Assalamu'alaikum wr. wb. Belakangan ini saya sering merenenung apakah pola-pola 'keberagamaan' kita ini sudah benar (mestinya sih cuek saja yach..ngapain pusing-pusing) ?, apakah tidak ada yang salah dengan 'keberagamaaan' khusus nya muslim Indonesia ini.
Kalo kita ke mesjid mungkin masih bisa ikhlas memasukkan uang ke kotak mesjid selembar pecahan sepuluh ribu, tapi kalo melihat pengemis di jalanan mau memberi selembar lima ribu saja rasanya kok berat ya, saya cari-cari dulu diselip-selipan mungkin masih ada pecahan seribu rupiah, kalo ada saya kasih kalo gak ada terkadang mesti mikir dulu kasih-gak, kasih gak.... seribu alasan saya cari, kalo dikasih ntar mendidik malaslah, inilah itu lah dll. dll. Sulit yah mo berbagi itu...hihihihi.. ADA APA DENGAN 'AGAMA'[EMAIL PROTECTED], atau ADA APA DENGAN DIRI SAYA [EMAIL PROTECTED]@ Kita juga terkadang merasa sudah bahagia, senang, cukup( padahal saya pernah nulis orang hidup gak boleh merasa cukup) kalo sudah mejalankan hal-hal ritual (ibadah, wajib atawa sunnah), padahal disekitar kita masih banyak orang orang kekurangan, cuman masalahnya gimana kita mo bantu lha wong kita aja sekarang sering mengalami kesulitan, bener gak?..., nggak juga gak apa..hehehe. Mayoritas dari kita lebih suka melakukan kajian-kajian(majelis Ta'lim, dll) yang melulu Teosentris/Teologi , baik dari kalangan ulama nya ataupun dari kalangan 'abangan/awam. Mengapa tidak dicoba kajian itu lebih mengarah pada Antrophosentris/Antrophologi. Saya kira mayoritas dari kita (Muslim) TAHU bahwa tidak dijadikannya Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah. Tapi mungkin tidak menutup kemungkinan juga bahwa sebagian besar/kecil dari kita tidak/kurang TAHU pengertian/definisi/implementasi...dll. sampai dengan dampak ibadah itu seperti apa sih. Disinilah saya ingin berdiskusi pada sodara-sodara di ISNET yang TAHU mungkin bisa kasih pencerahan, beramal dengan ilmunya seharusnya yang namanya 'IBADAH itu gimana, kapan, harus sperti apa, kalo melaksanaknnya benar akan bagaimana, bla,bla,bla....dll. Kayaknya sih (kira-kira), kalo kita memahami al-Qur'an dan al-Kaun dengan benar mestinya kalo kita tidak tahu, maka KETIDAKTAHUAN seharusnya menjadi kendaraan bagi kita untuk berada pada jalan PENGETAHUAN agar sampai pada tempat TAHU, karena kita hidup berproses, kontinyu. Terkadang kita juga cenderung 'setuju dalam kondisi tertentu terjadi anarkis (beberapa kali dibahas di ISNET)selama masih dikemas 'agama' (dulu juga saya berprinsip seperti itu). Seringkali saya merenenung apakah 'agama' hanya sekumpulan teks-teks suci/ nash-nash agung yang kaku. Bukankah agama itu seharusnya memberikan maslahat pada ummatnya? Mungkin memang pola-pola keberagamaan sekarang sudah berbeda dengan pola-pola keberagamaan jaman Rasul SAW, Sahabat, Tabi'in, dan generasi salaf. Rujukan yang digunakan umat Islam selama ini adalah al-Quran, Hadits, Ijma, dan Qiyas, dan ini seolah-olah SUDAH MAPAN. Ijma adalah kesepakatan kaum muslim, sementara Jami'atul Muslimin itu sekarang tidak ada, jadi kalo ada pernyataan kesepakan umat Muslim, maka akan timbul pertanyaan umat Muslim yang mana? karena yang ada sekarang adalah Jami'atul minal muslimin. Begitu juga Qiyas, (analogi/tamtsil), apakah bisa yah tempat/waktu/ dll tidak sama dibandingkan ntar gak 'aple to aple', gimana tuh ada yang bisa jelasin sodara di isnet untuk dijadikan bahan diskusi?. Apakah sekarang mungkin sudah terjadi pergeseran dari IJMA dan QIYAS menjadi TRADISI/KEBIASAAN, apa iya begitu. Begitu juga dengan ZAKAT, kalo dulu hanya aspek IBADAH saja, apakah sekarang sudah mengalami pergeseran bukan hanya aspek ibadah saja yang ada pada zakat, tapi juga aspek MUAMALAH. Tapi ntar dicap BID'AH gak ya???, karena nanti BID'AH--->SESAT--->NAAR! Semoga ada yang komentar supaya milis ini rame lagi dengan diskusi. Oh ya untuk mas/mbak Uwik, ada hadits dari rasul saw, untuk masalah ruqyah itu ada keringanan, boleh. Silahkan di baca kitab FATHUL MADJID. Wassalamu'alaikum wr. wb. a.s. NB: Judul diatas "Bagaiamana.... Yang Benar..", padahal saya itu pernah dikasih tahu gus kamu ndak perlu tanya gimana/siapa yang benar, nanti akan subjektif, karena pasti akan muncul..."Menurut Saya.."... jadi harus gimana yah... _______________________________________________ is-lam mailing list is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam