Kemusyrikan Yang Membudaya (3/4)
Ahmas Faiz Asifuddin

3. Meminta Bantuan Kepada Arwah Rasul, Wali Atau Tokoh

Meminta bantuan kepada arwah Rasul, wali atau tokoh-tokoh, ini bukan hanya 
menjadi kebiasaan dan keyakinan yang membudaya, tetapi bahkan dihidup-hidupkan 
sebagai kesenian budaya. Sehingga kegiatan itu betul-betul menyatu dan mendarah 
daging dalam jiwa dan keyakinan sebagian besar masyarakat.


Dapat disaksikan dibanyak tempat adanya upacara-upacara serta kesenian-kesenian 
ritual yang berisi kegiatan syaithani ini. Bahkan dalam nyanyian-nyanyian dan 
senandungnya sering terdengar ungkapanungkapan seperti: "Al-madad, al-madad ya 
Rasul". Artinya: "Bantuan, bantuan wahai Rasul." Maksudnya meminta bantuan 
kepada Rasul yang telah wafat. Tentu ini adalah syirik akbar.


Dan peringatan-peringatan maulid Nabi merupakan media yang subur untuk 
kegiatan-kegiatan semacam ini. Pujian-pujian kepada nabi yang disenandungkan 
sarat dengan isi kemusyrikan, misalnya:


Wahai lmam para Rasul, wahai sandaranku Engkau adalah pintu Allah dan 
gantunganku HREF="#foot66">2

Begitu pula bait-bait sesudahnya yang berisi pujian berlebihan hingga 
mendudukan Rasulullah seperti Tuhan. Subhanallah `amma Yusyrikun. 


Kadang ada pula masyarakat yang datang ke kuburan tokoh, lalu katanya dapat 
berdialog dengan arwah tekoh tersebut untuk meminta bantuan. Padahal yang 
bersuara adalah jin (setan) dengan memyerupai suara tokoh dimaksud agar manusia 
terperosok dalam kekafiran.





4. Akik, Sabuk, dan Qur'an Stambul Sebagai Jimat



Ketika akik diyakini memiliki daya magis, atau telah diisi dengan amalan-amatan 
mantera oleh dukun (atau oleh dukun yang bernama kyai bersorban) hingga akik 
tersebut diyakini berkekuatan magis. Maka orang masih berkelit dengan 
argumen-argumen; "Bahkan number kekuatan sebenarnya adalah Allah, sedangkan 
akik tersebut hanya wasilah raja." Karenanya orang beranggapan tidak syirik.


Terlebih lagi yang menjadi pialang akik-akik tersebut adalah orang-orang yang 
dianggap ulama' atau ahli agama. Sehingga sempurnalah selubung syubhat yang 
menutupi kemusyrikan tersebut.


Begitu pula sabuk yang telah diisi dengan rajah-rajah, hijib-hijib atau 
mantera-mantera. Pelaku atau pemiliknya adalah pelaku kemusyrikan. Dan pengisi 
sabuk tersebut adalah dukun yang harus dijauhi, sekalipun berkedok orang yang 
bersorban.


Tidak berbeda pula dengan Qur'an stambul, sebuah Qur'an (yang biasanya) 
berukuran kecil mungil dan huruf-hurufnya tidak terbaca kecuali (barangkali) 
dengan kaca pembesar. Buku yang dibikin menyerupai al-Qur'an dalam ukuran 
terlalu kecit ini diyakini bisa menolong pemiliknya dari marabahaya.


Mungkin benda yang meyerupai al-Qur'an itu sengaja dibuat oleh WALI-WALI SETAN 
untuk mengelabuhi manusia supaya mudah terjerumus dalam kemusyrikan. Orang akan 
berdalih: "Bukankah ini Qur'an? dan bukankah alQur'an merupakan obat?" Nah 
al-Qur'an sebagai obat disalah artikan maknanya untuk kepentingan jimat. Dan 
itu adalah syirik.


Dalam sebuah hadits riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda:


"Barang siapa yang mengalungkan Tamimah, maka sesungguhnya ia telah Masyrik." 
(Hadits Shahih) 



Tamimah, menurut al-Mundziri artinya untaian kalung yang dipakai guna mengusir 
penyakit. (Keyakinan terhadap tamimah) ini adalah kejahilan dan kesesatan. 
Sebab tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi atau menolak apapun kecuali 
Allah. HREF="#foot77">3

Menurut Abu as-Sa'adaat: 


Tamimah
adalah untaian kalung yang dahulu oleh orang Arab dipakaikan kepada 
anak-anaknya agar terlindungi dari ganguan setan.

Tetapi hal ini kemudian diberantas oleh Islam. HREF="#foot80">4

Berdasarkan hadits ini, memakai Tamimah atau kalung apa saja untuk tujuan 
perlindungan diri dari ganguan setan, ganguan roh jahat, penyembuhan penyakit 
atau tolak bala', adalah termasuk syirik yang harus diberantas.


Demikianlah beberapa contah kemusyrikan yang sangat membudaya di tengah 
masyarakat. Di sana masih banyak contoh-contoh lain yang sangat membelenggu don 
mencengkaram keyakinan masyarakat.


Secara garis besar contoh-contoh itu antara lain: menyakini kesialan angka 13, 
keyakinan jika menabrak kucing maka akan celaka, keyakinan para sopir jika 
melewati jalan angker harus berpamitan terlebih dahulu kepada yang Mbau rekso 
tempat angker tersebut dengan membunyikan klakson, keyakinan bahwa tiap malam 
jum'at kliwon harus memberikan sesajian diperempatan-perempatan jalan, adat 
istiadat menginjak telor dan segala kegiatan yang mengiringi bagi pengantin, 
memasang dekorasi dengan tandanan pisang pada pinto masuk halaman dalam pests 
pengantin, brobosan (melewati bawah) jenazah yang akan diberangkatkan antak di 
kubur,
menyakini kebenaran para dukun dan tiara normal, menyakini bahwa seekor kerbau 
dapat memberikan berkah, menyakini bahwa pusaka atau kereta keraton dapat 
memberikan berkah sehingga perlu dimandikan dan airnya dijadikan rebutan, dan 
berbagai contoh kemusyrikan lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.


Apabila hal-hal di atas masih membelenggu keyakinan masyarakat, menjadi budaya 
dan tidak ada upaya untuk memberantasnya, maka umat ini tidak dapat diharapkan 
akan keluar dari kesulitan-kesulitan dan bencana-bencana. Di dunia akan 
sengsara dan di akhirat akan binasa. Nas'alullah at-Taufiq.


 


--------------------------------------------------------------------------------

Catatan Kaki
  . HREF="#tex2html4">1
  Lihat Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid, bab Min asy-Syirki al-Isti'adzatu 
bi Ghairillah. 
. HREF="#tex2html5">2

Lihat Minhaj al-Foraqah an-Najiyah, Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu, di bawah 
sub judul, Min Madhahir asy-Syirik. 

. HREF="#tex2html6">3
ibid. 


  . HREF="#tex2html7">4
  ibid.


http://blog.vbaitullah.or.id/2004/06/30/253-contoh-contoh-kemusyrikan-yang-membudaya-34-ahmas-faiz-asifuddin/

Kirim email ke