----- Original Message -----
From: Suyono
To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, December 07, 2007 8:30 AM
Subject: Fw: [PTI-ESDM] mbok imah
-------Original Message-------
From: Agung Wahyu Kencono
Date: 12/7/2007 7:50:03 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [PTI-ESDM] mbok imah
"MBOK IMAH"
Oleh Mustangid
Siapakah Mbok Imah itu?
Ia biasa dipanggil Mbok Imah. Nama lengkapnya tidak banyak yang tahu,
termasuk diriku. Mungkin Halimah, mungkin juga Salimah, Muslimah atau yang
lain. Fisiknya tidak sebanding dengan usianya yang sudah tergolong uzur. Di
atas 70-an.
Di tengah kehidupan yang individualistis sekarang ini, ia masuk dalam
kelompok "makhluk langka". Disamping tinggal beberapa gelintir orang yang
seusia dengannya, Mbok Imah adalah pekerja keras. Ia memiliki hobi suka
membantu orang-orang dikampungku yang tengah punya hajatan seperti mantenan
atau hajatan lain. Apapun ia kerjakan, menyapu lantai, mengisi bak mandi,
membersihkan barang-barang pecah-belah yang kotor, menjemur kayu bakar, dan
lain-lain. Nyaris tidak ada jeda waktu untuk istirahat bagi dirinya. Padahal
secara fisik orang seusia dia seharusnya banyak beristirahat.
Kalau dikampung tidak ada yang sedang punya hajatan, ia sigap melakukan apa
saja. Mulai dari membersihkan halaman masjid sampai membersihkan gang
kampung pada sore hari manakala tidak hujan.
Semenjak ditinggal suaminya lebih dari lima belas tahun lalu, Mbok Imah
hidup sebatang kara di sebuah gubuk tua di tepi sawah Pak Lurah. Menurut
cerita orang, ia bukannya tidak punya anak. Kedua anak laki-lakinya, kata
tetanggaku, merantau ke Jakarta selepas tamat Sekolah Dasar. Namun hingga
Mbok Imah setua sekarang, kedua anaknya tidak pernah mudik. Entah apa yang
terjadi kepada mereka berdua. Mbok Imah sendiri tampak selalu pasrah kepada
Yang Maha Mengatur Kehidupan ini kalau diajak bercerita tentang kedua
anaknya tersebut.
Selepas Shalat Idul Adha
Selepas Shalat Idul Adha di masjid, Pak Kyai langsung menuju halaman terbuka
di samping kanan masjid. Aku termasuk rombongan pertama yang tiba di lokasi
bersama Pak Kyai. Ketika sampai di tempat yang kutuju, Mbok Imah terlihat
tengah membersihkan pelataran tersebut dari sampah-sampah yang berserakan.
Satu per satu jamaah mulai tiba di pelataran yang tidak seberapa luas itu.
Seperti biasa, Pak Kyai ditunggu warga sekampung untuk memimpin acara
penyembelihan hewan qurban. Tahun ini ada tujuh ekor kambing dan satu ekor
sapi yang hendak disembelih.
Seperti biasa, sebelum memimpin acara penyembelihan, Pak Kyai pun meraih
mikropon yang telah disediakan panitia dan mengumumkan satu per satu
nama-nama warga yang berqurban. Ketika mulai disebut nama-namanya, saya
tidak terkejut karena nama-nama yang berqurban kambing itu adalah mereka
yang masuk dalam kelompok aghniya di kampungku, tentu saja namaku juga
disebut karena tahun ini aku ikut berkontribusi dengan satu ekor kambing.
Ada yang berbeda pada mimik Pak Kyai sesaat sebelum menyebutkan siapa nama
warga yang berqurban dengan seekor sapi. Aku melihat Pak Kyai menitikkan air
mata, dan dengan suara bergetar ia menyebutkan nama MBOK IMAH! Subhanallah!
Beberapa saat diriku ini, juga sebagian besar warga kampung yang hadir,
tidak percaya dengan yang baru saja disebutkan Pak Kyai.
Mbok Imah berqurban? Seekor sapi? Darimana duwit yang ia belanjakan untuk
membeli hewan qurban tersebut? Sejuta pertanyaan menggelayut di hatiku. Saya
yakin semua warga kampungku, kecuali Mbok Imah sendiri tentunya, juga terus
bertanya-tanya bagaimana bisa Mbok Imah membeli seekor sapi untuk qurban?
Kalkulasi yang Salah
Esok harinya, selepas shalat subuh di masjid aku sengaja mencegat Mbok Imah.
Rasa penasaranku harus terjawab saat ini langsung dari sumbernya, yakni Mbok
Imah sendiri. Demikian aku bertekad.
Ketika ditanya darimana uang yang ia belanjakan untuk berqurban, Mbok Imah
malah berujar "Mboten usah dipun penggalih, to Gus. Ingkang sampun
kelampahan nggih sampun. (Nggak usah dipikirkan to Gus. Yang sudah berlalu
biarlah berlalu)" demikian pesan Mbok Imah dengan muka penuh senyum
mengembang. Senyuman yang membuat diriku malu. Ya, malu untuk melanjutkan
pertanyaan kepada Mbok Imah.
Hari ini aku telah mendapatkan pelajaran sangat berharga dari seorang maha
guru spiritual yang tidak pernah aku temui di bangku sekolah. Mbok Imah
telah membukakan mata hatiku bahwa kalkulasiku dalam berqurban selama ini
ternyata salah.
Kalimat "Mbok Imah berqurban dengan seekor sapi" terus terngiang-ngiang di
telingaku, menusuk ke jantung kalbuku. Memporak-porandakan logika
matematikaku. Betapa tidak. Bagi seorang karyawan seperti diriku mungkin
harga seekor sapi hanyalah sepersekian dari Bonus Akhir Tahun yang aku
dapatkan dari perusahaan dimana diriku bekerja saat ini. Ya, jauh lebih
kecil dari THR yang aku terima setiap menjelang Hari Raya. Sementara bagi
sosok seperti Mbok Imah? Jangankan menerima THR, gaji pun tidak pernah ia
terima kecuali sekedar 'uang terima kasih' ala kadarnya dari sokhibul bait
sehabis Mbok Imah membantu usai hajatan. Namun Mbok Imah begitu mudahnya
berqurban dengan seekor sapi. Saya pun yakin seyakin-yakinnya bahwa harga
sapi yang Mbok Imah beli untuk qurban jauh lebih mahal dari harga gubuk tua
yang ia jadikan tempat berteduh selama ini!
Mbok Imah benar-benar telah berqurban.
Astaghfirullah!
---------------------------------------
"Cintailah siapa saja yang engkau ingin cintai, (namun ingatlah) bahwa pasti
engkau akan berpisah dengannya; hiduplah dengan gaya kehidupan yang engkau
inginkan, (namun ingatlah) bahwa engkau akan mati; dan berbuatlah apa saja
yang engkau kehendaki, (namun ingatlah) bahwa engkau pasti akan dihisab."
(HR Hakim dan Thabrani)
"Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin
menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (QS Qashash: 83).
Tembagapura, 4 Desember 2007
No virus found in this incoming message.
Checked by AVG Free Edition.
Version: 7.5.503 / Virus Database: 269.16.15/1173 - Release Date: 12/5/2007
9:29 PM
------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -
Rasulullah SAW bersabda, Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang
lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus
darinya dosa. (HR. Al Bukhari)