Kemusyrikan Yang Membudaya (2/4)
Ahmas Faiz Asifuddin


2. Mencari Kesaktian Lewat Amalan-Amalan Dzikir Atau Yang Lainnya


Yang juga membudaya dan menjadi trend disemua lapisan masyarakat; baik tua 
maupun muda, laki-laki maupun perempuan, bodoh maupun pintar, awam maupun alim, 
rakyat maupun aparat, "orang yang dianggap ulama" maupun Umara, adalah 
membekali diri dengan "ngelmu", kesaktian dan kekebalan.

Ada yang dengan cara-cara klasik kebatinan, baik dengan istilah black magic 
(ilmu hitam) maupun white magic (ilmu putih). Ada pula yang dengan cara-cara 
dzikir dan amalan-amalan yang mengandung bacaan-bacaan wirid. Cara yang 
terakhir ini banyak mengelabuhi umat Islam. Karena seakan-akan Islami dan tidak 
syirik. Padahal hakikatnya sama: Syirik.

Amalan-amalan dzikir dan wirid itu pada hakikatnya hanya sebagai rumus atau 
kode untuk membuka hubungan dengan alam Jin. Hal yang tidak pernah dilakukan 
oleh Rasulullah maupun para Shahabatnya.

Dengan demikian, penggunaan dzikir dan wirid semacam itu, di samping tidak 
berdasarkan tuntunan atsar, juga menyimpang dari tujuan beribadah kepada Allah. 
Akhirnya menjadi syirik karena dzikir tersebut digunakan untuk meminta sesuatu 
kepada selain Allah, hal yang hanya menjadi kewenangan Allah saja. Allah 
berfirman:

"Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia meminta 
perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin itu menambahkan 
rasa takut / dosa kepada manusia." (al-Jin: 6) 

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir berkata: HREF="#foot33">1


"Maksudnya (Jin-jin itu mengatakan) kami melihat bahwa kami mempunyai kelebihan 
atas manusia, sebab mereka telah meminta perlindungan diri kepada kami. 
Maksudnya, ketika manusia melewati suatu lembah atau padang Sahara yang 
dianggap angker (mereka meminta perlindungan diri kepada Jin jin).

Seperti halnya kebiasaan orang Arab pada jaman jahiliyah, mereka meminta 
perlindungan diri kepada penggede jin yang mbau reksa tempat angker (yang 
mereka singgahi) itu supaya jin-jin di tempat tersebut tidak menimpakan 
kesulitan kepada mereka?" HREF="#foot37">2

Mula Ali Qari al-Hanafi juga mengatakan:

"Tidak boleh meminta perlindungan kepada jin. Sesungguhnya Allah telah mencela 
orang-orang kafir disebabkan hal yang demikian." 

Kemudian beliau membawakan ayat al-Qur'an serta keterangannya sebagai berikut:

"Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah 
berfirman): "Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) 
manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia: "Ya Rabb 
kami, sesangguhnya sebagian dari kami telah mendapat kesenangan dari sebagian 
yang lain, dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi 
kami". Allah berfirman: "Neraka itulah tempat tinggal kamu, sedangkan kamu 
kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki lain. Sesungguhnya Rabbmu 
Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui." (al-An'am: 128) 



Maksud kesenangan yang didapat manusia dari jin adalah terpenuhinya 
kebutuhan-kebutuhan manusia (yang dimintakan lewat jin), dan patuhnya jin 
mengikuti perintah-perintah manusia serta patuhnya jin menyampaikan 
berita-berita ghaib.


Sedangkan kesenangan yang didapat jin dari manusia adalah pengagungan manusia 
terhadap jin, serta permintaan perlindungan dan ketundukan manusia kepada jin". 


Imam Ibnu Qayyim mengatakan,


"Siapa yang menyembelih binatang diperuntukkan bagi setan, meminta-minta kepada 
setan, meminta perlindungan (isti'adzah) kepada setan dan mendekatkan din 
(taqarub) kepada setan dengan melakukan apa yang disukai setan, berarti ini 
telah menyembah setan, sekalipun ia tidak membahasakan hal itu sebagai 
penyembahan dan hanya membahasakan bahwa setan dijadikan khadam. Tetapi 
sebenarnya, justeru setanlah yang menjadikannya sebagai khadam bagi setan. 
Akhirnya ia menjadi
khadam setan dan menjadi penyembahnya.

Dengan begitu, setanpun menjadi khadam yang melayani manusia. Tetapi pelayanan 
setan sebagai khadam bagi manusia bukan pelayanan yang bersifat penyembahan. 
Sebab setan tidak pernah akan tunduk kepada manusia dan tidak pernah pula akan 
menyembah manusia. Tidak sebagaimana halnya manusia kepada setan." 
HREF="#foot58">4

Jadi jelas mencari kesaktian, kedigdayaan dan kekebalan tubuh dengan 
menggunakan jin dan perewangan adalah syirk akbar. Pelakunya tidak akan 
diampuni oleh Allah kecuali dengan taubat. Sekalipun menurut pengakuan orang, 
jin yang dijadikan perewangan adalah jin Muslim dan sekalipun cara-cara yang 
ditempuh menggunakan wirid-wirid tertentu. Allah al-Musta'an.







--------------------------------------------------------------------------------

Catatan Kaki
. HREF="#tex2html2">1
Lihat Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid, bab Min asy-Syirki al-Isti'adzatu bi 
Ghairillah. 

  . HREF="#tex2html3">2
  Demikian secara ringkas.



  http://blog.vbaitullah.or.id/2004/06


Kirim email ke