----- Original Message -----
From: "hendnata" <[EMAIL PROTECTED]>
To: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: Wednesday, June 07, 2006 8:14 AM
Subject: [muslimwoi] Tafakur di balik kesusahan
Seorang ibu mengeluhkan anaknya yang belum juga bisa berjalan dan
berbicara di usia 3 tahun. Ia merasa takdir tidak adil. "Apa sih
dosa saya? Saya merasa tidak pernah berlaku jahat pada orang lain.
Saya selalu sholat, berdo'a dan bersedekah," katanya putus asa.
Firta, 35, sering sakit kepala. Ia kadang merasa 'terbuang' di
tengah keramaian acara keluarga atau pertemuan kerabat.
"Mengapa saya yang harus menjadi perawan tua? Saya rajin sholat,
cantik, cerdas, berpenghasilan. Perih rasanya melihat adik-adik saya
bercengkrama dengan keluarganya, sementara saya masih saja sendiri."
Manusia memang suka mengeluh. Ibu Intan mengeluhkan anaknya yang
belum bisa berjalan, sementara Ibu Fatimah justru mengeluh karena
anaknya kelewat aktif dan susah disuruh diam. Dan tahukah anda
bahwa Jamilah, teman saya yang menikah muda dan dikarunia anak
banyak kerap mengeluh tidak punya waktu buat diri sendiri? "Boro-
boro sempat jalan-jalan ke mall cuci mata, mau sholat aja
dikerubutin anak-anak."
Itulah manusia. Kata Allah, manusia itu tempatnya keluh kesah dan
kikir. Kala mendapat kesulitan ia akan mengeluh panjang lebar dan
kala mendapat anugerah ia bersifat kikir. Apakah keluh kesah akan
menyelesaikan masalah? Tentu saja tidak. Alih-alih menyelesaikan,
malah membuat energi batin kita habis tersedot. Bagaimana caranya
agar kita bisa lapang dada kala mendapat kesusahan?
Pertama, hadapi setiap kesulitan dengan tenang. Kata orang,
ketenangan adalah separuh penyelesaian. Mampu bersikap tenang
berarti kita telah setengah jalan.
Kedua, yakinkan diri bahwa kita sanggup menyelesaikan persoalan
tersebut. Jangan sungkan meminta bantuan orang lain. Ingat kita
hidup bermasyarakat untuk saling menolong.
Ketiga, bila persoalan itu sangat berat mengapa tidak oper bola saja
kepada Allah? Ia yang menurunkan persoalan, Ia jualah yang memegang
kuncinya. Curhat kepada orang lain memang membuat hati lega tapi
rawan bocor yang malah bisa nambah persoalan. Curhat pada Allah
dijamin engga bakalan ada yang bocorin.
Keempat, bersabarlah sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada
kemudahan. Seperti firman Allah : inna ma'al usri yusro. Sayangnya,
kita lebih cepat melihat dan merasakan 'bahaya' dan beratnya masalah
ketimbang memandang persoalan dengan hati jernih.
Kalau kita mau berpikir sejenak saja, Insya Allah kita akan sanggup
melihat hikmah di balik semuanya. Di dunia ini kita cuma singgah.
Kita disuruh mengais bekal untuk perjalanan yang lebih panjang.
Mengapa hidup yang singkat ini melulu diisi dengan keluh kesah?
Tersenyumlah dan raih 'yusro' di setiap 'usroh.
Wassalam...
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abi Thalib, cucu dan kesayangan Rasulullah
SAW, berkata: Saya hafal salah satu dari sabda Rasulullah SAW.,
Tinggalkanlah apa yang meragukanmu dan kerjakanlah apa yang tidak
meragukanmu. (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasai. Tirmidzi berkata, Ini
hadits hasan lagi shahih)