Alhamdulillah Pak, rumah saya lewat (dilewati ?)oleh petugas RT/RW...
Saya pikir sepertinya kok salah sasaran ya......   ? 
Kebetulan Istri saya kemaren ngobrol dengan pembantu rumah yang tinggal
di daerah pagersi mereka malah belum mendapatkan jatah kompor gas
konversi tsb? 
Alangkah lebih baik mungkin bagi warga yang sekiranya mampu dan menerima
sumbangan tersebut untuk disalurkan kepada yang berhak. Seperti Pak
Sodikin bilang kontrolnya ada di hati nurani masing masing....

-----Original Message-----
From: IND, Sodikin, Achmad [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Monday, May 26, 2008 10:02 AM
To: jamaah@arroyyan.com; info rw14; porsenipar
Subject: [rw14-1474] RE: [Ar-Royyan-7720] KOMPOR GAS MEMBAKAR MALU

Sebetulnya ada yang salah jika seluruh warga perumahan kita menerima
bantuan kompor untuk orang miskin tersebut.

Kalo tidak salah di RT 06/15 di tekankan tentang persyaratan bahwa yang
berhak menerima adalah warga yang pengeluaran  bulanannya < 1 jt rupiah.

Ya kontrolnya hanya di nurani kita masing2, apakah kita termasuk
kelompok itu atau bukan, karena memang tidak dituntut perinciaannnya.

Alhamdulliah kami dan beberapa tetangga, tidak "mengambil "jatah"
tersebut takut nggak berkah pak..jika harus berbohong...

Wassalam,
sdk


-----Original Message-----
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Sunday, May 25, 2008 5:34 PM
To: info rw14; porsenipar; Arroyyan Arroyyan
Subject: [Ar-Royyan-7720] KOMPOR GAS MEMBAKAR MALU


KOMPOR GAS YANG MEMBAKAR MALU

Oleh Jojo Wahyudi

Tiba-tiba aku ingat "sajak" yang begitu kuat menggugah
Sajak yang selalu tak bosan kudengar
dari seorang "seniman" yang tak pernah lepas kukagumi
Deddy Mizwar

Bangkit itu......... SUSAH
SUSAH melihat orang lain SUSAH
SENANG melihat orang lain SENANG

Bangkit itu........ TAKUT
TAKUT untuk Korupsi
Takut mengambil yang bukan haknya

Bangkit itu........ MALU
MALU menjadi BENALU
MALU minta melulu

Bangkit itu MENCURI
MENCURI perhatian dunia dengan PRESTASI

Bangkit itu......... MARAH
MARAH bila Martabat Bangsa dilecehkan

..................................................

Aku teringat "sajak" di atas karena MALU. Malu bukan karena menjadi
benalu
dan minta melulu, tapi karena MALU menjadi TAK MALU menerima sumbangan
Kompor Gas gratis dari Pemerintah.

Pada awalnya aku heran kenapa lingkungan perumahan tempatku tinggal
mendapat bantuan kompor gas konversi minyak tanah tersebut. Sebab bila
ditilik dari kemampuan warganya jauh dari "miskin" meski tak bisa
dibilang
kaya. Rumah standard keluarga sederhana, bahkan sebagian cenderung
lebih,
karena perumahan BTN sudah direnovasi demikian "mewah" mengikuti trend
perumahan masa kini, model "minimalis" yang biaya pembuatannya tak lagi
minimalis. Sepeda motor sudah menjadi kendaraan umum warga dan sebagian
lagi bahkan menggunakan mobil.

Apakah yang demikian ini patut menerima sumbangan konversi minyak tanah
ke
gas? Aku sendiri tidak yakin, karena demikian antusiasnya warga
mengantri
sumbangan tersebut. Apakah pemerintah sudah tepat sasaran memberikan
"dana
subsidi"nya pada warga miskin? Atau memang untuk hal konversi minyak
tanah
ini semua warga Negara berhak mendapatkannya? Termasuk warga
lingkunganku
yang tak lagi miskin dan perlu dana subsidi.

Memang bila bicara mengenai "hak", kita semua akan menuntutnya setengah
mati. Apalagi "pajak" dari pemerintah adalah makanan kita sehari-hari,
pajak penghasilan yang otomatis dipotong saat kita gajian, ppn saat kita
membeli barang, pajak tanah, pajak rumah dan lain-lain. Kita akan merasa
sangat berhak atas segala yang pemerintah kucurkan untuk rakyat, karena
kita telah membayar pajak, termasuk subsidi BBM yang saya sangat yakin
bila
dinaikan menjadi sepuluh ribupun, kita masih sanggup untuk mengisi motor
dan mobil kita.

Aku jadi TAKUT, seperti nukilan "sajak" di atas, takut mengambil yang
bukan
"hak"nya.
Aku juga menjadi MALU, malu karena seolah menjadi minta melulu, minta
"hak"
sebagai warga negara yang telah membayar pajak. Sementara saat tukang
bubur
ayam yang biasa lewat depan rumah kutanya "Apakah mas mendapat jatah
kompor
gas? Dia menjawab dengan lirih, ada kekecewaan di wajahnya "Tidak pak.
Pendatang seperti saya tidak mendapat kompor gas. Istri di kampung
bilang,
kalau kompor gas dari pemerintah juga belum pernah di terima di sana"
Kini aku merasa menjadi PENCURI, karena MENCURI sesuatu yang sebenarnya
lebih dibutuhkan si tukang bubur itu.
Terakhir, aku menjadi MARAH. Marah karena MARTABAT-ku merasa dilecehkan.
Aku masih sanggup untuk membeli kompor gas sendiri.

" Pak Jojo, koq bengong, ini jatah kompor gasnya di ambil" kata petugas
dari RW. Ternyata aku melamun sejak tadi, segera kuambil "jatah" dari
pemerintah tersebut
.........................................................................
...
Dan ternyata.... Kompor Gas telah membakar rasa MALU-ku

(BDB2, Minggu 25 Mei 2008)

-----------------------------------------------------------------
Milis Info dan Diskusi Warga RW 14, Kelurahan Sukahati, Cibinong.
Official Website: http://www.rw14.web.id atau http://www.rw14.org

Arsip Milis RW 14: http://www.mail-archive.com/[EMAIL PROTECTED]/


------------------------------------------------------------------
- Milis Masjid Ar-Royyan, Perum BDB II, Sukahati, Cibinong 16913 -
- Website http://www.arroyyan.com ; Milis jamaah[at]arroyyan.com -

Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyalaahu anhu ia berkata: Rasulullah 
Shalallaahu alaihi wasalam biasa bernafas tiga kali sewaktu minum. (HR. 
Muttafaq alaih) Yaitu bernafas di luar gelas. Beliau melarang bernafas di dalam 
gelas sewaktu minum dan beliau juga melarang meniup minuman. (Sebagaimana yang 
disebutkan dalam HR. At-Tirmidzi)

Kirim email ke