JK Ingin 'Fair Trade' bukan 'Free Trade'

By Republika Newsroom
Senin, 18 Mei 2009 pukul 22:36:00

JAKARTA--Calon presiden dari Partai Golkar Jusuf Kalla (JK) mengatakan
pihaknya mengusung misi kemandirian ekonomi bangsa yang didasarkan pada
konsep perdagangan yang adil (fair trade) bukan perdagangan bebas (free
trade) yang cenderung merugikan negara berkembang seperti Indonesia. 
"Dulu IMF (Dana Moneter Internasional) memaksa kita membebaskan impor
berbagai produk seperti beras dan gula, siapa saja boleh impor. Kayu bebas
diekspor berapa saja. Sudah berlangsung setahun saya minta itu dicabut.
Maunya mereka bubarkan Bulog dan yang penting pro-pasar. Saya lawan itu.
Saya bilang, ini negara saya bukan negara kamu. Kita ingin yang `fair`,
bukan `free trade`, tapi `fair trade`," kata JK dalam dialog Pilihan
Presiden yang digelar Kadin Indonesia, di Jakarta, Senin. 
Menurut JK, semua negara pasti tidak menginginkan kebijakan yang terlalu
liberal seperti yang ditawarkan IMF itu. "Itu berlaku untuk siapa saja,
semua `emerging country` ingin seperti itu (fair trade),"ujarnya. 
Ia menilai kebijakan IMF itu justru akan merugikan karena produk lokal akan
kalah bersaing dengan produk impor. 
"Jangan mereka menjual mahal pada kita tapi membeli murah barang kita,"
tegasnya. JK menilai usulan IMF itu merupakan konsep neoliberalisme yang
harus dilawan. 
JK menegaskan pihaknya membawa misi untuk membina ekonomi kebangsaan yang
mandiri. 
"Kita bisa mandiri karena kita sangat mampu dan kaya. Selama ini kita tidak
menggunakan kemampuan kita untuk mengelola kekayaan alam kita," katanya. 
Menurut dia, selama ini Indonesia terlalu bergantung pada orang asing. Ia
mencontohkan proyek pembangunan bandara yang masih menggunakan kontraktor
asing dari Jepang dan Prancis. Padahal, kontraktor lokal pun mampu
mengerjakannya. 
JK menyebut proyek pembangunan jalan di Sumatra yang diserahkan pada
kontraktor lokal yang dinilainya lebih baik. 
Selain itu, JK menyebutkan pentingnya menumbuhkan daya saing produk lokal
terhadap produk asing dengan melindungi merek lokal. "Kita harus punya rasa
bangga terhadap produk lokal. Beli fungsinya bukan mereknya," tuturnya. 
Sementara itu, terkait pemanfaatan sumber daya energi, JK mengatakan
kebijakan energi seharusnya diutamakankan hanya untuk kepentingan bangsa. 
"Kalau ada kelebihan kita ekspor tapi utamakan kepentingan bangsa dulu.
Jangan ekspor gas, lalu kita pakai diesel yang mahal, listrik kita jadi
mahal, orang lain malah murah," tuturnya, 
Menurut JK, pembatalan kontrak ekspor gas dengan negara lain tidak masalah
jika tujuannya untuk kepentingan bangsa. 
"Kalau ada risikonya, kita tanggung bersama-sama,"tegasnya. 
Ia mencontohkan negosiasi ekspor gas Blok Natuna dengan Exxon yang
dibatalkan. 
Pasar tradisional 
Pada kesempatan itu JK juga mengatakan pentingnya menjaga keseimbangan
perkembangan pasar tradisional yang melibatkan penghidupan banyak
masyarakat. 
"Pasar modal penting, tapi lebih penting Pasar Tanah Abang. Pasar modal
penting untuk perbankan kalau pasar modal hancur, hancur semua mati karena
pasar modal mencari uang, sedangkan Pasar Tanah Abang tempat mencari
penghidupan,"ujarnya. 
Pertumbuhan ekonomi Indonesia, lanjut dia, tidak hanya bergantung pada
pergerakan indeks di bursa saham saja namun juga dipengaruhi perkembangan
pasar tradisional yang ada di seluruh Indonesia. 
"Pasar modal hanya `seasonal` (musiman), tahun ini boleh turun, tahun depan
bisa naik, unsurnya spekulasi, karena itu pasar tradisional harus dijaga
jangan hanya tergantung pada indeks BEJ," katanya.ant/pur

Alkhori M

Alkhor Community

Qatar

 

_______________________________________________
Is-lam mailing list
Is-lam@milis.isnet.org
http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam

Kirim email ke