s. 
_______________________________________________
is-lam mailing list
is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke