WALIMATUS SAFAR

Entah siapa yang pertama kali menamai ritual ini dengan Walimatus safar. Karena 
kalo dilihat dari segi bahasa, artinya agak aneh. Walimah itu artinya Pesta, 
safar itu artinya Perjalanan. Acara ini lagi rame-ramenya di komplek simbah. 
Dalam seminggu ini sudah 3 undangan simbah terima. Dan belum satupun undangan 
simbah datangi.

Acara ini dhohirnya adalah ajang pamitan bagi jamaah calon Haji yang hendak 
berangkat ke tanah suci. Tapi di dalam lubuk hati yang paling ndlesep, simbah 
merasakan adanya kejanggalan dan celah, yang mana syetan bisa memanfaatkan 
celah tersebut agar manusia tergelincir. 

Simbah merasakan janggal, karena biasanya yang namanya orang pamitan, justru 
dia yang datang ke orang yang bersangkutan trus tinggal bilang pamit. Sambil 
meninggalkan pesan seperlunya. Ini malah yang mau dipamiti diundang, disuruh 
datang ke rumahnya. Secara adab kewalik, jadinya malah kurang adab. 

Kemudian kalau memang intinya pamitan, mengapa untuk kepergian ke tempat-tempat 
jauh yang lain, yang juga memakan waktu lama mereka tidak mengadakan acara yang 
serupa? Simbah belum pernah melihat TKW yang mau berangkat ke Luar Negeri misal 
ke Kuwait, bahkan ke Arab Saudi, mengadakan yang namanya Walimatus Safar ini. 
Padahal jarak kepergiannya sama-sama jauh dan bahkan lebih lama. Juga gak 
pernah ada mahasiswa yang mau kuliah di LN dumadakan ngadain Walimatus Safar 
macem priyayi-priyayi yang mau munggah kaji itu.

Mungkin ada yang beralasan, ini acara khusus untuk pergi haji saja. Kalo khusus 
untuk haji, ini masuk bagian mana dari Haji? Rukunnya, sunnahnya atau 
wajibnya?? Setahu simbah gak ada tuh di ketiga kategori ini yang namanya 
walimatussafar.

Selain bermasalah dari segi adab, acara ini bermasalah dari segi amalan. Suatu 
amalan yang baik adalah amalan yang ikhlas. Menjaga agar amalan kita ikhlas 
adalah hal yang susah. Dengan menghadirkan orang ke rumah sambil woro-woro mau 
naik Haji adalah perbuatan yang beresiko tinggi. Simbah gak mengatakan kalo 
amalan orang tersebut jadi gak ikhlas. Tapi yang jelas akan semakin susah 
menjaga keikhlasan.

Haji adalah ibadah mahal. Untuk bisa menjalankannya butuh persiapan besar. 
Setan gak suka lihat amal sholeh manusia dinilai baik. Maka setan selalu 
mencari celah untuk bisa merusak amal manusia. Sudah sepantasnya kita yang mau 
beramal, berusaha menjaga amalan kita tetap ikhlas, tidak bertendensi apapun, 
dan tidak membanggakan amalan kita di depan makhluk.

Kalo hal ini tidak diperhatikan, maka setiap tahun negeri kita ini hanya 
mengirim orang-orang yang rusak amalannya. Ratusan ribu gundul tiap tahunnya. 
Pulang dari haji, yang korupsi tetep korupsi, yang ngrampok kembali ngrampok, 
yang jadi mucikari tetep saja mucikari. Bedanya ada tambahan titel "H" di depan 
namanya. 

===============================

Ass Wr Wb.

Pak Ustadz, mohon pencerahannya berdasarkan Al-Quran atau Hadist,
tentang walimatuh safar (sebelum berangkat haji) dan aqiqah,
Jazakumullah K. Katsira 

Wassalam,
pung

Pung Purwanto
pung at eramuslim.com 

Jawaban
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Walimatussafar

Sampai saat ini kami masih belum menemukan dalil yang secara langsung 
menyunnahkan kita mengadakan acara ritual khusus yang disebut sebagai 
walimatus-safar. Kami tidak menemukannya baik di dalam Al-Quran maupun di dalam 
hadits nabi SAW.

Dalam pandangan kami, kalau pun praktek mengundang tetangga atau kerabat 
menjelang kepergian dilakukan, mungkin lebih dimotivasi karena ingin melakukan 
perpisahan sambil melakukan penyampaian washiat. Sebab melakukan perpisahan dan 
berwashiat menjelang safar (perjalanan) memang bagian dari hal yang dianjurkan.

Kami juga mendapati adanya anjuran untuk melakukan shalat sunnah safar dua 
rakaat sebelum keberangkatan. Dan dianjurkan setelah membaca Al-Fatihah untuk 
membaca surat Al-Kafirun di rakaat pertama dan surat Al-Ikhlas di rakaat kedua.

Selebihnya yang kita dapati dalilnya justru penyambutan ketika seseorang 
kembali dari haji. Di mana para ulama mengatakan dianjurkan untuk memberikan 
ucapan doa dan selamat kepada yang bersangkutan.

Aisyah berkata bahwa Zaid bin Haritsah tiba di Madinah sedangkan Rasulullah SAW 
sedang ada di rumahku. Maka beliau mendatanginya dan mengetuk pintu, lalu 
beliau menghampirinya, menarik bajunya, memeluknya dan menciumnya." 

Juga boleh diucapkan selamat atau doa kepadanya seperti lafadz berikut:

Semoga Allah mengabulkan haji Anda, mengampuni dosa-dosa Anda serta mengganti 
nafkah Anda. 

Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah SAW bila kembali dari suatu peperangan atau 
haji atau mrah, beliau bertakbir 3 kali kemudian mengucapkan: Tidak ada tuhan 
yang Esa tidak sekutu baginya. Baginyalah Kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia 
atas segala sesuatu Maha Kuasa. Orang-orang yang kembali, orang yang taubat, 
orang yang beribadah, orang yang bersujud, orang yang memuji. Benar dalam 
janji-Nya menolong hamba-Nya serta menghancurkan sekutu dengan sendirian. (HR. 
Bukhari)

Ritual Aqiqah

Sedangkan ritual menyembelih kambing aqiqah, jelas sekali masyru'iyahnya di 
dalam sunnah nabawiyah. Aqiqah adalah sembelihan yang dilakukan sebagai 
ungkapan rasa syukur atas kelahiran seorang bayi. Jumhurul ulama menyatakan 
bahwa hukum aqiqah adalah sunnah muakkaddah baik bagi bayi laki-laki maupun 
bayi perempuan. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada hari ke tujuh (ini yang 
lebih utama menurut para ulama), keempat belas, dua puluh satu atau pada 
hari-hari yang lainnya yang memungkinkan.

Rasulullah SAW bersabda, "Setiap yang dilahirkan tergadai dengan aqiqahnya yang 
disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya dan dicukur rambutnya serta 
diberi nama." (HR Ahmad dan Ashabus Sunan)

Yang lebih utama adalah menyembelih dua ekor kambing yang berdekatan umurnya 
bagi bayi laki-laki dan seekor kambing bagi bayi perempuan.

Dari Ummi Kurz Al-Ka'biyyah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 
"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang berdekatan umurnya dan untuk anak 
perempuan satu ekor kambing." (HR Ahmad 6/422 dan At-Tirmidzi 1516)

Wallahu a`lam bishshowab. Wassalamu `alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 
Ahmad Sarwat, Lc.

=============================

Bersabarlah! 

Sebelum meninggalkan Tanah Air biasanya jamaah haji dinasehati untuk selalu 
bersabar selama di Tanah Suci. Nasehat semacam ini tidak pernah ketinggalan 
disampaikan oleh para alim ulama, kyai atau ajengan. Terutama pada saat-saat 
walimatus safar atau acara selamatan untuk melepas keberangkatan ke Tanah Suci.

Nasehat ini patut diperhatikan dan direnungkan. Karena dalam Alquran kita juga 
disuruh untuk bersabar selama menunaikan ibadah haji. Selama berihram misalnya, 
jamaah haji bukan saja disuruh untuk tidak marah, bahkan dilarang untuk 
membunuh serangga dan merusak tanam-tanaman. 

Melalui rukun Islam yang kelima ini, di Tanah Suci jamaah akan dipertemukan dan 
'dipersaudarakan' oleh Allah dengan jamaah dari berbagai negara. Ibadah haji 
yang dihadiri jutaan jamaah merupakan kongres atau pertemuan umat Islam 
sedunia. Sementara saat wukuf di Arafah diibaratkan sebagai 'padang mahsyar'. 

Berada di negeri yang jauh dan asing, tinggal dalam satu ruangan yang ditempati 
enam atau tujuh pasangan, jamaah harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan 
ini untuk selama lebih dari sebulan. Suatu yang sangat berlainan dengan keadaan 
di kediaman kita sendiri. Hidup dalam kondisi demikian, orang yang berhaji akan 
diuji kesabarannya, ketabahannya, kesetiakawanannya, keimanan dan ketakwaannya. 

Dari pengalaman tahun-tahun lalu ada beberapa jamaah Indonesia yang terganggu 
ibadah hajinya. Penyebabnya tidak lain karena kurang siap menghadapi berbagai 
ujian dan cobaan selama menunaikan ibadah haji. Seperti terjadi pada ibadah 
haji tahun 1994. Seorang jamaah dari Makassar pernah memukul orang Mesir 
setelah keduanya cekcok. Akibatnya ia harus berhubungan dengan polisi setempat 
dan nyaris gagal ibadah hajinya. Penyebabnya, karena kopor jamaah haji dari 
Makassar ini tidak segera diangkat oleh kuli dari Mesir. Untungnya masalah ini 
akhirnya diselesaikan oleh Kantor Urusan Haji di Jeddah. 

Memang, setibanya jamaah tiba di bandara King Abdul Azis, Jeddah, kesabarannya 
sudah mulai diuji. Di sini jamaah harus sabar menunggu giliran selama 
berjam-jam saat pemeriksaan koper-koper. Untuk itu mereka harus memaklumi 
betapa sibuknya petugas imigrasi di Arab Saudi menghadapi barang dan jamaah 
yang berdatangan dari berbagai negara. 

Masih banyak kasus lain yang bisa diceritakan para petugas yang biasa menangani 
berbagai persoalan jamaah. Intinya hampir sama, ibadah haji menuntut kesiapan 
mental spiritual. Mengingat selama berada di Tanah Suci berbagai ujian akan 
dihadapi oleh jamaah haji. 

Ada beberapa tips dan informasi yang diberikan oleh petugas haji selama di 
pemondokan Madinah dan Mekah. Seperti jamaah diminta jangan menganggap ruang 
kamar adalah hak sendiri, tapi milik bersama dengan penghuni lainnya. Selama di 
pemondokan, jangan sembarangan untuk masak sendiri. Bila memperoleh izin dari 
pengelola pondokan barulah jamaah bisa memasak sendiri. Kita juga diminta untuk 
berhati-hati dalam memasak agar tidak terjadi kebakaran.

Dan, yang paling penting bersabarlah selalu selama menunaikan ibadah haji. Pada 
umumnya, kesabaran itu ialah kemampuan atau daya tahan manausia untuk menguasai 
sifat 'destruktif' yang terdapat dalam diri setiap orang, yakni hawa nafsu. 
Untuk itu kita diminta untuk membiasakan melihat setiap masalah dari segi 
positifnya (berpikir positif). Di samping sikap ikhlas dan ridho menerima 
segala yng didapatkan selama menunaikan ibadah haji. as
() 

Reply via email to