Republika: Jumat, 12 Januari 2007

Membunuh Ayam dengan Listrik


Awalnya kami ingin melihat kehalalan asam amino sistein yang berasal dari
bulu unggas. Ternyata informasi yang kami dapatkan sungguh mengagetkan.


Beruntung kami berkesempatan mengunjungi kota Ningbo di Cina yang indah
dengan perpaduan pantai dan bukit-bukit hijau. Di kota yang tidak terlalu
jauh dari Shanghai (sekitar 3 jam perjalanan darat) itu terdapat banyak
industri baru yang menghasilkan berbagai produk. Salah satunya adalah
Ningbo Haide Amino Acid Industry Co Ltd, yang memproduksi asam amino.


Perusahaan itu menghasilkan asam amino arginin yang diproduksi dari biji
jagung. Suatu proses produksi yang relatif baru, karena biasanya arginin
diproduksi dari proses fermentasi. Perusahaan tersebut ternyata juga
memiliki asam amino lain di pabrik yang berbeda, yaitu asam amino sistein.
Selama ini sistein memang sulit mendapatkan sertifikat halal karena
kebanyakan berasal dari rambut manusia dan bulu unggas. Ada beberapa
sistein halal yang diproduksi secara mikrobial, tetapi dengan harga yang
lebih tinggi.


Sebagai sebuah referensi dan untuk mengetahui sejauh mana proses
penggunaan
bulu unggas sebag ai bahan pembuatan sistein, kami menelusurinya melalui
May Yu, salah seorang managernya, yang sudah cukup berpengalaman dalam
produksi asam amino. Dari dia kami mencoba menelusuri, apakah ayam atau
unggas yang bulunya digunakan sebagai bahan baku sistein tersebut halal
atau tidak. Ataukah bulu tersebut diambil pada saat ayam tersebut masih
hidup, seperti proses pengambilan bulu pada pembuatan shuttlecock (bola
untuk berbain badminton)?


Ternyata pemasok bulu unggas yang dipakai industri sistein tersebut
terintegrasi dengan industri ayam yang juga mensuplai kebutuhan restoran
cepat saji. Artinya daging ayam tersebut dijual ke restoran cepat saji,
sedangkan bulunya dipisahkan untuk dijual ke pabrik sistein.


Anehnya, ketika ditanyakan mengenai proses penyembelihan hewan
tersebut May
Yu justru tertawa. Entah apa maksud tertawanya, karena ia juga
berkomunikasi dalam bahasa Mandarin yang tidak kami ketahui. Setelah
diterjemahkan ke dalam bahasa Ingris oleh salah seorang penerjemah, ia
mengatakan bahwa aneh, mengapa ayam harus disembelih. Menurut dia, selama
ini ayam-ayam tersebut dibunuh dengan cara disetrum listrik.


Ayam hidup itu digantung dan dijalankan pada suatu ruangan yang mengandung
listrik dengan tegangan tertentu hingga mati. Setelah mati, hewan tersebut
dimasukkan ke dalam air panas (dalam keadaan masih utuh), kemudian dicabut
bulunya secara otomatis menggunakan mesin pencanut bulu. Bulu itulah yang
kemudian digunakan sebagai bahan baku sistein. Setelah bersih dari bulu,
barulah ia dibuka dan dikeluarkan isi perutnya, serta dibersihkan dari
kepala dan kaki. Daging ayam itu selanjutnya dipotong-potong sesuai dengan
kebutuhan.


Bagi mereka proses penyembelihan unggas sangat tidak efisien dan tidak
produktif. Kalau dalam sehari mereka membunuh 50 ribu ekor ayam, mereka
tidak bisa membayangkan bagaimana proses penyembelihan yang dilakukan
seekor demi seekor itu bisa berlangsung. Selain itu, masih menurut mereka,
proses itu juga akan mengeluarkan sebagian besar darah yang justru
diyakini
mempengaruhi rasa daging ayamnya.


Daging ayam yang sudah dipotong-potong itu kemudian didistribusikan ke
toko-toko dan pasar. Termasuk juga ke restoran-restoran cepat saji. Itulah
sebabnya ayam di restoran-restoran di negeri Cina biasanya berwarna
kemerahan karena darahnya tidak keluar. Darah itu diyakini para
konsumennya
bisa meningkatkan cita rasa.


Selama ini kita sering berdebat mengenai kehalalan sembelihan ahli kitab
ketika makan ayam di luar negeri. Karena dianggap ahli kitab, maka
sebagian
orang masih tidak mempermasalahkan ayam atau daging sapi yang dijual di
negeri non muslim. Tetapi apa yang terjadi untuk kasus ayam yang dibunuh
dengan listrik tersebut?


Islam sangat menganjurkan kehalalan dan ke-thoyib-an makanan yang
dikonsumsi umatnya. Apa-apa yang diharamkan pasti mengandung hikmah dan
rahasia di dalamnya. Termasuk pengharaman bangkai dan darah.


Dari hasil penelitian ternyata terbukti bahwa di dalam keduanya terdapat
berbagai bakteri yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia. Darah adalah
bahan kotor tempat bersemayamnya zat-zat yang tidak sehat. Meskipun di
dalamnya terdapat protein tinggi, tetapi mudharatnya jauh lebih banyak
dibandingkan manfaatnya.


Dalam hal ini, ayam yang mati karena disetrum listrik itu mewakili dua hal
yang diharamkan secara eksplisit dalam Alquran, yaitu bangkai dan darah.
Setiap hewan yang mati tanpa proses penyembelihan bisa dihukumi sebagai
bangkai. Sedangkan darah mengalir yang seharusnya dikeluarkan pada saat
proses penyembelihan ternyata tidak dikeluarkan dan tetap berada di dalam
jaringan ayam.


Jadi secara umum, kalau Anda makan ayam di restoran dan rumah makan di
negeri Cina, dan mendapati dagingnya dengan watrna sedikit kemarahan,
lupakan untuk mencoba menyantapnya. Karena hampir bisa dipastikan, pasti
itu ayam yang dibunuh dengan listrik! n nur wahid, ketua bidang
sosialisasi
LPPOM MUI.



(tri).

------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Diriwayatkan dari Al-Aswad bin Yazid ia berkata: Aku pernah bertanya kepada 
Aisyah radhiyallahu anha: Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah shallallahu 
alaihi wasallam di rumah? Aisyah radhiyallahu anha menjawab: Beliau biasa 
membantu keluarga, apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar (untuk 
menunaikan shalat). (HR. Muslim) 

Reply via email to