Campur tangan Bank of England Menyingkap Kesalahan mendasar Teori-teori 
Kapitalisme. 
   
  Baru-baru ini, Bank-bank pusat Negara-negara G7 mengumumkan   mengatur secara 
bersama suntikan dana sebesar  $ 50 bilion pada sistem keuangan mereka. Hal ini 
 merupakan  bukti kesalahan  sistim kapitalisme; pada teori moneter; dan pada 
penerapan kebijakan-kebijakan ekonomi ala barat ke seluruh dunia , seharusnya 
pemerintah  tidak terlibat dalam urusan komersial.  Ini juga merupakan 
pengakuan yang jelas bahwa politik yang pragmatis untuk menyelamatkan pasar 
uang dari kehancuran pada akhirnya menjadi suatu keharusan . Teori-teori 
keuanganpun  tidak terbukti. Semuanya berawal dari bangkrutnya sebuah bank 
kecil, Northern Rock, yang menginventasikan modal dalam jumlah besar pada 
hipotik pasar perumahan untuk masyarakat kurang mampu (sub-prime housing market 
mortgages). Keruntuhan bank itu menghancurkan juga banyak aksioma ekonomi 
kapitalis bahwa pasar modal mereka adalah efisien, harga saham menunjukkan 
nilai yang sebenarnya dari sebuah perusahaan; dan  informasi yang sempurna
 dan kompetisi di pasar yang secara otomatis akan menjamin adanya alokasi dana 
pada wilayah-wilayah ekonomi yang paling produktif. Semua asumsi ini adalah 
prinsip-prinsip dasar dari sistim kapitalisme. Namun  ternyata terbukti telah 
gagal seperti yang terjadi pada  Bank Northern Rock. 
  Para ahli ekonomi yang berhaluan moneter tidak percaya akan adanya 
intervensi. Berabad-abad hal ini menjadi perselisihan  antara ahli ekonomi 
aliran moneter dengan ahli ekonomi aliran Keynesian (John Maynard Keynes). 
Namun, ahli ekonomi moneter Bank of England mendukung Northern Rock dengan 
bantuan sebesar  £ 3 juta per minggu dan telah mengumumkan secara terbuka 
bantuan sebesar jutaan dolar itu. Tujuannya agar   pasar uang yang lancar dan 
efisien. Hal ini secara fundamental bertentangan dengan pendapat para pendiri 
monetarisme seperti Milton Friedman yang beranggapan bahwa intervensi 
pemerintah di pasar adalah sumber ineffesiensi dan akar dari kegagalan ekonomi 
dan keuangan. Krisis yang berlarut-larut ini  menyingkap kebijakan utama Barat  
terhadap Negara-negara berkembang – yakni kebijakan : lakukan seperti yang saya 
katakan, bukan seperti yang saya lakukan (do as I say, not as I do). 
Negara-negara berkembang terus diceramahi, dipengaruhi, tapi kebanyakan dipaksa 
untuk
 melakukan hal itu melalui persetujuan pinjaman struktural baik dengan syarat 
bilateral maupun multilateral untuk mengadopsi kebijakan-kebijakan seperti 
pemotongan tarif perdagangan; pemotongan pembelanjaan publik; dan pembukaan 
sumber-sumber domestik  dan pasar energi untuk berkompetisi dengan pihak asing. 
Hal ini dilakukan berdasarkan laissez faire theory (teori yang menyebutkan 
bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur dalam urusan komersial) yang dogmatis. 
  Teori ini memang didorong oleh motivasi kapitalis, walaupun 
kebijakan-kebijakan ini amat membahayakan ekonomi Negara-negara berkembang. 
Termasuk membahayakan  tersedianya kebutuhan-kebutuhan dasar bagi kelompok 
masyarakat yang amat memerlukan dukungan Negara untuk sekedar bisa survive. 
Sikap yang bermuka dua dan tindakan standar ganda ini menunjukkan secara jelas 
sikap tidak jujur dari kebijakan barat di negeri mereka sendiri.  Mereka dengan 
suka rela terlebih dulu melakukan asumsi-asumsi pasar bebas untuk melindungi 
ekonomi mereka. 
  Sebaliknya  masyarakat di Negara-negara berkembang dipaksa untuk melaksanakan 
prinsip-prinsip ekonomi yang berbahaya ini, karena Barat tahu akan akibat dan 
penderitaan yang amat serius yang akan dirasakan oleh masyarakat yang lemah. 
Tak urung, hal  ini  menyingkap sifat dasar sistim kapitalis yang eksploitatif: 
sebuah sistim yang didasarkan hanya pada keuntungan personal yang tidak dapat 
mengangkat kesejahteraan semua penduduk dunia. 
   

       
---------------------------------
 Support the World Aids Awareness campaign this month with Yahoo! for Good

Kirim email ke